Ilmuwan Nilai Lapisan Ozon Mulai Tunjukan Pemulihan

Reading time: 2 menit
Foto: UNEP/www.un.org

Jakarta (Greeners) – Lapisan ozon yang melindungi Bumi akhirnya berada di jalur pemulihan pada pertengahan abad ini. Lapisan ozon di atmosfer pada ketinggian 19 – 48 kilometer tersebut dinyatakan menutup setelah terlihat adanya tanda-tanda berhentinya penipisan.

Setidaknya begitulah yang dilaporkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menurut penilaian dari 300 ilmuwan dalam sebuah ringkasan dokumen Penilaian Ilmiah Penipisan Ozon tahun 2014 yang diterbitkan oleh Badan Lingkungan PBB atau United Nations Environment Programme (UNEP) dan Organisasi Meteorologi Dunia PBB atau World Meteorological Organization (WMO).

Berdasarkan laporan resmi dari PBB pula, diketahui bahwa pemulihan lapisan ozon tersebut juga dikaitkan dengan tindakan kolektif melalui Protokol Montreal yang sejak tahun 1987 telah memaksa negara-negara untuk melaksanakan berbagai kebijakan untuk mengurangi dan kemudian secara bertahap menghapus penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lapisan ozon.

Direktur Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prof. Dr. Edvin Aldrian, BEng., MSc., pun mengakui laporan dari UNEP terkait luasan lubang ozon tersebut benar adanya. Menurutnya, saat ini sudah banyak industri yang mulai sadar dan mengerti untuk tidak menggunakan bahan kimia berbahaya yang dapat merusak lapisan ozon bumi.

“Umumnya, chlorofluorocarbon (CFC) dan hydrochlorofluorocarbon (HCFC) yang digunakan untuk membantu daya semprot pada peralatan kosmetik, pendingin ruangan, atau lemari pendingin itulah yang menyebabkan ozon kita menipis. Dan laporan dari UNEP itu bisa jadi hasil dari kesadaran industri serta pelarangan penggunaan CFC dan HCFC itu,” jelas Edvin saat dihubungi oleh Greeners, Jakarta, Selasa (15/09).

Sedangkan untuk Indonesia sendiri, lanjut pria yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG ini, ada perbedaan acuan pengukuran untuk ozon antara yang dilakukan oleh BMKG Indonesia dan yang dilakukan oleh para peneliti di UNEP.

“Kalau PBB atau UNEP itu, mereka mengukur luasan lubang ozon di Antartika sebagai salah satu indikator kondisi ozon. Kalau kita, itu cuma mengukur ozon permukaan saja dan itu pun hanya di Jakarta dan Sumatera Barat. Itu kita laporkan juga ke UNEP,” katanya.

Direktur Eksekutif UNEP Achim Steiner dalam keterangan resmi yang dikutip oleh Greeners juga menyatakan bahwa di antara temuan utama dari laporan para peneliti tersebut, yang terjadi pada lapisan ozon di paruh kedua abad ke-21 akan sangat tergantung pada konsentrasi CO2, metana dan nitrogen oksida. Tiga zat tersebut merupakan penyebab gas rumah kaca yang memiliki usia panjang di atmosfer.

“Menurut studi yang dilakukan Badan Meteorologi Dunia (WMO) dan UNEP, butuh waktu satu dekade atau 10 tahun untuk memulihkan lapisan ozon secara sempurna,” jelas Steiner.

Sumber: UN/UNEP
Penulis: Danny Kosasih

Top