Gempa Lombok, 689 Pendaki Terjebak di TN Gunung Rinjani

Reading time: 3 menit
gunung rinjani
Akibat gempa yang terjadi pada Minggu (29/07/2018), jalur pendakian ke Gunung Rinjani ditutup untuk sementara. Foto: Istimewa

Jakarta (Greeners) – Gempa berkekuatan 6,4 skala Richter yang terjadi pada Minggu, pukul 05.47 WIB di Lombok, Nusa Tenggara Barat, berdampak pada aktivitas pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Pada saat terjadinya gempa diperkirakan banyak pendaki yang berada di Gunung Rinjani terjebak di sekitar Danau Segara Anak dan KM 10 Pelawangan.

Menurut data yang disampaikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, jumlah pendaki yang masih terjebak di Gunung Rinjani adalah 689 orang. Dari total 829 orang pendaki yang naik tanggal 27 dan 28 juli 2018, 637 orang WNA dan 192 orang WNI.

Dari jumlah tersebut sudah dievakuasi 680 orang (358 orang WNA dan 222 orang WNI), sehingga masih ada 149 orang yang belum dievakuasi. Selain itu masih ada wisatawan terjebak di dua titik di kawasan Gunug Rinjani, yakni KM 10 jalur Sembalun terdiri 500 orang dan kawasan Batu Ceper 40 orang.

“Dengan demikian diperkirakan jumlah pendaki yang masih terjebak di atas Gunung Rinjani saat ini ada 689 orang. Serta, satu pendaki meninggal dunia di Pelawangan bernama Muhamad Ainul Taksim A, 26 tahun, mahasiswa asal Makasar. Laporan sementara korban tertimpa batu longsoran,” ujar Sutopo pada Konferensi Pers Penanganan Bencana 6,4 SR di Lombok Timur, Senin (30/07/2018).

BACA JUGA: Gempa 6,4 SR di Lombok Tewaskan Belasan Orang dan Rusak Ratusan Rumah 

Sutopo mengatakan bahwa saat gempa terjadi pula longsor dan batu-batu jatuh dari lereng atas. Pendaki merasakan guncangan keras dan terjadi kepanikan. Pendaki terjebak di Gunung Rinjani karena jalur pendakian berbahaya.

gunung rinjani

Daftar WNA Pendaki Gunung Rinjani yang naik melalui Pintu Sembalun dan Senaru tanggal 27-28 Juli 2018. Sumber: BNPB

Jalur pendakian telah ditutup oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani terhitung 29 Juli 2018 hingga waktu tidak ditentukan. Evakuasi sudah dilakukan sejak 29 Juli 2018 pukul 08.00 WITA dari Sembalun.

Pada 30 Juli 2018, pukul 07.00 WITA, Tim Evakuasi Gabungan berangkat melalui jalur Sembalun untuk melakukan evakuasi. Tim yang terdiri dari 184 orang ini dikerahkan untuk membantu proses evakuasi pendaki dari Gunung Rinjani. Mereka juga membawa logistik untuk para wisatawan atau pendaki yang masih berada di dalam kawasan Gunung Rinjani.

“Saat ini kondisi para pendaki dalam keadaan aman dan sehat. Mereka terjebak karena jalan yang dilalui untuk keluar terkena longsor dan para pendaki pun masih bisa berkomunikasi. Jadi saat ini para pendaki menunggu tim evakuasi untuk menyelamatkan mereka,” ujar Sutopo.

BACA JUGA: Antisipasi Banjir, BNPB dan MIT Luncurkan PetaBencana.id 

Kepala Balai TNGR Sudiyono menyatakan kalau Balai TNGR KLHK, bersama TNI, Polri, tenaga medis dan relawan/pecinta alam telah bergerak menuju Pelawangan Sembalun (2.600 mdpl) untuk melakukan observasi dan evakuasi para pendaki.

“Tim akan menyisir sepanjang jalur pendakian mencari pengunjung yang masih ada dan membagikan logistik serta obat-obatan. Diperkirakan tim tiba di Pelawan Sembalun sekitar pukul 15.00 WITA dan akan dibagi menjadi tiga kelompok,” jelas Sudiyono.

Tim A (Mapala) melakukan penyisiran korban ke lokasi sekitar Pelawangan hingga menuju puncak Rinjani, bertugas mengamankan barang milik pendaki yang masih tertinggal. Tim B (BASARNAS, TNI, POLRI, TNGR) akan turun menuju lokasi berkumpulnya pendaki di Danau Segara Anak (2.010 mdpl), diperkirakan tiba pukul 16.00 WITA di lokasi. Mereka akan melakukan evakuasi pendaki di danau dan melakukan penyisiran di area Danau Segara Anak, Air Panas dan Gua Susu. Tim C melakukan evakuasi jika ditemukan korban meninggal.

“Diharapkan besok pagi (31/07/2018), Tim B bersama semua pendaki turun ke Pos 2 Sembalun dimana tim medis sudah siaga menunggu pendaki yang membutuhkan penanganan medis. Pendaki yang turun sampai Sembalun melalui jalur Bawaq Nao akan dijemput alat transportasi menuju ke Posko Terpadu,” kata Sudiyono.

Penulis: Dewi Purningsih

Top