Pakar Sarankan RDF untuk Berantas Masalah TPA

Reading time: 3 menit
rdf
Pakar Sarankan RDF untuk Berantas Masalah TPA. Foto: Shutterstock.

Anda pasti sudah tidak asing dengan TPA alias Tempat Pembuangan Akhir. Ya, sebagian besar sisa konsumsi Anda berakhir di sana. Namun, kondisi TPA saat ini makin tak tertolong. Pengoperasian TPA yang belum maksimal dalam hal teknis dan regulasi, mengakibatkan berbagai problem seperti bau, asap, kebakaran, dan masih banyak lagi. Sementara itu, kota dan kabupaten di Indonesia masih sangat bergantung pada TPA.

RDF: Solusi Masalah TPA

Pada webinar Sinergi Pemerintah dan Swasta dalam Peningkatan Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Terbarukan di Fasilitas RDF Cilacap pada 3 Maret 2021, Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri, selaku Pakar Teknologi Lingkungan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menjabarkan mengenai longsor di TPA yang sering terjadi dan lindi yang belum sesuai baku mutu.

Padahal, solusi masalah TPA sudah ada di depan mata; yaitu Refuse Derived Fuel atau RDF. RDF adalah solusi untuk mengubah sampah yang mempunyai kalor agar terjadi pembakaran.

“Di situlah peran dari RDF ini sangat penting, karena memang dia mengurangi dengan signifikan sampah yang harus dibawa ke TPA,” ujar Enri.

Ia menuturkan bahwa sebenarnya teknologi ini sudah lama ada di negara industri. RDF yang ada di Indonesia, tambahnya, adalah teknologi Jerman.

Cocok untuk Sampah di Indonesia

Enri menuturkan, fasilitas RDF cocok dan efektif dalam penguraian sampah di Indonesia, serta mengatasi permasalahan pembakaran sampah dan juga open dumping.

“RDF yang digunakan di Cilacap ini memanfaatkan organik; sisa makanan, agar dia bisa berproses dan menimbulkan panas. Nah, panas inilah yang mengurangi dan menghilangkan air yang ada di sampah. Untungnya sampah kita itu banyak organiknya. Organik ini makanan mikroorganisme yang menghasilkan panas. Jadi panas yang ditimbulkan itulah yang digunakan secara mandiri untuk mengeringkan sampah yang diproses TPA,” jelasnya.

enri damanhuri

Negara industri telah menggunakan teknologi RDF sejak lama. Foto: Istimewa.

Siap Meluncurkan Beberapa Off-Taker

Teknologi yang berguna untuk mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif ini juga mengurangi emisi gas rumah kaca dari metana. Dr. Ir. Novrizal Tahar, IPM, yang merupakan Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyatakan pemerintah menargetkan minimal sepuluh titik pembangunan plant RDF.

“Menjadikan sampah sebagai RDF product, selain menyelesaikan persoalan sampah, juga meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan kita. Kita juga bisa mencapai target emisi gas rumah kaca,” ungkap Novrizal.

Beberapa daerah pun sudah melakukan komunikasi dengan KLHK terkait off-taker, mulai dari Kupang dengan Semen Kupang. Kemudian ada Semen Siam dari Kabupaten Sukabumi.

Ada juga Kota Padang dengan Semen Padang, Semen Solusi Bangun Indonesia dari Banda Aceh, serta Provinsi Sumatera Selatan dengan Semen Baturaja.

“514 kabupaten kota, 34 provinsi, dan setelah ini kita akan melakukan deep discussion dengan daerah-daerah yang berada di 52 titik PLTU dan 34 titik industri semen yang ada. Jadi, kira-kira ini akan fokus ke daerah-daerah yang off-takernya sudah ada.” Kata Novrizal.

Alur Pengelolaan Sampah

Alur pengelolaan sampah menjadi RDF yang sudah berjalan di TPA Jeruk Legi, terdiri dari penimbangan di truk, penumpahan dan pemilahan sampah, pencacahan sampah, proses pengeringan, pemuatan dan pengiriman RDF, dan pengumpanan RDF ke kiln.

novrizal

Pemerintah menargetkan minimal sepuluh titik pembangunan plant RDF. Foto: Istimewa.

Baca juga: RDF Kabupaten Cilacap Olah 136 Ton Sampah per Hari

Manfaat Adanya RDF

Masyarakat Cilacap pun sudah merasakan manfaat dari kehadiran teknologi pengelola sampah ini. Selain menangani sampah dengan cepat, ada juga pemasukan daerah dari hasil penjualan RDF.

Teknologi ini juga memudahkan pemulung untuk menyortir sampah karena tersedianya bangunan, serta tidak perlu lagi mengembangkan atau mencari lahan untuk TPA. Kondisi sampah yang terkelola di kabupaten Cilacap pada tahun 2020 pun lebih banyak 77,23% dari sampah yang belum terkelola.

Penulis: Agnes Marpaung.

Top