Daun Mitsuba, Peterseli Asal Jepang yang Kaya Manfaat

Reading time: 2 menit
Daun ini punya kandungan antioksidan. Foto: Shutterstock

Tampilan daun mitsuba memang mirip seperti seledri. Tumbuhan hijau tersebut memiliki permukaan yang halus tapi dengan tepian bergerigi. Keduanya juga sama-sama dimanfaatkan sebagai bumbu atau hiasan makanan, sehingga cukup sulit untuk dibedakan.

Mitsuba memiliki nama ilmiah Cryptotaenia japonica. Tumbuhan ini tergabung ke dalam famili Apiaceae dan genus Cryptotaenia, sehingga masih berkerabat dengan tanaman peterseli atau parsley.

Di banyak negara pun spesies C. japonica populer dengan julukan peterseli Jepang. Ia juga memiliki sejumlah nama beken lainnya, seperti Japanese wild parsley, stone parsley, hingga honeywort.

Bagi masyarakat tradisional Tiongkok, tanaman ini dikenal sebagai san ye qin. Mereka tidak cuma menggunakannya sebagai garnish, tetapi juga olahan herbal untuk produk kecantikan.

Karakteristik dan Ciri-Ciri Daun Mitsuba

Secara fisik, daun mitsuba bisa ditandai dari akar tebal dan tangkainya yang panjang. Bentuk daunnya identik seperti kelompok peterseli, yang mana sangat mirip pula dengan tumbuhan seledri.

Meski begitu, bukan berarti peterseli dan seledri tidak dapat dibedakan. Untuk mencegah ambiguitas, berikut sejumlah perbedaan antara daun seledri dan tanaman mitsuba:

  • Mitsuba memiliki aroma yang khas dan kuat. Sebagian orang percaya bahwa aroma tersebut bisa meningkatkan nafsu makan
  • Seledri dapat dipanen setelah 1–2 tahun ditanam, sedangkan mitsuba tumbuh sepanjang tahun
  • Warna hijau pada daun seledri terlihat lebih pucat, sedangkan mitsuba biasanya lebih tua dan segar
  • Bunga seledri tumbuh secara soliter, warnanya putih kehijauan dengan ujung yang bengkok. Sedangkan bunga mitsuba tumbuh berkelompok, warnanya putih dengan ukuran yang cukup kecil
  • Mitsuba kaya akan kandungan antioksidan, sedangkan seledri terkenal akan sifat antihipertensi dan antireumatiknya.

Habitat dan Distribusi Daun Mitsuba

Daun mitsuba tumbuh di kawasan hutan perbukitan atau daerah pegunungan. Tanaman ini memang menyukai lingkungan yang dingin dan lembap, serta berbiak di dataran yang teduh atau berkanopi.

Seperti yang telah disebutkan, tanaman ini memang tumbuh sepanjang tahun. Namun periode berbunganya jatuh pada bulan Juli sampai Agustus, sedangkan bijinya matang sekitar Agustus hingga September.

Spesies ini memiliki dua varietas, yang dipisahkan berdasarkan lokasi pertumbuhannya. Varietas pertama adalah tipe hijau yang berasal dari Kansai, sedangkan varietas kedua adalah tipe putih dari wilayah Kantō.

Benua Asia merupakan sentral pertumbuhan spesies C. japonica. Flora berordo Apiales itu setidaknya dapat kita jumpai di beberapa negara, termasuk China, Jepang, hingga Korea Selatan.

Di Negeri Sakura, mitsuba digunakan sebagai hiasan sup, salad, dan sushi. Daun ini diklaim memiliki cita rasa segar dan sedikit pahit, sedangkan batangnya cenderung gurih dan mirip seperti ketumbar.

Manfaat Daun Mitsuba bagi Kesehatan

Hampir seluruh bagian tanaman mitsuba dapat dimanfaatkan sebagai makanan. Daun, batang, hingga bijinya bahkan diyakini menyimpan beragam nutrisi seperti kalium dan vitamin C.

Bukan cuma itu, daun mitsuba merupakan sumber protein dan vitamin K yang dibutuhkan oleh tubuh. Bahan makanan ini juga rendah lemak dan kolesterol, sehingga baik untuk para penderita hipertensi.

Dalam sebuah riset, diketahui juga bahwa Japanese wild parsley memiliki kandungan tilianin dan K7G. Ini dapat menghambat produksi melanin pada kulit, sehingga memiliki efek mencerahkan tanpa efek samping.

Meski tidak se-efektif seledri, senyawa falcarinol dan falcarindiol pada mitsuba juga telah menunjukkan sifat anti-peradangan. Ini sudah lama dimanfaatkan untuk mengobati radang paru-paru dan herpes zoster.

Walaupun menyimpan segudang manfaat, pemanfaatan mitsuba untuk konsumsi sehari-hari juga harus dibatasi. Jangan memakan daun itu secara berlebih, sebab dapat memicu terjadinya iristasi kulit ringan.

Taksonomi Cryptotaenia Japonica

Penulis : Yuhan al Khairi

Top