Gandeng Masyarakat Lokal Untuk Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan

Reading time: 2 menit
Masyarakat lokal harus mendapat edukasi memadai untuk menunjang sustainable tourism. Foto: Pexels

Jakarta (Greeners) – Masyarakat lokal perlu mendapat pemahaman tentang konsep pariwisata berkelanjutan. Dengan begitu mereka tidak hanya sekadar mendapat manfaat ekonomi dari sektor pariwisata, tetapi bisa menjaga semua aspek secara berkelanjutan.

Sebelumnya UN World Tourism Organization (UNWTO) atau Organisasi Pariwisata Dunia menyebut, preservasi budaya serta penguatan masyarakat lokal merupakan aspek penting yang nantinya menjadi konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) di masa depan.

Aktivis lingkungan sekaligus pengamat wisata berkelanjutan Galih Donindara juga sependapat. Ia menyebut, masyarakat lokal yang telah ada di sekitar pariwisata memegang peran penting untuk menjaga keberlanjutannya.

“Karena masyarakat lokal ini tumbuh di sekitar pariwisata. Mereka sangat bergantung di dalamnya. Pariwisata berkembang, mereka ikut berkembang. Demikian bila pariwisata itu jalan di tempat maka mereka terkena imbasnya,” katanya kepada Greeners, Selasa (2/8).

Menurut Galih mengacu konsep sustainable tourism, keberlanjutan pariwisata tak sekadar kuantitas pengunjung. Di satu sisi hal ini akan berdampak positif pada sektor ekonomi masyarakat lokal. Akan tetapi, dalam jangka panjang jika tidak memiliki konsep berkelanjutan, akan mematikan tempat pariwisata tersebut.

“Misalnya bila ternyata tempat pariwisatanya banyak pengunjung lalu banyak sampah bertebaran. Wisatawan pasti akan tak mau lagi ke sana dan ujungnya yang rugi masyarakat lokal di sekitarnya,” ujar dia.

Galih menilai, masyarakat lokal mendapatkan edukasi dan sosialisasi tentang konsep sustainable tourism. Misalnya menekankan pentingnya konservasi wisata, kebersihan lokasi wisata, hingga memastikan tak ada perburuan liar.

Dalam hal ini, sambung Galih pemerintah bisa berkolaborasi aktif bersama-sama dengan masyarakat lokal sehingga tujuan sustainable tourism dan masyarakat lokal tercapai.

Contoh pada wisata petualangan gunung yang sedianya sudah ada tiga jalur pendakian maka masyarakat lokal boleh menambah satu jalur lagi. Asalkan, sambung Galih aturan dalam jalur yang masyarakat buka ini sejalan dengan tiga jalur lainnya yang juga memegang konsep sustainable tourism.

Masyarakat Lokal Terlibat Kelola Pariwisata Gunung Kilimanjaro

Di luar negeri, misalnya di Gunung Kilimanjaro itu masyarakat lokal dan pemerintahnya sudah terintegrasi. Pemerintah setempat menunjuk swasta mengelola gunung dan bekerja sama dengan masyarakat lokal di sana.

“Ada koperasi suvenir, guide itu dikelola koperasi. Semuanya mendapatkan keuntungan dan gunung juga terkelola dengan baik, seperti tidak ada sampah,” tuturnya.

Ia mendorong agar gunung-gunung di Indonesia bisa menerapkan konsep sustainable tourism dengan melibatkan masyarakat secara penuh.

Sementara pengamat pariwisata dari Universitas Indonesia Diaz menyatakan, tujuan sustainable tourism tak lain untuk memastikan eksistensinya pada generasi selanjutnya.

Ia menilai masyarakat lokal masih belum memiliki kepedulian yang tinggi. “Ironisnya selama ini mereka tak sadar betapa indah dan cantiknya potensi wisata di sekitarnya itu. Padahal bila wisata sudah mulai dikenal domestik maka di situlah masalah sustainability dimulai,” tandasnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top