Pipa Pertamina Bocor, Teluk Penyu Cilacap Tercemar Minyak Mentah

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Ratusan nelayan di Cilacap, Jawa Tengah terpaksa tidak melaut lantaran minyak mentah (crued oil) tumpah ruah mencemari laut hingga kawasan pantai Teluk Penyu. Hal ini akibat kebocoran yang terjadi dari fasilitas Single Point Mooring (SPM) atau sarana bongkar muat kapal tanker milik Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap.

Public Relations Section Head Pertamina RU IV Cilacap, Musriyadi menduga kalau minyak mentah yang mengotori pantai Teluk Penyu merupakan sisa rembesan yang keluar dari sambungan pipa karet (rubber hose) SPM yang mengalami kerusakan pada Rabu (20/5) pukul 22.54 WIB. Minyak tersebut mencemari laut dan mengakibatkan aktifitas nelayan menjadi terganggu.

Minyak mentah di Pantai Teluk Penyu, lanjut Musriyadi, ada kemungkinan berasal dari minyak-minyak yang sebenarnya sudah terlokalisasi, namun terlepas akibat gelombang laut dan hujan besar. Minyak tersebut akhirnya justru menepi ke kawasan pantai Teluk Penyu di Cilacap.

“Menurut dugaan, area yang terkena tumpahan diperkirakan mencapai radius tiga kilometer dengan ketebalan minyak sekitar 10 hingga 15 sentimeter. Kami menduga meluasnya areal itu karena arus deras dan turunnya hujan di kawasan tersebut,” jelasnya saat dihubungi oleh Greeners melalui sambungan telepon, Jakarta, Rabu (27/05).

Di lain pihak, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah sangat menyayangkan lambannya pihak Pertamina dalam menangani kebocoran yang terjadi sejak Rabu tersebut. Direktur Eksekutif Walhi Jateng, Indriyaningrum Fitri menyatakan bahwa seharusnya saat diketahui ada kebocoran, Pertamina sudah langsung melakukan lokalisir terhadap wilayah tumpahan agar tidak menyebar melalui gelombang air laut maupun hujan.

Lebih lanjut, wanita yang akrab di sapa Ning ini pun mempertanyakan Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan yang dimiliki Pertamina mengingat kebocoran atau tumpahnya minyak ke lautan seperti ini bukan yang pertama kalinya terjadi.

“Kami jadi mempertanyakan kenapa Pertamina bisa lalai dalam melakukan penanganan ini, padahal kita sama-sama tahu dampak yang ditimbulkan akibat kebocoran ini kan sangat serius terhadap biota laut, terumbu karang dan pantai yang butuh proses panjang untuk pemulihannya. Belum lagi dampak yang ditimbulkan bagi nelayan-nelayan di sini (Cilacap),” katanya.

Sebagai informasi, fasilitas SPM Pertamina RU IV Cilacap yang berlokasi sekitar 16 mil laut sebelah selatan Cilacap atau sekitar perairan selatan Pulau Nusa Kambangan mengalami kerusakan saat sedang ada aktivitas bongkar muat minyak mentah dari sebuah kapal tanker. Akibatnya, sekitar 14.000 minyak mentah yang disalurkan melalui pipa karet bawah laut itu merembes keluar dari sambungan sehingga tercecer di perairan selatan Nusakambangan.

Pertamina RU IV Cilacap pun segera menerjunkan tim penyelam untuk memperbaiki sambungan pipa karet (rubber hose). Sementara, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap merumuskan permintaan ganti rugi untuk diajukan kepada Pertamina Refinery Unit IV Cilacap akibat tumpahan minyak mentah di perairan Nusakambangan dan sekitarnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top