Axolotl, Hewan Unik Asal Meksiko yang Tak Pernah Menua

Reading time: 3 menit
Hewan ini unik dan tak pernah menua. Foto: Shutterstock

Axolotl atau Ambystoma mexicanum adalah sejenis salamander neotenik yang berkerabat dengan spesies salamander harimau. Meski hidup pada habitat yang berbeda, kedua satwa tersebut nyatanya berasal dari genus yang sama.

Daur hidup salamander memang sangat unik. Beberapa spesiesnya ilmuwan ketahui tidak mengalami metamorfosis, sehingga sifat alami hewan tersebut cenderung tidak berubah.

Spesies axolotl misalnya, mereka tetap bersifat akuatik meski telah memasuki usia dewasa. Sedangkan salamander harimau lebih condong menjadi terestrial seiring pertambahan usia.

Berkat keistimewaannya tersebut, tampilan axolotl terlihat sangat unik dan berbeda. Badannya mirip seperti berudu, walaupun secara ukuran terhitung lebih besar dan buntal.

Morfologi dan Ciri-Ciri Axolotl

The smiling salamander, begitulah publik internasional menyebut spesies ini. Dengan garis bibir yang lebar, wajah “ikan” itu seakan selalu tersenyum dan tampak menggemaskan.

Rata-rata ukuran tubuh axolotl memang tidak terlalu besar. Mereka ilmuwan sinyalir mampu berkembang biak hingga sepanjang 20-30 cm dengan bobot antara 60-110 gram.

Melansir berbagai sumber, ukuran tubuh axolotl betina umumnya lebih bongsor daripada spesies jantan. Ia dapat kita tandai dari ukuran kloakanya yang kecil serta berbentuk bulat.

Sang penjantan memiliki kloaka menonjol dengan bentuk tubuh yang ramping. Mereka mempunyai empat bagian tungkai, yang masing-masingnya terdiri atas lima jari runcing.

Tak banyak yang mengetahui bahwa warna asli salamander Meksiko adalah hitam-cokelat. Beberapa individu terlahir albino, sehingga ada pula yang berwarna merah muda cerah.

Sirip punggungnya yang seperti kecebong membentang hampir di sepanjang tubuh mereka. Insang luarnya berbulu dan menonjol, biasanya terletak di belakang kepalanya yang lebar.

Baca juga: Anggang-Anggang, Serangga yang Berjalan di Atas Air

Karaktersitik dan Kebiasaan Axolotl

Axolotl merupakan satwa identitas Meksiko. Walau telah menyebar ke hampir seluruh dunia, salamander ini pertama kali ahli temukan di kawasan Danau Chalco dan Xochimilco.

Di habitat aslinya, masa perkawinan hewan tersebut terjadi pada bulan Maret hingga Juni. Sang betina ahli prediksi mampu bertelur sebanyak satu kali dalam periode waktu setahun.

Spesies A. mexicanum tergolong sebagai hewan berumur panjang. Rentan usianya rata-rata bisa mencapai 5-6 tahun. Bahkan, ada invidu yang mampu bertahan hidup hingga 15 tahun.

Uniknya, salamander Meksiko dapat beregenerasi seperti jenis salamander lain. Mereka bisa menumbuhkan kembali anggota tubuhnya, seperti jantung, otak dan bagian vital lainnya.

Pada kesempatan langka atau saat distimulasi di laboratorium, axolotl dapat mengalami metamorfosis, serta menumbuhkan kembali paru-paru yang akan menggantikan insangnya.

Menurut IUCN Red List, status konservasi axolotl berada pada level terancam punah atau critically endangered. Ini disebabkan oleh tingginya tingkat polusi air dan perburuan satwa.

Upaya Konservasi Spesies Axolotl

Saat ini sebagian besar axolotl hidup dalam penangkaran, salah satunya Casa del Axolotl, sebuah museum dan akuarium yang didedikasikan untuk mendidik khlayak tentang axolotl.

Museum yang berlokasi di Kota Chignahuapan, Puebla itu didirikan oleh Yanin Carbajal. Di dalamnya, ia pamerkan 15-20 salamander Meksiko dari empat spesies berbeda.

Seperti yang kita ketahui, sebagian besar negara di dunia memang masih memperbolehkan aktivitas jual beli axolotl. Hewan ini biasanya ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan.

Namun, Yanin sendiri memperingatkan masyarakat bahwa memelihara axolotl bukanlah hal yang mudah. Meskipun tergolong jinak, habitat mereka sangat spesifik dan sulit kita tiru.

Seperti dilansir BBC, spesies A. mexicanum hidup di perairan danau dan laguna yang tenang. Suhunya cenderung tidak berfluktuasi, sehingga mempersulit upaya pemeliharaan mereka.

Lagipula, axolotl sendiri tergolong sebagai hewan langka. Jika tidak kita biakkan secara tepat, upaya pemeliharaan mereka tidak akan berdampak pada pemulihan populasinya.

Baca juga: Katak Panah Beracun, Hati-Hati dengan Toksinnya yang Mematikan

Taksonomi Ambystoma Mexicanum

Penulis : Yuhan al Khairi

Top