DLH DKI Jakarta Imbau Pelaksanaan Kurban Terapkan Eco Qurban

Reading time: 2 menit
DLH DKI Jakarta mengimbau pelaksanaan kurban terapkan eco qurban. Foto: DLH DKI
DLH DKI Jakarta mengimbau pelaksanaan kurban terapkan eco qurban. Foto: DLH DKI

Jakarta (Greeners) – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta mengimbau seluruh warga dan panitia kurban di Jakarta untuk menerapkan Eco Qurban saat Idul Adha 1446 H. Imbauan ini merujuk pada Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemotongan Hewan Kurban.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto menyampaikan, Eco Qurban adalah praktik pemotongan hewan kurban yang berprinsip pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. PelaksanaannyaΒ on-site atau di lokasi pemotongan.

Dalam Pergub No 10 Tahun 2022 juga sudah ada aturan penanganan limbah cair dan padat untuk meminimalisasi pencemaran lingkungan.

BACA JUGA: 4 Tips agar Tetap Sehat Setelah Iduladha

β€œPrinsip dari Eco Qurban adalah melaksanakan kurban dengan tidak mencemari dan mengotori lingkungan, baik pada saat pelaksanaan maupun setelahnya. Sehingga, jangan sampai ada limbah seperti darah, isi perut, atau bagian hewan kurban lainnya warga buang sembarangan ke selokan, got atau kali,” ucap Asep dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/5).

Asep menambahkan apabila limbah kurban tidak tertangani dengan baik, hal itu dapat menimbulkan bau tak sedap yang mengganggu kenyamanan warga. Bahkan, juga membahayakan kesehatan serta merusak ekosistem badan air.

Tangani Limbah Kurban

Dalam hal teknis pengelolaan limbah kurban, Analis Lingkungan Hidup DLH DKI Jakarta Ria Triany menjelaskan, perlu penanganan limbah cair hewan kurban seperti darah secara aman dan ramah lingkungan. Salah satunya dengan menguburnya dalam lubang tanah kedap air.

Ria menjelaskan, spesifikasi lubang penampungan dapat didesain berdasarkan estimasi volume darah per kilogram bobot hewan, yaitu 60 ml/kg bobot hewan. Sebagai contoh, untuk 10 ekor sapi masing-masing berbobot 500 kg, diperkirakan dihasilkan 0,3 mΒ³ darah. Sehingga dapat didesain lubang penampungan berkapasitas minimal 0,3 mΒ³ dengan ukuran 1,2 m (kedalaman), 0,5 m (panjang), dan 0,5 m (lebar). Setelah diisi, limbah tersebut perlu diberi disinfektan seperti tablet klorin atau kapur tohor.

Setelah itu, untuk air bekas pencucian daging harus ditampung dalam septic tank. Hal ini bertujuan agar air tidak merembes dan memiliki jarak aman dari saluran pembuangan. Selain itu, tambahkan disinfektan pada air untuk menjamin keamanan lingkungan.

β€œBersihkan sisa darah atau cairan dari area pemotongan menggunakan bahan penyerap seperti serbuk kayu, sekam padi, arang aktif, atau zeolit. Air yang sudah tidak bercampur darah dapat warga manfaatkan kembali, misalnya untuk menyiram tanaman,” kata Ria.

Kelola Dengan Bijak

Sementara itu, bagian tubuh hewan yang tidak termanfaatkan harus warga kelola secara bijak. Apabila tersedia lahan dan jumlah hewan tidak banyak, sisa tersebut dapat warga timbun dalam tanah dengan tambahan disinfektan. Alternatif lainnya adalah pengolahan kembali menggunakan Maggot Black Soldier Fly.

Jika jumlah hewan kurban banyak dan lokasi tidak memadai, perlakukan sisa tubuh hewan sebagai limbah padat organik khusus karena berpotensi mengandung patogen. Limbah ini harus warga pisahkan dari sampah organik biasa dan sampah non-organik. Lalu, mereka harus memusnahkannya melalui proses insinerasi.

BACA JUGA: Delapan Penjaga Kadar Kolesterol ketika Idul Adha

Terakhir, konsumsi makanan saat kurban juga perlu bijak agar tidak menambah timbunan sampah. Ria menyarankan agar masyaraakat memasak sesuai kebutuhan dan menerapkan konsep prasmanan. Hal itu penting untuk mencegah adanya sisa makanan.

β€œEco Qurban juga mendorong penggunaan kemasan ramah lingkungan untuk pembagian daging. Gunakan wadah guna ulang seperti besek bambu, daun pisang, atau wadah makanan guna ulang pribadi daripada plastik sekali pakai,” tuturnya.

DLH DKI Jakarta juga akan menyelenggarakan lomba kampanye media sosial Eco Qurban. Lomba ini berkolaborasi dengan Tunasmuda Care (T.Care). Tujuan lomba tersebut adalah menjaga lingkungan dengan praktik pengelolaan limbah kurban yang ramah lingkungan, serta mengurangi timbulan sampah. Terutama, dari penggunaan plastik sekali pakai yang masih sering warga gunakan untuk membungkus daging kurban.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top