Katak Tanpa Paru-paru yang Hanya Ada di Kalimantan

Reading time: 2 menit
Katak Kepala Pipih Klimantan
Katak Kepala Pipih Kalimantan. Foto: www.iucnredlist.org

Katak memiliki nilai penting bagi ekosistem karena habitatnya yang spesifik. Namun, populasi katak memiliki ancaman yang lebih besar dibandingkan jenis satwa lain. Hewan ini juga dinilai sebagai indikator lingkungan yang baik atau barometer kesehatan lingkungan.

Barbourula kalimantanensis adalah satu-satunya jenis katak yang tidak memiliki paru-paru. Untuk bernapas, ia menggunakan kulitnya sebagai alat pernapasan. Spesies ini disebut juga katak kepala pipih Kalimantan dan hanya dapat ditemukan di pulau borneo.

Penemuan katak jenis ini tercatat hanya ada di tiga lokasi di Kalimantan, yaitu di Pinoh, Sungai Kelawit di Daerah Aliran Sungai Melawi, dan Sungai Tengkalap di DAS Belantikan. Saat ini keberadaan Barbourula kalimantanensis sulit ditemukan karena banyak terjadi perubahan alam yang mengganggu habitat katak tersebut.

Baca juga: Katak Pohon Coklat

Habitat Barbourula kalimantanensis berada pada kisaran suhu dingin, yaitu 14-17 derajat celcius di sungai beraliran deras. Lebih khususnya, ia dapat ditemukan pada hutan hujan primer. Katak ini diduga tidak memerlukan paru-paru karena beradaptasi di lingkungan dengan kandungan oksigen yang tinggi pada aliran sungai deras (Bickford, 2007).

Sebagai spesies tanpa paru-paru, katak ini membutuhkan tingkat oksigen bebas yang lebih tinggi dan hanya tersedia di aliran yang dangkal, jernih, dingin maupun mengalir cepat. Barbourula kalimantanensis tidak ditemukan di antara batu-batu dengan sampah dedaunan dan kayu mati. Sebab untuk menghindari kandungan oksigen yang lebih sedikit akibat bahan-bahan organik yang membusuk.

Katak Kepala Pipih Klimantan-2

Katak Kepala Pipih Kalimantan. Foto: www.iucnredlist.org

Umumnya, katak ini memiliki panjang 66 mm untuk jantan dan 77,7 mm untuk betina. Bagian tubuhnya terdiri dari kepala yang lebar, sangat rata, moncong bundar, dan kekar. Pada lengan dan kaki diselimuti selaput pada bagian telapak yang berfungsi untuk mendayung saat berada di perairan.

Katak ini pertama kali ditemukan pada tahun 1978 di perairan sungai Kapuas, Kalimantan Barat oleh Djoko Tjahjono Iskandar seorang peneliti kodok. Sebagai penemu, Djoko berhak untuk memuat nama dirinya pada spesies temuannya. Pada kesempatan tersebut, Djoko memberi nama ‘Iskandar’ pada jenis katak yang berhasil ia temukan.

Baca juga: Katak Serasah Hidung Panjang

Sayangnya, pada tahun 2017 lalu,  International Union for Conservation of Nature (IUCN) menetapkan bahwa Barbourula kalimantanensis berada pada status terancam punah. Meskipun berada pada status tersebut, masih ada peluang bagi spesies ini untuk tetap ada. Populasinya dapat dipertahankan jika dikelola dengan baik dalam  kawasan lindung.

Katak ini menjadi salah satu yang ikut diburu oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Perusakan lingkungan sekitar dan aktivitas berladang maupun penebangan liar di hulu atau di sekitar lokasi juga dapat mengganggu ekistensi katak.

Upaya menjaga sungai tetap bersih dan bebas dari perburuan ikan membuat sungai menjadi ekosistem yang layak bagi Barbourula kalimantanensis. Ikan kecil yang hidup di sungai menjadi sumber makanan bagi katak ini. Untuk menjaga populasinya, dibutuhkan komitmen menjaga kondisi sungai yang bebas dari racun dan tambang emas agar air dapat dikonsumsi. Selain itu sungai yang sehat dapat menjadi habitat yang layak bagi katak berkepala pipih ini maupun satwa lainnya.

Taksonomi Katak

Penulis: Krisda Tiofani

Top