Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia, yaitu sebesar 27 persen luas total mangrove dunia, atau 75 persen luas total mangrove Asia Tenggara dengan luas 3,2 juta ha (Pramudji, 2008). Vegetasi tersebut dipengaruhi oleh pasang surut yang terdapat di sepanjang pantai, muara, bahkan sampai ke dalam sungai di daerah tropis dan subtropik.
Di dalam ekosistem mangrove terdapat makhluk hidup lain yang hidup berdampingan, salah satunya adalah hewan dari kelas reptilia yaitu Emoia atrocostata atau familier disebut kadal.
Dikutip dari buku laporan Susetiono (2010) berjudul Keanekaragaman Fauna Mangrove-Padang Lamun Sulawesi Utara, kadal memiliki bentuk tubuh yang tampak halus mengilap, langsing, ekor pendek, kaki dan ekornya berkembang dengan sempurna, moncong dan badan memipih. Panjang totalnya mencapai 26 cm.
Satwa ini hidup dekat di area yang masih terpengaruh dengan periode pasang dan surut. Aktifitas mencari makan hanya dilakukan pada siang hari dan ketika air laut surut. Bila air laut pasang tinggi, maka kadal mangrove ini akan bersembunyi di rongga-rongga kayu. Mangsa yang dicari adalah kepiting kecil, rayap pada dahan lapuk, ikan maupun kadal sejenis yang berkuran lebih kecil.
Kadal ini menghasilkan 1-3 telur berukuran 8×20 mm dan dikeluarkan sekaligus. Telur-telur ini diletakan pada celah atau rongga di pohon mangrove serta tidak dierami, sehingga bila menetas anakannya langsung mencari makan sendiri (Susetiono, 2010).
Sebagai usaha untuk mempertahankan diri dari serangan mangsa, ekor kadal sangat mudah untuk putus. Ketika ekornya digigit mangsa, maka akan terjadi kontraksi otot yang sangat kuat sehingga ekor putus. Setelah putus, otot tersebut segera menutup lukanya agar darah tidak keluar. Pada bagian yang putus tersebut akan tumbuh ekor lagi hingga mencapai ukuran semula.
Uniknya bila ekor kadal digigit mangsa tetapi tidak putus atau hanya menimbulkan luka, maka pada luka tersebut akan tumbuh ekor yang baru, sedangkan ekor yang lama bertahan seperti semula, disebut dengan “ekor bercabang” (bifurcated tail).
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, mangrove berfungsi sebagai: 1) pelindung pantai dari erosi tiupan angin dan gempuran ombak yang kuat dan tsunami; 2) habitat untuk memijah (spawning ground), tempat pembesaran dan mencari makan (nursery and feeding ground) dan tempat berlindung (shelter) berbagai jenis ikan, udang; 3) habitat berbagai jenis fauna lainnya; 4) penghasil kayu dan non-kayu; 5) berfungsi sebagai tempat pendidikan dan tempat rekreasi; dan 6) penyerap karbon efektif dalam perubahan iklim.
Jika kawasan hutan mangrove mengalami pembabatan pohon atau terjadi konversi lahan, maka secara langsung keberadaan kadal ini pun menjadi sangat berkurang.
Penulis: Sarah R. Megumi