Dropbox Sampah Kemasan Dukung Indonesia Bebas Sampah 2030

Reading time: 3 menit
Drop box sampah kemasan mengajak konsumen memilah dan mengendalikan sampah menuju Indonesia bebas sampah tahun 2030. Foto: Nutrifood

Jakarta (Greeners) – Kehadiran dropbox sampah kemasan harus masyarakat manfaatkan untuk mengurangi sampah terbuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Langkah ini juga mendukung Indonesia bebas sampah tahun 2030.

Baru-baru ini produsen yang produknya berujung menjadi sampah kemasan berkolaborasi dengan gerai ritel modern. Kolaborasi ini menghadirkan dropbox sampah kemasan di Super Indo di wilayah Kota Solo. Tercatat sudah 6 lokasi dropbox di Super Indo seputar wilayah Kota Solo.

Saat ini sudah ada 6 lokasi dropbox Super Indo di Kota Solo yakni Super Indo Adi Sucipto, Banyuanyar, Colomadu, Ronggowarsito, Gumpang dan Super Indo Solo Baru.

Head of Corporate Communication Nutrifood Angelique Dewi mengatakan, aksi kolaborasi ini harapannya bisa mengurangi jumlah sampah dan beban TPA. Selain itu juga meningkatkan daur ulang.

“Tujuan dropbox mendorong pengeloaan sampah lebih baik, edukasi konsumen pengelolaan sampah kemasan dan mendukung bank sampah,” katanya dalam peluncuran dropbox secara virtual baru-baru ini.

Ia menjelaskan, sampah di Kota Solo sebagian besar atau hampir 85 % diangkut ke TPA Putri Cempo. Rata-rata jumlah sampah yang masuk mencapai 299,45 ton per hari. Sisanya 14,87 % daur ulang dan 0,19 % pembuangan illegal/pembakaran. Sampah organik mendominasi hampir 61,95 %. Lalu plastik 13,4 % dan kertas 12,3 %.

Ia menambahkan, Super Indo, Nutrifood dan Tetrapak memiliki tujuan bersama dalam meningkatkan kualitas lingkungan serta berperan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dalam peningkatan kualitas lingkungan, ketiga perusahaan memiliki peran dalam pengelolaan dan edukasi sampah.

Mendaur ulang sampah kemasan dari konsumen lanjutnya, untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA dan mencegah pencemaran lingkungan. Selain itu, bank sampah memberikan dampak positif ke lingkungan, sosial maupun ekonomi. Kontribusinya antara lain terhadap pengurangan sampah nasional, peluang pekerjaan serta memberikan penghasilan tambahan.

Dukungan pihak swasta dalam program ini sejalan dengan upaya mencapai target 12 SDGs responsible consumption and production, 13 climate action, 14 life below water dan 15 life on land.

Papi Sarimah Juga untuk Atasi Sampah Kemasan

Sementara itu, Kota Solo juga memiliki program paksa pilah sampah dari rumah (Papi Sarimah). Program ini akan maksimal jika ditopang dengan bank sampah. Akan tetapi jumlah bank sampah di Solo yang aktif masih sedikit.

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta Arthaty Mulatsih mengapresiasi program dropbox sampah kemasan. Pemerintah pun mendorong tambahnya, konsumen sadar dan ikut berkontribusi untuk pilah dan daur ulang sampah. Sehingga sampah kemasan tidak sepenuhnya terbuang ke TPA.

Sejak tahun 2010 hingga 2021 jumlah sampah ke TPA terus meningkat. Tahun 2010 sebesar 250,96 ton per hari, tahun 2015 sebesar 274,71 ton. Lalu tahun 2021 sebesar 295,69 ton dan di awal tahun 2022 sudah mencapai 299,45 ton per hari.

Menurutnya, sejak tahun 2010 hingga 2019 terjadi kenaikan jumlah volume sampah yang signifikan. Namun pada awal pandemi Covid-19 tahun 2020 volumenya sempat turun. Akan tetapi tahun 2021 jumlah sampah kembali naik.

“Banyak masyarakat di rumah, belanja dari rumah, kemasan plastik banyak. Lalu membeli makanan tidak habis dan terbuang. Hal ini sangat disayangkan. Padahal sampah itu bisa termanfaatkan jika ada kolaborasi,” paparnya.

Pemanfaatan sampah organik ini misalnya bisa masyarakat kelola menjadi maggot. Arthaty mengingatkan, bahwa sampah yang seluruh warga bangsa hasilkan menjadi tanggung jawab warga bangsa juga.

“Harusnya kita merasa berdosa karena memberi beban ke bumi dengan membuang sampah begitu saja,” tegasnya.

Pendidikan dan Sosialisasi Kelola Sampah di Masyarakat

Oleh karenanya, pemerintah kota Surakarta mendorong pendidikan lingkungan ini sejak dini kepada anak-anak. Harapannya anak bisa menjadi agen perubahan di keluarganya. Dinas Lingkungan Hidup juga melakukan pendekatan ke pedagang kaki lima untuk mengurangi sampah kemasan.

Ia juga menyebut, kolaborasi dengan semua pihak sangat penting untuk mencapai sasaran edukasi ini. Untuk menyelesaikan persoalan sampah tidak bisa hanya pemerintah sendiri yang melakukannya.

Founder Bank Sampah Bina Usaha Mandiri Siti Aminah mengatakan, sejak berdiri tahun 2014, bank sampah miliknya mulai berkreasi dengan sampah yang terkumpul. Ia dan tim membuat papan berbahan aluminium foil dari sampah sachet. Bahkan menurutnya ini kreasi papan ini pertama di Indonesia.

“Untuk membuat satu papan membutuhkan 10 kilogram sampah sachet. Indonesia tidak akan bebas sampah jika masih ada sampah yang dibuang ke TPA,” imbuhnya.

Penulis : Ari Rikin

Editor : Ari Rikin

Top