Penerapan Circular Economy dalam Pengelolaan Sampah Belum Maksimal

Reading time: 2 menit
circular economy
Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Sampai saat ini pengelolaan sampah masih menggunakan sistem kumpul, angkut, buang (linear economy). Padahal, pemerintah tengah mencanangkan sistem ekonomi melingkar (circular economy), dimana sampah dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai ekonomi sehingga timbulan sampah dapat berkurang.

“Sebenarnya pengelolaan sampah dengan sistem circular economy sudah berjalan. Pengelolaan sampah ini memiliki regulasi diantaranya Perpres 97 tahun 2017. Pada akhirnya keinginan kami circular economy ini bisa mengurangi timbulan sampah,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Rosa Vivien Ratnawati dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh PRAISE dengan tema Kerja Bersama Untuk Indonesia Bersih, Jakarta, Rabu (28/02).

BACA JUGA: Perusahaan Penghasil Produk dengan Kemasan Mulai Lirik Konsep Circular Economy

Vivien mengatakan membangun bank sampah merupakan bentuk komitmen suatu daerah untuk menjalankan model circular economy, dimana di rumah tangga sampah sudah dipilah dan masyarakat yang mengelola bank sampah juga mendapatkan nilai ekonomi.

“Manusia menghasilkan 0.7 kg sampah per orang per hari. Kalau tidak ada bank sampah, sampah rumah tangga diangkut ke TPA dan tidak menghasilkan apa-apa. Tetapi kalau dibuat bank sampah, masyarakat yang memilah tersebut juga mendapatkan nilai ekonomi, seperti kemasan plastik atau botol plastik dan sampah pun berkurang,” kata Vivien.

BACA JUGA: Penanganan Sampah Perlu Dilihat Secara Menyeluruh

Ketua Umum PRAISE (Packaging and Recyclling Association For Indonesia Sustainable Environment), Sinta Kaniawati, mengatakan bahwa sebagai sebuah aliansi yang didirikan pada tahun 2010, PRAISE menyatakan mendukung sistem circular economy demi terciptanya pengelolaan sampah kemasan yang holistik, terintegrasi, dan berkesinambungan di Indonesia.

“Kalau linear economy berarti setelah barang dikonsumsi kemudian dibuang. Ada suatu konsep dalam pembangunan yang berkelanjutan yaitu circular economy yang konsepnya saat barang dibuat sudah memikirkan nanti jika sudah tidak dipakai mau diapakan atau bisa di daur ulang. Kalau sudah seperti itu keseimbangan lingkungan akan terjadi di dalam ekosistem karena tidak akan pernah ada yang terbuang, terkonsumsi dengan baik. Ada yang tersisa dari produk bisa dimanfaatkan. Terjadi pemanfaatan terus-menerus,” kata Sinta.

Meski demikian, menurut Sinta penerapan sistem circular economy masih menghadapi beberapa hambatan diantaranya disebabkan keterbatasan lahan, pola pikir, persepsi, dan perilaku terhadap sampah. Dibutuhkan pula regulasi untuk mengatur dan mengontrol jika circular economy tersebut sudah berjalan.

Penulis: Dewi Purningsih

Top