Peneliti dan Akademisi Meneliti Ragam Burung di Cagar Biosfer GSK-BB Riau

Reading time: 2 menit
Peneliti dan akademisi meneliti ragam burung di Cagar Biosfer GSK-BB Riau. Foto: Belantara Foundation
Peneliti dan akademisi meneliti ragam burung di Cagar Biosfer GSK-BB Riau. Foto: Belantara Foundation

Jakarta (Greeners) – Belantara Foundation, bersama peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta akademisi dari Universitas Pakuan dan Universitas Andalas, melakukan kajian keanekaragaman fauna burung di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB), Provinsi Riau. Kajian ini bertujuan untuk memutakhirkan data jenis burung yang ada di kawasan tersebut.

Kegiatan yang berlangsung dari 7 hingga 14 Februari 2025 ini bertempat di Stasiun Penelitian Humus Cagar Biosfer GSK-BB. Cagar biosfer ini, yang terletak di Pulau Sumatra, merupakan habitat penting bagi kelangsungan hidup burung liar.

Berdasarkan studi sejak 2011 oleh peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sedikitnya terdapat 199 spesies burung yang hidup di bentang alam ini. UNESCO telah menetapkan Cagar Biosfer GSK-BB sebagai cagar biosfer di Indonesia pada tahun 2009.

Salah satu anggota tim peneliti, Dolly Priatna, menjelaskan bahwa kajian ini juga bertujuan untuk mempelajari efek tepi. Selain itu, juga hubungan antara habitat hutan alam dan hutan tanaman terhadap komunitas fauna burung. Menurutnya, fauna burung memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem.

BACA JUGA: Polisi Amankan Ratusan Burung Langka dari Penangkaran Satwa di Jember

“Mereka dapat membantu dalam pemencaran biji (seeds dispersal) dari berbagai jenis pohon hutan, serta berfungsi sebagai pengendali hama tanaman pertanian (biological control),” ujar Dolly dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (22/3).

Dolly menambahkan, dengan mengetahui potensi jenis burung yang hidup di Stasiun Penelitian Humus, peneliti dapat memanfaatkannya untuk monitoring dan evaluasi kawasan tersebut. Hal ini penting untuk pengelolaan jangka panjang kawasan Cagar Biosfer GSK-BB.

Peneliti dan akademisi meneliti ragam burung di Cagar Biosfer GSK-BB Riau. Foto: Belantara Foundation

Peneliti dan akademisi meneliti ragam burung di Cagar Biosfer GSK-BB Riau. Foto: Belantara Foundation

Temukan 87 Jenis Burung

Peneliti telah menemukan 87 jenis burung. Penemuan tersebut berdasarkan hasil inventarisasi jenis burung di beberapa zona. Di antaranya zona hutan alam (HA), zona hutan tanaman (HT), dan zona transisi antara HA dan HT. Mereka menggunakan metode titik hitung (point count) dan jaring kabut (mist net).

Dari jumlah tersebut, 14 jenis burung termasuk dalam kategori burung yang pemerintah lindungi. Hal itu tercantum dalam Peraturan Menteri LHK No.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Selain itu, peneliti juga menemukan lima jenis burung migran yang menambah kekayaan spesies di kawasan tersebut. Di antaranya burung kirik-kirik laut (Merops philippinus), bentet loreng (Lanius tigrinus), dan baza hitam (Aviceda leuphotes). Selain itu, ada juga cekakak tiongkok (Halcyon pileata) dan sikatan bubik (Muscicapa dauurica).

BACA JUGA: Bertambah 11 Spesies, Indonesia Kini Miliki 1.826 Spesies Burung

Ekologi senior BRIN, Adi Susilo, mengingatkan bahwa menjaga keutuhan blok-blok hutan alam di dalam areal hutan tanaman sangat penting. Sebab, dapat berfungsi sebagai stepping stone (batu pijakan) bagi jenis burung dengan jelajah luas.

“Blok-blok hutan alam di dalam hutan tanaman ini juga sangat berpotensi meningkatkan keanekaragaman fauna burung,” ujarnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top