Ironi Keberadaan Pepohonan Besar di Jakarta

Reading time: 2 menit

Jakarta (Greeners) – Keberadaan pepohonan besar di pinggir jalan bisa menjadi sebuah ironi setiap kali hujan deras turun di Jakarta. Pohon yang membawa keteduhan dan suplai oksigen untuk hidup justru bisa merenggut nyawa. Salah satunya seorang supir bajaj yang tewas seketika setelah tertimpa pohon. yang tumbang saat hujan deras kala melintas jalan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, pada akhir Januari 2012.

Menurut Sekretaris Departemen Arsitektur Lansekap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Nizar Nasrullah, pepohonan di Jakarta bisa tumbang karena tidak memiliki pondasi yang kuat sebab pertumbuhan akar terganggu pelebaran jalan, meski pohon dalam kondisi sehat.

“Contoh di Jalan Pattimura, Jakarta Selatan. Pohonnya sehat, tapi zona akarnya habis karena pelebaran jalan. Akibat pelebaran jalan akar pohon hanya tumbuh searah jalan, sehingga rentan tumbang,” kata Nizar yang mengikuti tim peninjau kondisi pohon bersama Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI pada awal Februari.

Oleh sebab itu Nizar menyarankan  pemangkasan bagian atas pohon (topping) tetap menyisakan tunas muda. “Setelah dilakukan topping, tinggi pohon hanya diperbolehkan berkisar antara tujuh hingga sepuluh meter,” ujarnya.

Nizar menegaskan keberadaan pepohonan sangat penting untuk mengurangi polusi, memberikan aspek estetika  lingkungan dan untuk menjaga nilai ekologis kota Jakarta. Akan tetapi penebangan pohon di jalur hijau tetap perlu dilakukan bila membahayakan pengguna jalan. “Tidak boleh ditawar lagi,” tegasnya.

Sedangkan untuk mengatasi kekeroposan pohon, dosen IPB itu mengatakan ada beberapa cara, misalnya dengan penyemenan untuk memperkuat pohon. Penyemenan dilakukan setelah lubang yang keropos dibersihkan dari sisa serangan jamur atau rayap.

Sementara  pemantauan pepohonan penting dilakukan  untuk mengantisipasi serangan hama penyakit.
“Idealnya harus dilakukan setahun sekali, dan tidak harus menunggu munculnya cuaca ekstrem,” tambahnya.

Pemerintah provinsi DKI Jakarta bersama Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB juga akan melakukan inspeksi terhadap pepohonan di beberapa wilayah Jakarta Pusat yakni Jalan Medan Merdeka Selatan, Jalan Teuku Umar, dan Jalan Pattimura.

Untuk mengetahui kondisi pepohonan itu, tim menggunakan metode suara ultrasonik  dengan memasukkan alat pendeteksi kecepatan gelombang suara pada batang pohon.
Bila pohon tersebut sehat maka kecepatan rambat suaranya di atas 1800 meter per detik. Namun, bila kecepatannya di bawah 600 meter per detik berarti pohon tersebut sangat keropos dan rawan tumbang.

Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Distamkam) DKI, Catharina Suryowati menyatakan berdasarkan hasil inspeksi pohon tersebut, tim menebang pohon-pohon yang memiliki tingkat kekeroposan 70%.

“Masing-masing lokasi akan diambil dua pohon yang dinilai sudah rapuh dan keropos untuk dilakukan tes kondisi pohon. Hasil tes dari dua pohon yang diuji di Jl Medan Merdeka Selatan, satu diantaranya akan ditebang karena kondisi keroposnya sudah mencapai 70 persen,” katanya.

Dia menambahkan tes kondisi pohon tersebut akan dilakukan rutin. (G11)

Top