Jamur Sarang Burung, Fungi Unik yang Memiliki “Telur”

Reading time: 2 menit
Kayu basah yang busuk makanan favorit spesies jamur ini. Foto: Shutterstock

Cyathus stercoreus adalah fungi berordo Agaricales yang berasal dari famili Nidulariaceae. Walaupun tidak beracun, jenis jamur ini sangat jarang awam konsumsi karena bertekstur keras serta memiliki ukuran yang kecil.

Spesies C. stercoreus akrab dengan sebutan jamur sarang burung. Mereka memiliki bentuk yang unik karena tampak seperti mangkuk, serta di dalamnya berisi beberapa “telur” kecil.

“Telur” itu sebenarnya adalah alat reproduksi mereka. Ahli menyebutnya sebagai peridiole, ia melekat pada permukaan dalam jamur, dengan tali elastis miselia yang disebut funiculus.

Genus Cyathus sendiri setidaknya terdiri atas 45 spesies. Lima Spesiesnya yang paling dikenal oleh masyarakat adalah C. novae-zelandiae, C. colensoi, C. hookeri, C. Olla dan C. stercoreus.

Morfologi dan Ciri-Ciri Jamur Sarang Burung

Jamur C. stercoreus pertama kali ditemukan pada tahun 1888. Spesies ini mulanya memiliki peridia berbentuk kendi, namun berubah menjadi kerucut terbalik atau menyerupai lonceng.

Tinggi rata-rata C. stercoreus hanya mencapai 5-15 mm dengan lebar 4-8 mm. Penampilan awalnya agak meruncing, namun perlahan-lahan berubah menjadi ramping dan pendek.

Jika kita perhatikan, kulit luar jamur sarang burung terlihat berwarna cokelat kekuningan. Ia mulanya memiliki bulu-bulu panjang, tetapi mulai menjadi halus seiring pertambahan usia.

Bagian dalam jamur ini halus, berwarna seperi timah namun tampak mengilap. Peridiola-nya berbentuk lenticular, memiliki diameter sekitar 2 mm, halus, bersinar serta berwarna hitam.

Spora jamur sarang burung berbentuk subgloboset dengan diameter 2-4 mm. Epispora atau dinding sporanya terlihat cukup tebal dan padat, rata-rata memiliki diameter berkisar 3 mm.

Baca juga: Jamur Ulat, Parasit Termahal di Dunia yang Terancam Punah

Habitat dan Distribusi Jamur Sarang Burung

Spesies jamur sarang burung umumnya tumbuh secara soliter (bergumpal) di permukaan tanah, pupuk, kayu yang membusuk, hingga kotak-kotak yang terdapat pada rumah kaca.

Mereka pakar kategorikan sebagai jamur saprobik penghuni kawasan tropis dan subtropis. Karena itu, populasi terbesarnya dapat kita jumpai di area hutan terbuka serta tepi hutan.

Kayu basah yang telah busuk adalah makanan favorit spesies jamur ini. Beberapa jenisnya dapat kita bedakan dari morfologinya, meski secara umum mungkin terlihat sangat mirip.

Di Inggris dan Irlandia, jamur sarang burung berbiak dari Mei hingga November. Buahnya cukup tangguh, sebab durasi pertumbuhannya dapat berlangsung sampai Desember.

Perlu Anda ketahui, fungi bergenus Cyathus jamak ahli temukan di wilayah Eropa dan Asia. Distribusinya terbilang sangat luas, bahkan sampai ke Benua Australia hingga Selandia Baru.

Sistem Reproduksi Jamur Sarang Burung

Proses reproduksi jamur sarang burung terbilang unik. Ketika hujan turun tetesan air yang menyentuh bagian dalam jamur akan keluar, sehingga mampu menyebarkan peridiole-nya.

Peridiole jamur yang mengandung spora keluar bersama benang hifa. Benang halus tersebut akan melilit ranting pohon, lalu menyerap sumber makanan potensial untuk miselium baru.

Secara seksual, proses reproduksi jamur C. stercoreus dapat dilakukan dengan perkawinan (kontak) antara dua miselium kompetibel. Dari sinilah koloni fungi baru akan bermunculan.

Namun menurut riset, distribusi jamur sarang burung lewat proses seksual sejatinya jarang terjadi. Reproduksi mereka lebih sering dilakukan secara alamiah dengan bantuan air hujan.

Sebagai informasi, nama genus ‘Cytahus’ sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berawalan ‘kyath-.’ Kata ini merujuk pada bentuk cangkir yang bulat atau cawan-cawan seperti piala.

Baca juga: Black Truffle, Jamur Langka Hidangan Favorit Bangsawan

Taksonomi Spesies Cyathus Stercoreus

Penulis : Yuhan al Khairi

Top