Menyelamatkan Terumbu Karang, Investasi untuk Pariwisata Berkelanjutan

Reading time: 2 menit
Foto: Billy Gustavianto/dok. Telapak

Manado (Greeners) – Ada yang berbeda pada Sabtu (09/05) di Desa Libas, Pulau Bangka, Sulawesi Utara. Hari itu, masyarakat berkumpul di sepanjang pantai karena Desa Libas menjadi tuan rumah untuk perayaan Coral Day yang diperingati setiap tanggal 8 Mei. Berbagai rangkaian kegiatan seperti lelang adopsi karang, transplantasi karang, bersih-bersih bawah laut, edukasi lingkungan, lomba mewarnai dan menggambar untuk anak-anak, lomba balap perahu, bersih-bersih pantai, dan berbagai acara seru lainnya diadakan selama satu hari.

Ulva Novita Takke dari Yayasan Suara Pulau selaku penanggungjawab perayaan Coral Day mengatakan, “Hari ini kami memperingati Coral Day, satu hari untuk terumbu karang. Melalui acara ini kami ingin menyelamatkan dan melindungi terumbu karang di perairan Kita Bangga. Terumbu karang di sini masih bagus dan harus dijaga.”

Foto: Michael Eko/dok.  Telapak

Foto: Michael Eko/dok. Telapak

Pulau Bangka memiliki potensi laut yang tinggi. Kepulauan Kinabuhutan, Talise, Bangka, dan Gangga (Kita Bangga) merupakan daerah yang harus dilindungi karena berada di area segitiga terumbu karang dan sebagai daerah penyangga Taman Nasional Bunaken. Potensi terumbu karang di Kita Bangga dapat menjadi daya tarik pariwisata karena perairan di daerah ini sering dilintasi hewan mamalia seperti lumba-lumba dan dugong yang unik, serta memiliki padang lamun yang luas.

Ulva juga menyatakan bahwa partisipasi masyarakat lokal dan masyarakat luas juga menjadi penting. Melalui sistem adopsi karang, masyarakat yang tidak tinggal di dekat laut juga diajak untuk ikut berkontribusi untuk menyelamatkan terumbu karang. Sementara itu, masyarakat dengan kearifan dan budaya lokal diberdayakan untuk merawat kebun karang. Melalui konsep seperti itu, pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan bukan lagi angan-angan semata.

Selain rangkaian kegiatan perayaan Coral Day, di penghujung acara masyarakat Desa Libas dengan Yayasan Suara Pulau menandatangani nota kesepahaman untuk perencanaan pembentukan Daerah Perlindungan Laut.

Salah satu bentuk transplantasi karang yang dibuat dalam acara Coral Day. Foto: dok. Telapak

Salah satu bentuk transplantasi karang yang dibuat dalam acara Coral Day. Foto: dok. Telapak

“Kami ingin Coral Day tidak hanya menjadi momentum seremonial tahunan semata, tapi harus ada langkah konkrit dan jelas untuk konservasi terumbu karang. Dengan ditetapkannya Daerah Perlindungan Laut, kami berharap bisa terumbu karang bisa terjaga dan potensi pariwisata di Kepulauan Kita Bangga dapat dikelola secara berkelanjutan dan berbasis masyarakat,” ujar Ulva.

Ery Damayanti dari Telapak selaku Koordinator Nasional Coral Day mengatakan, “Kami melihat Pulau Bangka sebagai lokasi yang strategis karena potensi lautnya yang kaya dan pulau kecil yang bisa menjadi wajah pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan. Terumbu karang yang terjaga dengan baik memiliki lebih banyak manfaat dan nilai untuk manusia. Terumbu karang adalah investasi untuk masa depan.”

Sebagai informasi, Coral Day adalah sebuah gerakan yang diinisiasi oleh beberapa organisasi lingkungan dan pertama kali diselenggarakan pada tahun 2010 di Bali. Coral Day merupakan peringatan satu hari untuk terumbu karang yang mengajak masyarakat untuk mengenal terumbu karang lebih dekat dan berpartisipasi untuk menyelamatkan terumbu karang.

(*)

Top