Perubahan Iklim Ancaman Nyata Ketahanan Pangan

Reading time: 2 menit
Gagal panen karena kekeringan ekstrem menjadi salah satu dampak perubahan iklim. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Sektor pertanian di Indonesia dihadapkan pada ancaman dampak perubahan iklim. Untuk itu perlu langkah jitu untuk menjaga ketahanan pangan. Cara jitu tersebut meliputi optimalisasi pengelolaan air dan peningkatan literasi iklim.

Pernyataan tersebut Agie Wandala Putra sampaikan dalam disertasinya berjudul “Model Prediksi Volatilitas Harga Pangan Berbasis Perubahan Iklim dalam Rangka Adaptasi Berkelanjutan pada Tingkat Petani Tahun 2021”.

Agie yang juga Kepala Sub Koordinator Bidang Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ini menyebut, perubahan iklim tak hanya berpengaruh terhadap pemanasan global. Mencairnya es dan peningkatan permukaan laut juga menjadi dampaknya. Selain itu juga meningkatkan risiko bagi manusia dan lingkungan, seperti ketahanan pangan.

Produksi dan harga beras di Indonesia periode tahun 2009 hingga 2018 juga mengalami perubahan signifikan. Selain karena kemampuan petani dalam melakukan transaksi, kapasitas berproduksi serta distribusi pangan, juga dapat pengaruh dari fenomena iklim berupa El Nino dan La Nina.

Kondisi pertanian di wilayah sekitar Gunung Lawu, Jawa Tengah misalnya yang mengalami kerentanan imbas curah hujan tinggi sehingga terjadi penurunan kualitas produksi.

“Pertanian merupakan sektor paling rentan karena mereka sangat bergantung pada ketersediaan air. Itulah kenapa pengelolaan air di masing-masing daerah sangat penting,” katanya dalam Webinar Diseminasi Riset ILUNI SIL UI ‘Perubahan Iklim: Adaptasi Penataan Ruang Pulau Kecil dan Kelembagaan Petani’ di Jakarta belum lama ini.

FAO Menyebut Satu dari Sembilan Orang di Dunia Alami Bencana Kelaparan

Berdasarkan perkembangan harga pangan dunia tahun 2000 hingga 2020 secara global FAO menyebut, bahwa satu dari sembilan orang di dunia mengalami bencana kelaparan atau kesulitan akses terhadap nutrisi yang layak.

Hal ini dapat warga dunia antisipasi dengan menjaga sistem pangan berkelanjutan, melalui ekosistem, air, hingga udara. Jika kapasitas produksi pertanian pangan telah sampai batasnya maka ada kekhawatiran berdampak negatif pada pangan dan kondisi lingkungan.

Selaku Koordinator Tropical Cyclone Warning Center Jakarta, Agie menyebut, gagalnya panen tak hanya karena pengaruh kekeringan, tapi juga curah hujan yang tinggi. Data hasil survei lapangan menyebut bahwa saat 90 % curah hujan tinggi para petani mengalami gagal panen, 88 % produksi berkurang dan 86 % kualitas panen menurun.

Selain itu, Agie menyorot pentingnya peningkatan literasi iklim kepada garda terdepan sektor pertanian, yakni para petani. Selama ini para petani mengalami keterbatasan untuk mengakses informasi terkait iklim dari pemerintah.

“Misalnya melalui sekolah lapangan iklim yang tak mengajarkan sisi teori tapi juga praktis. Sehingga mereka bisa mengimplementasikan apa yang didapat secara langsung,” ujar dia.

Perubahan Iklim Juga Berdampak ke Sektor Pesisir

Urban Planner and Environmental Specialist Nila Ardhyarini menyatakan, Indonesia merupakan negara agraris dan sektor pertanian mendominasi. Namun perubahan iklim tak hanya berdampak pada para petani di lahan, tapi juga di pesisir. “Imbas kekeringan, para petani di wilayah pesisir tak mendapatkan cukup air,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Ikatan Alumni Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (ILUNI SIL UI) Mahawan Karuniasa mengungkap hal penting dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2021. Laporan tersebut menyebut, perubahan iklim terus berlanjut dan terlihat dalam berbagai dampak, baik di daratan, pantai serta laut lepas.

Selain itu dampak perubahan iklim juga nyata terasa dalam kehidupan manusia. “Termasuk mengancam kelangkaan air, pangan, kesehatan, kesejahteraan serta infrastruktur dan permukiman serta perkotaan,” kata Mahawan.

Ia menegaskan, perlu gerakan masif antara pihak akademisi, yakni universitas dan alumninya untuk berkontribusi menyalurkan ilmu terkait perubahan iklim pada semua pihak. “Sehingga kita bisa bersama-sama memerangi perubahan iklim, menjaga agar suhu bumi tak lebih dari 1,5 derajat Celcius,” tandasnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top