Lima Spesies Hiu Berjalan Tinggal di Indonesia

Reading time: 3 menit
hiu berjalan
Ilustrasi: pixabay.com

Jakarta (Greeners) – Semua ikan hiu pasti bisa berenang, tetapi hanya beberapa spesies saja yang bisa berjalan sehingga sering disebut “Hiu Berjalan” (walking shark). Disebut sebagai Hiu Berjalan karena bergerak seperti melata atau berjalan di dasar laut menggunakan sirip-siripnya. Perairan Indonesia yang tinggi keragaman hayati lautnya ini ternyata merupakan habitat Hiu Berjalan. Lima dari sembilan spesies sudah berhasil ditemukan dan diidentifikasi berada di perairan Indonesia.

Marine Program Director Conservation International (CI) Indonesia Victor Nikijuluw mengungkapkan bahwa selain hiu konvensional dan Hiu Paus yang menjadi daya tarik pariwisata, Hiu Berjalan adalah daya tarik lainnya. Dengan melakukan snorkling atau berperahu di perairan dangkal, Hiu Berjalan akan mudah dijumpai.

“Namun karena spesies ini mudah ditemukan, ancaman keberlanjutannya juga semakin besar. Karena itu, sebaiknya spesies ini tidak diganggu ketika kita sedang berwisata di pesisir, dan kita jangan merusak terumbu karang serta padang lamun yang merupakan habitat serta tempat mereka memijah,” papar Victor seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Greeners, Jumat (13/01/2017).

BACA JUGA: Hiu Paus Boleh Dimanfaatkan Sebagai Potensi Wisata, Asalkan…

Kelompok Hiu Berjalan secara taksonomi sering disebut dengan Hiu Bambu (bamboo shark) dan termasuk dalam genus Hemiscyllium. Empat spesies endemik atau hanya ada di Indonesia antara lain adalah Hiu Berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium freycineti), Hiu Berjalan Teluk Cendrawasih (H. galei), Hiu Berjalan Halmahera (H. halmahera), dan Hiu Berjalan Teluk Triton Kaimana (H. henryi). Satu spesies lainnya yaitu H. trispeculare ditemukan di perairan Aru Maluku, namun spesies ini hidup juga di pantai utara dan barat Benua Australia.

Victor menjelaskan, Hiu Berjalan endemik Indonesia dari jenis Hemiscyllium freycineti. Spesies ini ditemukan pertama kali di Raja Ampat pada tahun 1824. Pada tahun 2008, H. henryi ditemukan di perairan Kaimana dan H. galei ditemukan di Teluk Cenderawasih. Sedangkan H. halmahera ditemukan perairan Halmahera pada tahun 2013.

Lima dari sembilan spesies hiu berjalan atau sering disebut juga bamboo shark ditemukan berada di perairan Indonesia. Empat diantaranya merupakan endemik atau hanya ada di Indonesia. Foto: dok. Conservation International (CI)

Studi yang dilakukan CI bersama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Western Australian Museum, dan California Academy of Science terhadap sembilan spesies hiu berjalan tersebut sementara ini menyimpulkan bahwa daerah sebaran sembilan spesies hanya ternyata terbatas di wilayah cincin utara Benua Australia, Papua Nugini, Perairan Papua Barat, Halmahera, dan Aru.

Temuan yang didukung oleh Mark Erdmann dan Gerald Allen dari CI dan Western Australian Museum ini merupakan perkembangan hasil temuan sebelumnya yang menunjukkan daerah sebaran yang luas dari bagian utara Benua Australia, Papua Nugini, hingga Seychelles di Samudera Hindia dan Pulau Solomon di Pasifik.

Lebih lanjut Victor menjelaskan bahwa pemantauan secara berkala yang dilakukan oleh CI di perairan Papua Barat menyimpulkan bahwa populasi Hiu Berjalan berada dalam ancaman karena daerah sebaran yang terbatas daripada perkiraan sebelumnya. Akibatnya, spesies unik ini lebih mungkin terpapar terhadap ancaman setempat seperti penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab, tumpahan minyak, peningkatan suhu, bencana seperti angin siklon dan tsunami, kerusakan pantai, pembangunan wilayah pesisir dengan cara reklamasi, serta perkembangan industri pariwisata yang tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

BACA JUGA: Hukuman Ringan, Angka Perdagangan Satwa Liar Terus Meningkat

Sementara itu pakar hiu dari LIPI, Fahmi, menjelaskan bahwa kelompok ikan hiu ini memiliki kemampuan berenang yang terbatas dan amat tergantung pada habitat dan kedalaman tertentu sehingga tidak sanggup bergerak jarak jauh dan tidak memiliki potensi sebaran yang tinggi. Selain itu, tipe reproduksi dari kelompok hiu ini adalah dengan meletakkan telurnya pada substrat tertentu untuk kemudian menetas dan berkembang menjadi menjadi individu dewasa pada habitat yang sama.

Fahmi menambahkan bahwa hasil temuan ini akan dikomunikasikan kepada pemerintah daerah sebagai pengelola kawasan pesisir untuk mendorong perlindungan bagi spesies hiu berjalan di Indonesia. Pasalnya, baru spesies Hemiscyllium freycineti yang ada di Raja Ampat yang dilindungi oleh Perda Raja Ampat Nomor 9 Tahun 2012 mengenai Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta, dan Jenis-jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Raja Ampat.

“Saat ini kelompok Hiu Berjalan merupakan kelompok ikan hiu yang sering dijadikan ikan hias dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional. Beberapa negara maju bahkan sudah melakukan upaya budidaya spesies hiu berjalan uuntuk kepentingan komersial. Perlunya upaya pengelolaan terhadap jenis hiu ini dan habitatnya amat diperlukan, agar jangan sampai jenis hiu tersebut banyak ditemukan di akuarium-akuarium ikan hias namun sulit ditemukan di habitat aslinya,” pungkasnya.

Penulis: Renty Hutahaean

Top