Erupsi Gunung Agung Berpotensi Menjadi Daya Tarik Wisata Baru di Bali

Reading time: 3 menit
gunung agung
Gunung Agung. Foto: flickr.com/photos/flashpackinglife

Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa erupsi gunung Agung, Bali, mampu menjadi potensi pariwisata baru bagi pulau dewata. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa Lava Tour Gunung Agung atau menikmati pesta kembang api alam dengan memotret keindahan erupsi Gunung Agung dari titik aman yang telah ditentukan akan menjadi daya tarik unik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

“Letusan gunung api juga kan dapat menjadi objek yang menarik untuk direkam,” katanya kepada Greeners, Jakarta, Senin (30/10).

Menurutnya, ada dua sudut pengambilan gambar yang menarik, pertama dari sisi laut. Radius 25 km dari Gunung Agung termasuk zona aman dari sisi laut. Dari sisi timur ke utara, keuntungan posisinya adalah melihat lontaran batu pijar dari kawah Gunung Agung dan pada waktu yang tepat akan menghasilkan foto yang menakjubkan. Sedangkan dari sisi utara ke timur pada radius 35 km zona aman dapat melihat keindahan Gunung Batur dengan latar belakang erupsi Gunung Agung.

“Tapi tentunya harus selalu update rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat ingin melakukan pengambilan gambar,” terangnya.

BACA JUGA: Waspada! Gunung Agung dan Gunung Sinabung Berstatus Awas

Lalu kedua, dari sisi darat, lanjutnya, berdasarkan Google Earth ada empat titik yang representatif untuk mengambil gambar. Namun ada satu titik yakni dari Pura Lempuyang (± 1.100 mdpl) yang akan menghasilkan gambar indah dengan latar depan pura dengan jarak aman radius 16,5 km dari Gunung Agung. Meski demikian, tetap harus melakukan survei ke lokasi yang sudah ditentukan. Visual daerah yang dituju juga perlu dilihat, apakah ada pohon besar yang menghalangi menara pemantau tersebut atau tidak.

“Sinergi pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sekitar menjadi potensi sumber daya manusianya, sehingga turut meningkatkan ekonomi desa tersebut. Jadi jangan takut, dibalik kesulitan pasti ada keberkahan dari Sang Pencipta Alam Semesta. Bagi masyarakat sekitar, beri jeda dengan menjauh dari radius 12 km untuk Gunung Agung melontarkan kekayaan pasir yang berlimpah untuk masyarakat sekitar,” tambah Sutopo.

Naiknya status ‘Awas’ Gunung Agung pada 22 September 2017 lalu, menurut Sutopo mulai mengganggu aktivitas pariwisata Bali dan berdampak pada terganggunya perekonomian Bali. Bahkan banyaknya berita negatif atau hoax yang beredar, menyebabkan banyak warga dan wisatasan yang takut datang ke Bali. Padahal zona berbahaya yang ditetapkan PVMBG adalah radius 12 km dari puncak Gunung Agung.

BACA JUGA: BNPB Jajaki Kerjasama Penggunaan Teknologi Prediksi Gempa dengan Jepang

Meski demikian, terkait aktivitas vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali, Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api PVMBG, Devy Kamil Syahbana, mengatakan, berdasarkan hasil analisis data visual dan kegempaan serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya, maka pada Minggu (29/10/2017) pukul 16.00 WITA, status Gunung Agung diturunkan dari Level IV (Awas) ke Level III (Siaga). Penurunan status Awas menjadi Siaga ini dilakukan oleh PVMBG.

Meskipun sudah diturunkan ke level Siaga, di seluruh area dalam radius 6 km dari kawah puncak Gunung Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 7,5 km tidak boleh ada aktivitas masyarakat karena dalam radius tersebut masih berbahaya. PVMBG juga mengingatkan bahwa aktivitas vulkanik Gunungapi Agung belum mereda sepenuhnya dan masih memiliki potensi untuk meletus.

PVMBG merekomendasikan masyarakat di sekitar gunung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, beraktivitas atau melakukan pendakian di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 6 km dari Kawah Puncak Gunung Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 7.5 km.

“Zona Perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual,” kata Sutopo.

Hingga saat ini, daerah yang terdampak erupsi berada dalam radius 6-7,5 km antara lain Dusun Br. Belong, Pucang, dan Pengalusan (Desa Ban); Dusun Br. Badeg Kelodan, Badeg Tengah, Badegdukuh, Telunbuana, Pura, Lebih dan Sogra (Desa Sebudi); Dusun Br. Kesimpar, Kidulingkreteg, Putung, Temukus, Besakih dan Jugul (Desa Besakih); Dusun Br. Bukitpaon dan Tanaharon (Desa Buana Giri); Dusun Br. Yehkori, Untalan, Galih dan Pesagi (Desa Jungutan); dan sebagian wilayah Desa Dukuh adalah daerah yang berbahaya. Masyarakat yang berasal dari daerah ini masih harus berada di pengungsian.

Pengungsi saat ini berjumlah 133.457 jiwa yang tersebar di 385 titik. Sebagian besar pengungsi yang berasal dari daerah di luar radius 6-7,5 km dari puncak Gunung Agung sudah di perbolehkan pulang ke rumah masing-masing.

Penulis: Danny Kosasih

Top