Building Code dan Peta Mikrozonasi Cegah Kerugian Besar Akibat Gempa

Reading time: 2 menit
peta mikrozonasi
Ilustrasi: Istimewa

Jakarta (Greeners) – Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengimbau setiap Pemerintah Daerah untuk membuat peta mikrozonasi untuk mengetahui daerah dan wilayah yang memiliki potensi gempa. Peta tersebut nantinya bisa dijadikan dasar tata ruang pembangunan sesuai aturan standar konstruksi bangunan (building code).

“Kami selalu minta kepada Pemda untuk selalu prioritaskan penanggulangan bencana. Jarang sekali masalah bencana dijadikan prioritas, padahal daerah yang rawan bencana itu penting dan menjadi prioritas pembangunan dalam tata ruang. Penanggulangan bencana atau mitigasi itu investasi dalam pembangunan,” kata Sutopo dalam konferensi pers di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Senin, (01/10/2018).

BACA JUGA: Gempa dan Tsunami Dera Palu dan Donggala 

Lebih lanjut Sutopo mengatakan, penelitian sudah membuktikan kalau mitigasi dapat mengurangi kerugian ekonomi di daerah rawan bencana. Salah satu bentuk mitigasi adalah dengan menerapkan building code.

“Memang di awal lebih mahal tapi ketika terjadi bencana alam kerugiannya tidak banyak. Jadi kalau saya tinggal di rawan gempa, ya, konstruksinya harus tepat, harus betul-betul dengan konstruksi tahan gempa,” ujar Sutopo.

peta mikrozonasi

Perumnas Balaroa di Palu Barat, Sulawesi Tengah hancur dikarenakan fenomena amblasan tanah saat gempa bumi terjadi pada Jumat (28/09/2018). Foto: BNPB

Menurut data yang dikeluarkan oleh BNPB, jumlah korban jiwa hingga 1 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB adalah 844 orang meninggal dunia dengan rincian 821 orang di Kota Palu, 11 orang di Kabupaten Donggala, dan 12 orang di Kabupaten Parigi Moutong. Korban meninggal dunia disebabkan karena tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa dan juga tsunami.

Oleh karena itu, Sutopo juga mengimbau pemda setempat membuat peta mikrozonasi untuk mengetahui seberapa besar potensi gempa di wilayah mereka. Hal ini dikarenakan belum semua wilayah di Indonesia terpetakan jalur sesar sampai dengan skala yang mendetail.

BACA JUGA: Pasca Gempa Lombok, Masyarakat Perlu Mitigasi Jangka Panjang 

Tujuan dari studi mikrozonasi seismik adalah untuk membuat zona-zona berdasarkan perbedaan intensitas guncangan yang mungkin terjadi dengan menggunakan data kondisi tanah setempat. Data kondisi tanah tersebut dapat diperoleh dari berbagai metode seperti pengeboran, investigasi atau catatan gempa. Konsep mikrozonasi yang digunakan dalam studi ini didasarkan pada penggunaan data yang diperoleh dari survei mikrotremor.

Penulis: Dewi Purningsih

Top