HPSN 2019, KLHK Lakukan Bersih-Bersih Serentak di 74 Kawasan Konservasi

Reading time: 3 menit
hpsn 2019
Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan kegiatan bersih-bersih taman nasional dan kawasan konservasi se-Indonesia yang dilaksanakan serentak di 74 lokasi pada tanggal 4 Maret 2019 dengan peserta tidak kurang dari 37.000 orang. Fungsi pemanfaatan jasa lingkungan pada kawasan konservasi ternyata memberikan dampak timbulan sampah terutama sampah plastik.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang mengikuti kegiatan bersih-bersih di Taman Wisata Alam Angke Kapuk di Jakarta Utara mengatakan bahwa ketika pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan hutan, terutama di wilayah taman nasional dan kawasan konservasi yang melibatkan aktivitas manusia, maka akan menimbulkan dampak lain terhadap lingkungan. Diantaranya adalah timbulnya sampah yang mencemari kawasan konservasi.

“Memang sudah confirm kalau di sini (Taman Wisata Alam Angke Kapuk) banyak sampah plastiknya. Kedepannya akan dibuatkan pengaturan kepada pengunjung seperti yang sudah dilakukan dibeberapa TN sebelum mendaki dilihat apa saja yang dibawa, terutama makanan kemasan, nanti dicek lagi ketika turun dibawa atau tidak sampahnya. Kita buatkan pengaturan dan pelaksanaannya. Diberikan sanksi dulu jangan langsung dihukum,” ujar Siti, Jakarta Utara, Senin (04/03/2019).

BACA JUGA: Peringatan HPSN 2019, Bersih Sampah Serentak di 8 Kota Provinsi Jawa Tengah 

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh KLHK melalui Direktorat Pengelolaan Sampah terhadap 15 Taman Nasional dan Gunung di Indonesia pada tahun 2016, diperolah data rata-rata pendaki atau pengunjung menghasilkan 3 kg sampah. Dari sampah yang dihasilkan, komposisi terbesarnya adalah sampah plastik yang mencapai 56% dari total sampah, sementara komposisi sampah organik hanya sebesar 14%.

“Kegiatan bersih-bersih ini dilakukan secara simultan yang merupakan langkah pemerintah dari melihat dan merespons dinamika, keinginan dan antusiasme masyarakat agar jangan lagi punya masalah sampah plastik. Memperhatikan isu persampahan tersebut maka tantangan kita adalah bagaimana mengelola sampah yang baik di wilayah tapak karena ancaman pencemaran sampah tidak hanya akan berdampak pada taman nasional atau kawasan konservasi yang ada di gunung atau daratan, namun juga berdampak pada Taman Nasional Laut kita,” kata Siti.

Kegiatan bersih-bersih kawasan konservasi dilaksanakan secara serentak di 74 lokasi di seluruh Indonesia. Di pulau Sumatera, tercatat 10 Taman Nasional dan 7 kawasan konservasi turut menyukseskan gerakan ini sementara di pulau Jawa sebanyak 12 Taman Nasional dan 5 kawasan konservasi.

Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang mengikuti kegiatan bersih-bersih ini sebanyak 6 taman nasional dan 3 kawasan konservasi, di pulau Kalimantan sebanyak 7 taman nasional dan 4 kawasan konservasi, di pulau Sulawesi sebanyak 8 taman nasional dan 4 kawasan konservasi, di Maluku sebanyak 2 Taman Nasional dan 1 kawasan konservasi, serta di Papua sebanyak 3 taman nasional dan 2 kawasan konservasi.

BACA JUGA: HPSN 2019, Pemerintah Fokus pada Pencemaran Sampah Plastik 

Menteri Siti Nurbaya juga mengadakan konferensi jarak jauh dengan beberapa wilayah yang melaksanakan kegiatan bersih-bersih taman nasional dan kawasan konservasi. Bupati Kampar melaporkan bahwa kegiatan bersih sampah di wilayahnya berhasil mengumpulkan 350 kg sampah plastik, 35 kg sampah kertas, serta 5 ton sampah organik termasuk diantaranya sampah yang berasal dari pasar tradisional.

Sementara itu Walikota Jayapura menyampaikan bahwa kegiatan bersih-bersih sampah yang dilaksanakan warganya dari jam 9 pagi hingga jam 1 siang berhasil mengumpulkan 2 ton sampah. Walikota Jayapura menambahkan kegiatan tersebut juga dilaksanakan di gereja-gereja maupun masjid-masjid dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat.

Gerakan aksi bersih-bersih ini tidak hanya melibatkan pegawai BKSDA atau Balai Taman Nasional yang bersangkutan namun juga melibatkan komunitas konservasi atau komunitas peduli lingkungan, pelajar dan mahasiswa, dunia usaha, serta pemerintah daerah.

Salah satu komunitas yang hadir, Biodiversity Warrior dari Yayasan Kehati yang diwakili oleh Ahmad Baihaqi selaku Staf Edukasi & Outreach mengatakan bahwa pemerintah tidak bisa bergerak dan berjalan sendiri dalam pelestarian lingkungan. “Perlu sinergi dan perlu kolaborasi antara pemerintah dan teman-teman komunitas serta swasta yang ada di sini karena menjaga lingkungan itu memperlukan kerjasama dari semua pihak,” kata Ahmad.

Komunitas lingkungan yang turut hadir dan mendukung kegiatan bersih-bersih ini yaitu Mapala Arkadia UIN, Mapala Setasia dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Forum Komunikasi Konservasi DKI Jakarta dan perwakilan tempat wisata Jakarta Aquarium.

Penulis: Dewi Purningsih

Top