Katak Serasah, Amfibi Unik yang Berasal dari Pulau Jawa

Reading time: 2 menit
Amfibi ini memiliki ukuran kepala yang lebih besar daripada tubuhnya. Foto: Shutterstock

Katak serasah atau bangkong serasah adalah anggota genus Leptobrachium. Selain memiliki corak tubuh yang tidak biasa, keunikan hewan amfibi tersebut terletak pada ukuran kepala yang lebih besar daripada badannya.

Bangkong serasah ahli kenal juga sebagai Leptobrachium hasseltii. Hewan ini pertama kali ditemukan oleh herpetolog dan naturalis asal Belanda, J. C. van Hasselt, pada tahun 1838.

Karena itu, banyak yang menyebut satwa ini sebagai Katak serasah Hasselti. Bahkan secara internasional, L. hasseltii dikenal pula sebagai Hasselt’s litter frog atau katak kecil Hasselti.

Bangkong serasah ilmuwan gabungkan ke dalam ordo Anura dan keluarga Megophryidae. Mereka menyebar ke berbagai daerah, namun terkonsentrasi di wilayah Asia Tenggara.

Morfologi dan Ciri-Ciri Katak Serasah

Bagi para pecinta amfibi, katak serasah tergolong sebagai hewan yang menggemaskan. Bentuk tubuhnya gemuk atau gempal, dengan ukuran yang tidak terlalu besar antara 50-70 mm.

Spesies jantan dan betina dapat kita bedakan dari ukuran tubuhnya. Sang pejantan biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih kecil, mereka memiliki kepala bulat serta mata yang besar.

Matanya ini terlihat selalu melotot dan berwarna hitam penuh. Bagian dorsal katak serasah berwarna cokelat abu-abu kebiruan, bahkan ada pula yang terlihat keunguan dan keemasan.

Terdapat bercak-bercak bulat telur berwarna gelap pada permukaan kulit mereka. Formasi bercak tersebut selalu tampak simetris, dengan tepian luar yang berwarna agak keemasan.

Satwa ini juga memiliki coreng hitam dari ujung moncong hingga mata. Ventralnya berwarna abu-abu hingga hitam, memiliki berbintik putih dengan tangan dan kaki bergaris kehitaman.

Distribusi dan Karakteristik Katak Serasah

Berbeda dengan jenis katak lain, bangkong serasah hanya bisa kita jumpai di daerah hutan. Sebagian besar spesiesnya hidup di wilayah pegunungan yang tidak jauh dari aliran sungai.

Katak serasah juga tergolong sebagai hewan malam atau nokturnal. Mereka tidur di waktu siang, atau bersembunyi dari serangan predator di balik serasah dan semak-semak hutan.

Dengan kaki yang pendek, bangkong ini hanya mampu melompat dengan jarak yang dekat. Mereka bahkan sering terlihat merayap, terutama saat memanjat kayu atau bebatuan.

Kodok jantan berbunyi-bunyi pada malam hari di atas tumpukan serasah, tepi sungai, atau bebatuan dekat aliran air. Suaranya terdengar parau lemah, seperti “wuaak…wak…wak.”

Karena hidup berkelompok, suara-suara tersebut acap kali terdengar bersautan. Ini mereka lakukan untuk berkomunikasi dan memikat betina, sembari membersihkan sisi tubuhnya.

Peta Distribusi Spesies Katak Serasah

Tampilan katak serasah L. hasseltii memang cukup mirip dengan spesies Leptobrachium lainnya. Karena itu, jangan heran jika beberapa spesiesnya sering kali publik sama ratakan.

Sebelumnya, bangkong serasah sendiri ahli duga menyebar luas mulai dari Dangkalan Sunda hingga Semenanjung Malaya. Mereka juga disebut-sebut berada di Sumatra bahkan Borneo.

Namun ahli kemudian mengetahui bahwa katak tersebut hanya terkonsentrasi di Jawa, Bali, Madura sampai Kangean, sehingga katak-katak di luar wilayah ini berasal dari jenis berbeda.

Leptobrachium di ketiga wilayah pertama berjenis L. pullum, L. hendricksonii, L. abbotti, L. gunungensis dan L. montanum, sementara populasi di Sumatra belum dapat ahli pastikan.

Menurut IUCN Red List, status konservasi katak serasah berada di level ‘least concern’ atau risiko rendah. Populasinya memang cukup banyak, namun dengan tren yang terus menurun.

Taksonomi Spesies Leptobrachium Hasseltii

Penulis : Yuhan al Khairi

Top