KKP Dorong Produksi Ikan Patin Indonesia Kuasai Pasar Global

Reading time: 2 menit
ikan patin
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Nilanto Perbowo. Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Peluang produk patin Indonesia untuk menguasai pasar global sangat terbuka luas. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya ekspor patin Indonesia ke beberapa negara. Tahun 2018 ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi patin sebesar 604.587 ton.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan KKP Nilanto Perbowo mengatakan pemerintah, pelaku usaha, pembudidaya, dan asosiasi memiliki sebuah komitmen bahwa ikan patin milik Indonesia dan asli Indonesia, harus bisa memberikan kontribusi yang lebih baik lagi kedepannya terutama untuk pertumbuhan ekonomi serta masyarakat.

“Dan lebih penting lagi kita harus mampu melakukan terobosan agar produksi ikan patin lokal mulai diekspor ke luar negeri supaya lebih bagus produksinya,” kata Nilanto ketika membuka acara Marine and Fisheries Business and Investment Forum, Jakarta, Rabu (11/04/2018).

BACA JUGA: Peralihan Cantrang, KKP akan Beri Bantuan Asuransi Kapal

Dalam rangka menggulirkan usaha ikan patin menjadi sebuah industri yang stabil, pasti, dan berkesinambungan, KKP telah melakukan sejumlah upaya untuk menggerakkan industri patin dari hulu ke hilir, meliputi bantuan benih, program pakan mandiri, dan penyediaan induk patin unggul nasional, yaitu patin jambal dan patin pasupati (patin super harapan pertiwi) yang telah dirilis dengan Kepmen KP Nomor 25 Tahun 2006 dan penyusunan SNI Fillet Patin.

Selain itu, KKP juga bekerjasama dengan SMART FISH Indonesia Program yang didukung oleh SECO-UNIDO membangun mobile aplikasi untuk perluasan informasi tentang budidaya patin yang baik yang dapat memenuhi standar kesehatan dan keamanan pangan, serta merumuskan branding patin.

Nilanto mengatakan, pasca penerapan kebijakan proteksi impor patin, geliat industri patin Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada tahun 2016 produksi patin nasional sebesar 437.111 ton, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya 339.069 ton. Pada tahun 2018, KKP menargetkan produksi patin sebesar 604.587 ton. Porsi negara tujuan ekspor patin Indonesia didominasi oleh negara Thailand sebesar 44 persen dari hasil produksi, diikuti Jepang 15 persen dan Myanmar 14 persen.

BACA JUGA: Cacing dalam Produk Ikan Makarel Kaleng, Ini Penjelasan KKP dan LIPI

Dampak kebijakan proteksi impor patin juga dirasakan oleh salah satu industri PT Central Pertiwi Bahari. Direktur PT Central Pertiwi Bahari, Samiono, mengatakan, sejak ditetapkannya kebijakan proteksi impor patin Januari 2017, perusahaannya mampu menjual 657 ton dalam waktu empat bulan.

“Kami berkoordinasi dengan petani-petani di beberapa daerah. Ada 137 petani yang tersebar di Tulungagung dan Jombang, mereka berkomitmen memberikan 300 ton sebulan. Dari jumlah tersebut hasil budidaya petani setelah 7 bulan sudah pasti terserap oleh industri kami. Selain itu, kami menyiapkan 5 pabrik, yaitu di Lampung, Karawang, Tangerang, dan dua di Surabaya untuk menyambut euforia industri patin ini yang setiap bulannya kami berkomitmen bisa memberikan suplai 1.000 hingga 1.200 ton,” ujar Samiono.

Menurut Nilanto, diperkirakan tahun 2045 konsumsi ikan mencapai 50 kg per kapita per tahun dan pertumbuhan penduduk mencapai 1 persen. Oleh sebab itu, acara Marine and Fisheries Business and Investment Forum yang diikuti oleh 191 pelaku usaha patin merupakan salah satu langkah untuk memastikan ikan pada tahun 2045 tersedia dalam jumlah cukup, baik, dan sehat bagi masyarakat.

“Peluang industri patin untuk konsumsi lokasi sangat terbuka luas akibat kebijakan larangan impor patin oleh KKP. Selain itu, tingginya syarat keamanan pangan yang akan ditetapkan KKP melalui Standar Nasional Indonesia (SNI) menjadi peluang bagi patin lokal untuk menguasai pasar lokal,” ujar Nilanto.

Di Indonesia, patin adalah salah satu komoditas industri andalan karena memiliki kemapanan dari segi benih, pembesaran, pakan, dan pengolahan. Wilayah produksi budidaya patin meliputi Jambi, Palembang, Riau, Lampung, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Penulis: Dewi Purningsih

Top