Pascabanjir Lahar Dingin, Warga Semeru Khawatir Gagal Panen

Reading time: 2 menit
Lahan pertanian tertutup material vulkanik. Foto: Cak Yo

Jakarta (Greeners) – Masyarakat di sekitar lereng Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur khawatir gagal panen pascabanjir lahar dingin yang menerjang wilayahnya pekan lalu.

Ketua Sahabat Volunteer Semeru, Sukaryo atau yang akrab disapa Cak Yo mengaku cemas dampak sekunder pascabencana tersebut. Khususnya masalah aliran irigasi yang mengancam sawah gagal panen.

“Jika aliran irigasi dari sungai itu tertutup oleh material, beberapa sawah tidak bisa teraliri oleh air. Bahkan, ada potensi sawah tersebut gagal panen,” kata Cak Yo kepada Greeners, Selasa (11/7).

Material vulkanik ini menutupi aliran irigasi yang menghambat aktivitas pertanian. Pasokan kebutuhan air untuk padi pun terhambat akibat bencana banjir lahar dingin yang membawa material ke permukiman sawah.

Pembersihan Lumpur Berlanjut

Saat ini sudah banyak relawan, pemerintah daerah, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) turun ke lokasi kejadian. Mereka mendirikan beberapa posko pengungsian di balai desa. Khususnya di Kecamatan Candi Puro dan Kecamatan Pasirian, yang banyak pengungsinya.

Relawan dan pihak terkait pun membersihkan lumpur yang masuk ke beberapa rumah warga. Sebab, ada beberapa rumah warga yang terkena dampak dari jebolnya tanggul di Dusun Kebon Deli, Kecamatan Candi Puro.

Berdasarkan pengamatan Cak Yo, sebagian pengungsi pun kini sudah ada yang kembali pulang ke rumah masing-masing. Kemudian ada beberapa warga mengalami trauma dengan awan panas yang terjadi di beberapa tahun yang lalu.

Kondisi saluran irigasi pun tidak lagi berfungsi. Foto: Cak Yo

Hujan Lebat Hampir 24 Jam

Banjir lahar dingin terjadi usai hujan lebat yang turun hampir 24 jam. Akibatnya endapan vulkanik sisa erupsi Gunung Semeru ikut mengalir ke permukiman.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, pada 9 Juli 2023 tercatat 1.004 jiwa mengungsi. Kemudian tiga jiwa meninggal dunia akibat bencana longsor.

Curah hujan tinggi pada 6 Juli 2023 membuat tanggul di Kecamatan Candi Puro jebol. Lima jembatan putus di antaranya, Jembatan Gantung Kali Regoyo, Jembatan Penghubung Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang. Lalu Jembatan Kali Mujur, Jembatan Kaliputih, serta jembatan Desa Tumpeng dan Desa Kloposawit.

Koordinator Kelompok Gunung Api di Unit Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Oktory Prambada mengatakan, ada empat parameter yang bisa menimbulkan lahar yaitu endapan vulkanik, kemiringan lereng, lembah atau sungai yang berhulu di bukaan kawah serta curah hujan.

Nah Semeru ini punya keempat parameter tersebut. Letusaannya juga 40 kali sehari. Ini sudah terjadi sejak lama dari tahun 2007, karakter Semeru seperti ini,” kata Oktory kepada Greeners.

Oktory menambahkan, selain curah hujan tinggi, penyebab banjir lahar dingin yang begitu besar di Semeru karena sisa-sisa endapan vulkanik di tahun 2021 dan 2022.

Perkuat Mitigasi di Semeru

Untuk antisipasi, PVMBG memiliki peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang bisa masyarakat akses. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di zona berbahaya.

Pencegahan lainnya lewat whatsapp group untuk media peringatan dan pertukaran informasi kepada masyarakat khususnya penambang pasir, pihak pemerintah daerah, dan BPBD. Fungsi dari grup online in untuk menginformasikan potensi banjir lahar dingin.

“Kejadian kemarin yang minim korban ini juga berkat adanya penyaluran informasi kepada beberapa pihak melalui grup seperti ini,” imbuhnya.

Kemudian, pihaknya juga menyediakan sirine peringatan awan panas. Peringatan ini berlokasi di pos pengamatan gunung api. PVMBG juga terus memperbarui situasi terkini setiap enam jam.

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Top