Gajah Jinak Sumatera Ditemukan Mati di Unit Konservasi

Reading time: 2 menit
Gajah Ollo
Gajah Ollo. Foto: Balai Konservasi Sumber Daya, Alam (BKSDA) Aceh

Jakarta (Greeners) – Kematian gajah jinak Sumatera jenis Elephas maximus sumatranus menjadi kabar menyedihkan di peringatan Hari Gajah Sedunia. Kabar duka tersebut muncul pada pukul 10.00 WIB, sehari setelah hari penting yang ditetapkan tiap 12 Agustus oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Gajah bernama Ollo itu ditemukan tak bernyawa di Conservation Response Unit Sampoiniet Aceh Jaya dalam usia 24 tahun.

Kepala BKSDA Aceh, Agus Rianto mengatakan sehari sebelum kematian gajah, kondisinya terlihat normal dan tidak ada tanda penurunan kesehatan. Menurutnya, pada saat pagi hari Ollo juga masih melakukan aktivitas rutin seperti membawa pelepah-pelepah kelapa untuk dimakan sendiri dengan gajah jinak lainnya.

Baca juga: CREA: Pembangkit Listrik Sumbang Polusi Udara di Ibu Kota

Gajah juga sempat dimandikan oleh mahout di sungai yang berada di belakang kamp CRU Sampoiniet. Setelah dimandikan dan mahoutnya turun dari atas gajah untuk mengambil rantai pengikat, tiba-tiba gajah berlari menjauh. Kemudian dilakukan pengejaran yang dibantu mahout lainnya. Gajah jantan itu berlari di seputaran kamp lalu menyeberangi sungai. “Sekitar 30 menit pengejaran, gajah Ollo ditemukan sudah terjatuh dan tidak bernyawa lagi,” ujar Agus kepada Greeners, Jumat, (14/08/2020).

Agus mengatakan kematian gajah Ollo belum diketahui penyebabnya. Saat ini pihak BKSDA masih menunggu hasil laboratorium, pemeriksaan lapangan, dan nekropsi yang dilakukan oleh dokter hewan. Dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara tidak ditemukan hal atau barang yang mencurigakan.

Gajah Ollo

Gajah Ollo. Foto: Balai Konservasi Sumber Daya, Alam (BKSDA) Aceh

Menurut Agus, pada pemeriksaan eksternal tubuh juga tidak ditemukan tanda kekerasan fisik, seperti luka tusuk, sayat, peluru, sengatan listrik, bakar, atau benturan. Sementara pada pemeriksaan internal, secara makroskopis ditemukan abnormalitas karena organ usus terlihat pucat, hiperemi, dan sianosis. Ditemukan juga banyak cairan pada jantung dan pada bagian apek juga diselaputi oleh lemak.

“Guna mengetahui kepastian penyebab kematian gajah Ollo, sampel organ yang meliputi hati, jantung, usus, limpa, isi usus, dan lidah akan dikirim ke Pusat Laboratorium Forensik untuk dilakukan uji laboratorium,” ujar Agus.

Baca juga: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Dilakukan ke 1.620 Sukarelawan

Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Tutia Rahmi mengatakan semasa hidup gajah Ollo turut membantu dalam penanganan konflik gajah liar. Pada saat pemasangan GPS Collar di salah satu kelompok gajah liar di Sampoiniet, kata dia, gajah Ollo juga ikut.

“Semenjak ditempatkan di CRU Sampoiniet pada Maret 2016, Ollo aktif dalam penanganan konflik dan kehidupannya normal. Sebelum kematiannya pun, tidak ada riwayat kondisi kesehatannya memburuk,” ucap Tutia.

Mamalia terbesar di darat itu merupakan gajah jantan BKSDA Aceh yang ditangkap di Bahorok, Sumatera Utara. Pada saat diamankan ia berusia empat tahun.

Penulis: Dewi Purningsih

 

Top