Anggrek Hitam yang Tak Sepenuhnya Hitam

Reading time: 2 menit
anggrek hitam
Foto: Ist.

Bunga Anggrek yang Kusayang, Kini Tersenyum Berdendang…

Bila Engkau Butuhkan, Matahari kan Bersinar Lagi..

Sepenggal lirik dari judul lagu ‘Setangkai Anggrek Bulan’ menjadi sebuah lagu nostalgia terpopuler yang paling banyak dinyanyikan oleh para musisi Indonesia. Tidak dipungkiri lagi bahwa anggrek adalah tanaman yang cocok untuk dijadikan sumber inspirasi sebuah karya seni karena tersimpan keindahan pada bunga ini.

Anggrek merupakan “Panda di Dunia Tumbuhan” karena tingkat kelangkaannya dan perdagangan anggrek dilindungi dalam Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Liar Hewan dan Tumbuhan Langka (CITES) Appendix I dan II.

Mari sedikit mengulas fakta mengenai anggrek. Berdasarkan sumber Kebun Raya Bogor (KRB), anggrek merupakan anggota terbesar dari tumbuhan berbunga meliputi 8 persen dari total tumbuhan berbunga di dunia. Anggrek paling purba diperkirakan sudah ada sejak 80 juta tahun yang lalu di masa dinosaurus.

Anggrek dapat tumbuh dimana saja, terutama di daerah tropis dan subtropis. Ia juga dapat tumbuh di berbagai ketinggian dari batas permukaan laut hingga 5.000 meter diatas permukaan laut dengan berbagai kondisi lingkungan, kecuali di perairan terbuka dan gurun pasir.

Flora ini memiliki daur hidup yang rumit dan membutuhkan interaksi khusus antara tumbuhan, jamur dan hewan. Disamping itu, anggrek mempunyai nilai ekonomis yang tinggi untuk industri holtikultura, bunga potong, obat-obatan dan parfum.

Salah satu jenis anggrek yang akan dibahas secara mendalam pada artikel ini ialah jenis ‘anggrek hitam’ atau Coelogyne pandaruta Lindl. Anggrek hitam merupakan spesies anggrek yang tumbuh di Kalimantan. Tak heran apabila anggrek hitam ini menjadi maskot flora provinsi Kalimantan Timur, dengan nama daerah yaitu Kersik luwai.

Akan tetapi, semakin menyusutnya luas hutan di Kalimantan membuat habitat flora ini mengalami penurunan jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu, berdasarkan PP No. 7/1999, anggrek hitam menjadi salah satu tanaman yang dilindungi di Indonesia karena terancam punah.

Anggrek jenis ini masih dapat ditemukan seperti di Cagar Alam Kersik Luway, serta kawasan konservasi seperti di Kebun Raya Bogor. Diasumsikan juga kolektor-kolektor anggrek banyak yang memilikinya.

Flora ini hidup bergerombol membentuk rumpun (WWF, 2011). Bagian pangkalnya memiliki umbi yang berbentuk bulat telur agak pipih, dengan dua helai daun elips yang menjulang keatas. Setiap bulb hanya memiliki dua lembar daun saja. Bunga anggrek hitam berbentuk tangkai dengan jumlah kuntum bunga antara 5-10 kuntum per tangkai.

Berdasarkan informasi penulis di lapangan, anggrek hitam yang terdapat di Griya Anggrek KRB terakhir berbunga 5 bulan yang lalu, dimana bunga ini mengandalkan cuaca dan kelembapan suhu yang harus terjaga agar anggrek dapat melakukan pembungaan.

“Anggrek itu tergantung pada cuaca dan suhu. Pembungaannya tidak dapat ditentukan. Apabila suhu panas maka mereka akan cepat menguap. Umumnya kami melakukan penyiraman satu hari dua kali,” ujar Bapak Culur dari bagian Pemelihara Koleksi Tanaman Anggrek Rumah Kaca, KRB.

Beliau juga menyatakan bahwa keunikan dari anggrek hitam (Coelogyne pandaruta Lindl) terdapat pada kelopaknya yang berwarna hijau dan memiliki garis-garis hitam. Sebagian besar orang mengira bahwa anggrek hitam berwarna hitam secara keseluruhan. Warna daripada anggrek ini didominasi oleh warna hijau kekuningan pada bagian kelopak dan mahkotanya, pada bagian bibir bunga berwarna hitam yang bagian dalamnya terdapat bintik-bintik warna hitam dengan kombinasi garis-garis hitam.

Pada ulang tahun KRB yang ke dua abad pada tanggal 18 Mei 2017 lalu, KRB meluncurkan perangko seri anggrek 34 provinsi (Greeners.co, 13 Mei 2017). Peluncuran perangko ini adalah bentuk usaha untuk mempromosikan kekayaan anggrek di Indonesia.

anggrek hitam

Penulis: Sarah R. Megumi

Top