KLHK Luncurkan Program Gerakan Nasional Pilah Sampah Dari Rumah

Reading time: 3 menit
KLHK Luncurkan Program Gerakan Nasional Pilah Sampah Dari Rumah
KLHK Luncurkan Program Gerakan Nasional Pilah Sampah Dari Rumah. Foto : www.greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Pengelolaan Sampah Limbah dan B3 (PSLB3) meluncurkan Gerakan Nasional Pilah Sampah Dari Rumah.

Gerakan ini merupakan lanjutan dari gerakan pengurangan sampah yang sudah terlihat masif di masyarakat guna memastikan sampah dapat dipilah sejak sumbernya, dikumpulkan, dan diangkut ke tempat pengolahan dan pemrosesan akhir secara terpilah.

Diketahui dari Data KLHK, jumlah timbulan sampah di Indonesia secara nasional sebesar 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun, dengan komposi organik (sisa makanan dan sisa tumbuhan) sebesar 50%, plastik sebesar 15%, dan kertas sebesar 10%. Sisanya terdiri dari logam, karet, kain, kaca, dan lain-lain.

BACA JUGA : Kebijakan Cukai Plastik Dianggap Tidak Efektif Atasi Masalah Sampah

Oleh karenanya, perlu tindakan dan aksi nyata untuk merubah pola pikir, gaya hidup dan budaya untuk mengelola sampah lebih baik untuk dapat menjaga keberlanjutan kehidupan. Pada sebelumnya KLHK pun sudah melakukan beberapa kegiatan, yakni gerakan mengurangi sampah supaya tidak menghasilkan sampah plastik sekali pakai dengan membawa tumblr dan tas belanja sendiri.

“Sekarang saatnya Indonesia juga mencanangkan gerakan pilah sampah dari rumah, karena gerakan ini akan mempermudah sampah sebagai bahan baku untuk di daur ulang. Jadi kita mendorong sampah menjadi circular economy,” ujar Direktur Jenderal PSLB3, Rosa Vivien Ratnawati, pada Acara Peluncuran Gerakan Pilah Sampah Dari Rumah di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (15/09/2019).

Vivien mengatakan pemilahan sampah ini bisa mendorong pabrik dan atau industri daur ulang bisa melakukan investasi lebih baik lagi. Sebagai contoh, kasus impor plastik bisa direduksi dengan meningkatkan bahan baku kertas daur ulang dalam negeri.

Rosa Vivien Ratnawati (Dirjen Pslb3 KLHK) Program Gerakan Nasional Pilah Sampah Dari Rumah diluncurkan KLHK

Rosa Vivien Ratnawati (Dirjen Pslb3 KLHK). Foto : www.greeners.co/Dewi Purningsih

“Untuk bahan baku kertas daur ulang, 50% masih berasal dari luar negeri, dengan gerakan nasional pilah sampah dari rumah ini, diharapkan akan menjadi hulunya, untuk kemudian kita punya program meningkatkan bahan baku kertas daur ulang dalam negeri, asalnya memilah dari rumah kita sendiri,” jelas Vivien.

Vivien menjelaskan, per tahunnya industri kertas membutuhkan 6-7 ton dengan harga sampah kertas Rp2,5 juta ton per ton. Jika dijumlahkan, nilai ekonominya 16 triliun per tahun untuk sampah kertas saja. Belum lagi, sampah plastik, logam, kaleng, kaca, bahkan sampah organik yang menjadi kompos di mana jumlahnya lebih banyak.

“Jadi salah satu penanganan impor sampah kemarin dengan pemilahan sampah ini, karena sesuai dengan arahan presiden yakni memaksimalkan bahan baku dalam negeri, diharapkan impor sampah berkurang,” jelasnya.

Melihat profil pengelolaan sampah nasional, sumber sampah yang utama dihasilkan dari rumah tangga sebesar 36%, pasar serta perniagaan memberikan kontribusi timbulan sampah sebesar 38% dan sisanya 26% berasal dari kawasan, perkantoran dan fasilitas publik.

BACA JUGA : Gerakan 1 Juta Tumbler, Konsisten Ajak Masyarakat Kurangi Sampah Plastik

Dalam rangka mengoptimalkan gerakan pemilahan ini, Vivien menyampaikan bahwa KLHK akan mengeluarkan Surat Edaran (SE) kepada Pemerintah Daerah agar dapat menyediakan pengangkutan terpilah dan terjadwal bagi sampah yang dapat dikompos, di daur ulang maupun residu.

“Saat ini pengangkutan di Pemda masih dicampur, itu salah satu faktor susah untuk memilah, oleh karenanya nanti KLHK akan mengeluarkan SE untuk menyiapkan jadwal pengangkutan. Selain itu, kami juga mengharapakan industri daur ulang untuk membantu kami, bagaimana caranya untuk terkoneksi ke seluruh bank sampah di Indonesia,” ujar Vivien.

Saat ini ada 8.000 bank sampah yang berada di Indonesia, di mana diakui Vivien belum semua efektif karena belum terkoneksi dengan perusahaan daur ulang dan belum mendapatkan bahan baku yang optimal. Dengan adanya pemilahan sampah dari rumah ini membantu menggerakan usaha dari bank sampah.

Penulis: Dewi Purningsih

 

Top