DKI Bangun Fasilitas Pengolah Sampah RDF Terbesar di Dunia

Reading time: 3 menit
DLH DKi membangun fasilitas pengolah sampah RDF terbesar di dunia. Foto: Dini Jembar Wardani
DLH DKi membangun fasilitas pengolah sampah RDF terbesar di dunia. Foto: Dini Jembar Wardani

Jakarta (Greeners) – Pemerintah Provinisi DKI Jakarta membangun fasilitas pengolahan sampah Refuse Derived Fuel (RDF) Plant di Rorotan, Jakarta Utara. Tempat ini nantinya akan menjadi salah satu fasilitas pengolah sampah menjadi RDF yang terbesar di dunia.

Kapasitas pengolahan sampah pada fasilitas tersebut mampu mengolah 2.500 ton sampah per hari. Sampah yang terolah akan menghasilkan produk berupa RDF atau bahan bakar alternatif sebanyak 875 ton per hari. RDF adalah bahan bakar alternatif yang diproses dari hasil pengolahan sampah dengan nilai kalor RDF setara batubara muda.

Desain pengolahan 2.500 ton sampah baru tersebut akan menghasilkan 35-40% produk RDF, 1-2% material daur ulang berupa logam. Kemudian, 15% dalam bentuk residu seperti beling, kerikil, pasir, dan keramik. Selebihnya merupakan air lindi dan kadar air pada sampah yang dapat menguap pada proses pengeringan.

BACA JUGA: AZWI: RDF Solusi Palsu Penanganan Sampah Perkotaan

RDF Plant Jakarta ini terbangun di atas tanah milik Pemprov DKI Jakarta seluas 7,87 hektare. Pj. Gubernur Heru menyebut, saat ini Jakarta harus memprioritaskan pengelolaan sampah dalam kota agar beban Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang makin berkurang.

Heru menambahkan, anggaran untuk membangun fasilitas kelas dunia ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemprov DKI Jakarta Tahun 2024. Menurut rencana, fasilitas RDF Plant Jakarta akan beroperasi pada 2025. Ia berharap supaya fasilitas tersebut bisa beroperasi untuk menopang pengelolaan sampah dari hulu ke hilir di dalam Jakarta.

“Ini adalah bagian terkecil dari salah satu upaya Pemprov DKI Jakarta untuk mengendalikan masalah sampah, salah satunya adalah RDF. Banyak teknologi lainnya yang bisa juga diterapkan di DKI Jakarta, tetapi sebisa mungkin Pemprov DKI menghindari tipping fee,” ungkap Heru di Jakarta, Senin (13/5).

DLH DKi membangun fasilitas pengolah sampah RDF terbesar di dunia. Foto: DLH DKI Jakarta

DLH DKi membangun fasilitas pengolah sampah RDF terbesar di dunia. Foto: DLH DKI Jakarta

Wujudkan Jakarta sebagai Kota Berkelanjutan

Upaya tersebut, lanjut Heru, merupakan perwujudan Jakarta sebagai kota global yang berkelanjutan. Oleh karena itu, Jakarta harus mengelola sampah seperti negara maju, salah satunya adalah memprioritaskan pembangunan pengolahan sampah dalam kota.

“Saya punya pemikiran yang salah satunya adalah kami harus berani membangun tempat pembuangan sampah akhir seperti Bantargebang. Kami punya ide di wilayah sisi utara di laut, bisa menjorok 5 kilometer di daratan. Nantinya, sampah itu bisa terolah dengan teknologi tinggi di area tersebut. Tentunya, kita perlu mengkaji itu bersama para ahli dan akademisi,” terang Heru.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Asep Kuswanto menambahkan, setelah pembangunan RDF Plant Jakarta ini selesai, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengangkutan sampah di dalam kota.

BACA JUGA: Warga Piyungan Tolak Rencana Pembangunan TPST

“Dari 16 kecamatan wilayah layanan yang semula seluruhnya menuju TPST Bantargebang, setelah pembangunan ini selesai, nantinya akan diangkut dan langsung diolah di fasilitas ini,” tuturnya.

RDF Plant Jakarta merupakan proyek kedua Pemprov DKI Jakarta dalam mengolah sampah menjadi bahan bakar alternatif atau RDF. Sebelumnya juga telah terbangun fasilitas serupa di TPST Bantargebang yang sudah beroperasi sejak tahun 2023 lalu.

Nantinya, RDF dari pengolahan sampah ini sudah memiliki off-taker untuk menjadi bahan bakar alternatif, yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

“Seluruh hasil produksi yang mencapai 875 ton per hari akan langsung dikirim ke off-taker, lokasi pabriknya di Citeureup, Kabupaten Bogor. Hasil produksi itu akan melalui proses kompaksi menggunakan RDF Baler untuk dikemas berbentuk kubus, sehingga meningkatkan efisiensi pengangkutan RDF ke off-taker,” tutur Asep.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top