WWF Indonesia Dampingi Petani Katingan Tingkatkan Produksi Rotan

Reading time: 2 menit
produksi rotan
(Dari kiri ke kanan) Direktur Program Kalimantan Forest dan Freshwater WWF Indonesia Irwan Gunawan, Bupati Katingan Sakariyas, dan Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Katingan Kristianto mengadakan jumpa pers di kantor Bupati Katingan, Rabu (30/01/2019). Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Kalimantan Tengah (Greeners) – Kabupaten Katingan yang terletak di Kalimantan Tengah merupakan pusat rotan di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Kabupaten Katingan (2006), lahan rotan di Katingan mencakup kawasan lebih dari 325.000 hektar dan mampu menghasilkan rotan basah sebesar 99,4 ton per tahun. Sayangnya, produksi rotan di Katingan mengalami penurunan akibat sulit mengakses pasar dan harga rendah di tingkat petani.

“Stok rotan di Katingan sangat melimpah hanya saja saat ini para petani tidak terlalu tertarik karena harganya tidak memadai. Petani berharap harga rotan bisa dikisaran Rp4.000 per kilogram sudah cukup oke dibandingkan dengan harga fluktuasi ekstrem saat ini yang hanya Rp1.300 sampai Rp1.700 per kilogram. Dengan harga itu tidak akan bisa menunjang kehidupan mereka,” ujar Rosenda Chandra Kasih, Program Manager WWF Indonesia Kalimantan Tengah di kantor WWF, Kalimantan Tengah, Rabu (30/01/2019).

Kabupaten Katingan juga disebut sebagai sentra produksi rotan Kalimantan Tengah karena hampir 50% penduduk yang tinggal di sekitar hutan memiliki mata pencaharian sebagai petani rotan. Namun, karena fluktuasi ekstrim ini banyak petani rotan yang beralih menjadi petani sawit, karet, dan tambang emas.

BACA JUGA: Kabupaten Sintang Terapkan Program Kelapa Sawit Berkelanjutan 

Untuk menjaga kelestarian rotan di Katingan, WWF Indonesia melalui program Kalimantan Forest-Freshwater, Sebangau Katingan Landscape, melakukan pendampingan pengelolaan hutan kepada kelompok masyarakat pemilik kebun rotan di tiga kecamatan di Kabupaten Katingan. Kecamatan tersebut yakni Kecamatan Marikit, Kecamatan Tasik Pawayang dan Kecamatan Kamipang dengan total luas lahan sekitar 21.303 Ha.

Rosenda menjelaskan bahwa kegiatan pendampingan kelompok petani rotan ini merupakan bagian dari strategi konservasi WWF Indonesia untuk mendemonstrasikan pengelolaan rotan berkelanjutan yang saat ini kegiatan tersebut tengah difasilitasi oleh IKEA, sebuah perusahaan ritel perabot untuk rumah tangga dari Swedia.

BACA JUGA: KLHK Keluarkan Kebijakan Tata Kelola Pelepasan Kawasan Hutan di Sub Sektor Perkebunan 

Direktur Program Kalimantan Forest dan Freshwater WWF Indonesia Irwan Gunawan mengatakan program ini memang visinya menjadikan Katingan sebagai pusat produksi rotan di Indonesia. Diharapkan para petani di Katingan tidak menjual rotan mentah saja tapi dapat memproduksi rotan kering atau produk rotan yang sudah jadi.

“Kita bantu petani melakukan teknik pengawetan rotannya supaya lebih baik, pemanenan dilakukan secara sistematis, mengembangkan kapasitas kelembagaan di tingkat petani yang disebut Pengurus Perkumpulan Petani Rotan Katingan (P2RK) supaya pembuatan keputusan bisa dikerjakan bersama-sama, tidak lagi kesepakatan tingkat keluarga. P2RK saat ini merupakan satu-satunya perkumpulan petani rotan yang mendapatkan sertifikasi pengelolaan rotan lestari berstandar internasional yaitu FSC (Forest Stewardship Council),” kata Irwan.

Pemberian sertifikasi FSC kepada para petani rotan di Katingan ini diapresiasi oleh Bupati Katingan Sakariyas. Ia berharap sertifikasi tersebut dapat kembali mengangkat pamor rotan Katingan.

“Pemerintah daerah sangat berterimakasih kepada program WWF Indonesia yang sudah membantu para petani di Katingan. Jujur saja untuk menyelamatkan esensi rotan di Katingan ini sangat sulit. Kami sudah bekerjasama dengan para pelaku usaha, CSR perusahaan dan mendatangkan instruktur untuk para petani tapi masih sangat sulit mengangkat kembali rotan ini. Kami berharap dengan adanya program dari WWF Indonesia ini bisa membantu sektor rotan di Katingan,” kata Sakariyas.

Penulis: Dewi Purningsih

Top