JICA dan Kopernik Tawarkan Solusi Sosial dan Lingkungan Berkelanjutan

Reading time: 3 menit
JICA dan Kopernik bantu masyarakat pedesaan di bidang sosial lingkungan guna mencapai SDGs. Foto: Kopernik

Jakarta (Greeners) – Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Kopernik bantu masyarakat pedesaan menghadapi masalah sosial, ekonomi dan lingkungan berbasis teknologi. Kemitraan tersebut mampu memberi peningkatan kualitas dan taraf hidup masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan nelayan.

Kemitraan sosial ini JICA dan Kopernik lakukan untuk mendorong pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di tahun 2030. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menetapkan program SDGs pada tahun 2015. Indonesia pun mulai membenahi diri agar sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut. Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda, banyak program pembangunan berkelanjutan terhambat.

Dalam rangka menghadapi tantangan akibat pandemi, JICA Indonesia berusaha memberikan solusi untuk memecahkan masalah sosial dan mencapai tujuan SDGs 2030. Pada program ini JICA memfasilitasi perusahaan Jepang yang memiliki produk atau teknologi untuk membantu Indonesia menghadapi masalah sosial dan ekonomi.

JICA merupakan suatu lembaga yang didirikan pada tahun 1974 oleh Pemerintah Jepang. Lembaga ini mempunyai fungsi untuk membantu pembangunan negara-negara berkembang dan meningkatkan kerja sama internasional antara Jepang dan negara-negara lain.

Senior Representative JICA Indonesia, Nozomu Ono mengatakan, tujuan dan tulang punggung ide ini adalah untuk menyelesaikan masalah sosial dan lingkungan. Bantuan itu berupa dukungan finansial kepada para wirausaha Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19.

Dalam hal ini fokus utama JICA Indonesia pada lima sektor prioritas usaha yakni pertanian, perikanan, kesehatan, pendidikan, distribusi untuk masyarakat daerah terpencil, serta pengelolaan air, limbah dan air limbah.

“Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa proyek guna mengeksplorasi kemungkinan pencocokan atau penyandingan antara perusahaan Jepang, yang berkomitmen untuk mencapai SDGs dengan beberapa wirausaha sosial di Indonesia,” Kata Nozomu dalam acara virtual Perkenalan Wirausaha Sosial Indonesia dan Perusahaan Jepang Menuju Potensi Kemitraan, di Jakarta, baru-baru ini. 

Bantuan JICA dan Kopernik bagi masyarakat lewat program kemitraan sosial. Foto: Kopernik

JICA dan Kopernik Seleksi Mitra Sosialnya

Dalam program ini, JICA Indonesia bekerja sama dengan Kopernik untuk mempertemukan para wirausaha Indonesia dengan perusahaan Jepang. Kopernik berdiri pada tahun 2010 berlatar belakang kekhawatiran mengenai belum tersebarnya perkembangan teknologi tepat guna pada daerah terpencil.

Sejak saat itu, Kopernik berperan untuk menjembatani keadaan tersebut melalui identifikasi kebutuhan, pengujian solusi dan pendistribusian temuan. Upaya ini untuk mencapai pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat terpencil.

Kopernik memiliki dua pilar kegiatan untuk mendukung masyarakat yang termarjinalkan dengan bekerja sama dengan sektor pembangunan. Bentuk bantuan langsung untuk komunitas yang Kopernik lakukan seperti pendistribusian lampu solar.

Sementara itu, untuk mendapat bantuan kemitraan, terdapat tiga proses seleksi yang berlangsung sejak November hingga Desember 2021. Ketiga proses tersebut adalah perkenalan untuk usaha sosial Indonesia, seleksi awal dan wawancara, serta pertemuan perkenalan untuk kemitraan.

Aktivitas proyek tersebut untuk memetakan profil usaha sosial, memahami kebutuhan dan seleksi kemitraan dengan perusahaan Jepang. Pada tahap akhir, hanya terdapat lima usaha sosial terpilih yang akan lanjut ke tahap pertemuan dan perkenalan dengan perusahaan Jepang.

Perwakilan dari Kopernik, Larisa menyebut kemitraan ini memungkinkan perusahaan Jepang untuk memberikan bantuan teknis untuk mempercepat penciptaan dampak sosial dan mengidentifikasi peluang pasar baru.

“Untuk membantu usaha sosial di Indonesia supaya menjadi lebih baik dalam pencapaian dan penciptaan dampak sosial sesuai visi dan misi tiap usaha sosial terkait penyelesaian atau pencapaian SDGs,” ucap Larisa.

Potensi Kemitraan Menuju Sustainable Development Goals

Bentuk-bentuk potensi kemitraan yang akan terjalin, antara lain inovasi proses berupa pelatihan proses dan metode teknis, pelatihan penggunaan alat dalam proses produksi, hingga akses ke teknologi inovatif.

Selanjutnya yakni peningkatan kontrol kualitas, dukungan berupa pelatihan tentang metode dan standar kontrol kualitas, serta strategi untuk meningkatkan kualitas produk. Terakhir yaitu akses ke pasar, berupa perkenalan kepada calon pembeli atau distributor di luar wilayah operasional atau luar Indonesia.

Sebagai contoh, Kopernik sebelumnya telah menjalin kemitraan dengan perusahaan Jepang, Semco. Dalam hal ini kemitraan yang terjalin adalah untuk meningkatkan pengendalian hama tikus sawah  di Kalimantan Barat. Bersama Semco, Kopernik memberikan solusi memperbaiki metode pemberian racun tikus dengan menggunakan pengusir tikus alami buatan mandiri.

Selanjutnya, Kopernik juga menjalin kerja sama dengan Mitsubishi Electric dalam membuat pendingin portable menggunakan energi alternatif. Masalah yang terjadi pada para penjual ikan di Kupang, Nusa Tenggara Timur mereka mengalami keterbatasan waktu dalam menjaga kesegaran ikan untuk menjual produknya. Lalu sebagai solusi, Mitsubishi dan Kopernik menyediakan kulkas portable yang ringkas untuk memperpanjang kesegaran ikan.

Dengan solusi pendingin portable tersebut terbukti membuat ikan tetap segar dua jam lebih lama dan meningkatkan pendapatan penjual ikan sebanyak 20%. Berdasarkan pencapaian ini Larisa menambahkan, selain ekonomi hal ini dapat menangani beberapa masalah sekaligus di Indonesia, yakni sosial dan lingkungan.

“Ini saatnya untuk bisa membantu penyelesaian masalah-masalah sosial dan lingkungan di Indonesia dengan melibatkan para perusahaan Jepang yang memang fokus dan ingin membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan pencapaian  SDGs,” paparnya.

Penulis : Zahra Shafira

Top