Adjis “Doa Ibu”, Kalimantan Tidak Layak Disebut Paru-Paru Dunia

Reading time: 2 menit
Foto: greeners.co/Gloria Safira

Jakarta (Greeners) – Keindahan Indonesia memang membuat banyak insan berdecak kagum. Tidak hanya mengagumi lewat suara, namun banyak yang rela untuk mengeluarkan tabungannya untuk mengelilingi tempat-tempat indah di Indonesia.

Abdul Aziz atau yang biasa disapa dengan nama Adjis “Doa Ibu” mengemukakan pendapatnya akan kerusakan negeri ini yang tidak terlihat oleh mata sebagian masyarakat. Pria yang tenar dari cuap-cuap komedinya dalam “Stand Up Comedy” ini mengaku bahwa kesedihannya terhadap alam Indonesia terjadi saat mengunjungi wilayah Kalimantan.

“Kalau Kalimantan dibilang sebagai paru-paru dunia, sebenarnya itu enggak layak. Sudah banyak pohon di hutan yang ditebang dan dialihfungsikan untuk dijadikan sebagai lahan kosong yang nantinya akan dikeruk hasil buminya,” ujarnya.

Terdapat kekecewaan mendalam untuk Adjis, apalagi saat Ibukota Kalimantan Timur, Samarinda mengalami kebanjiran mengingat Kalimantan mempunyai hutan yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan. Namun kenyataannya, hutan di Kalimantan sudah menghilang.

“Pernah terdengar kabar bahwa banjir itu disebabkan karena Samarinda terletak di dataran rendah, padahal hal itu disebabkan karena hutan-hutan di Kalimantan sudah enggak ada. Itu yang menyebabkan air langsung masuk ke dalam kota,” tambahnya.

Tidak hanya kasus banjir, beberapa waktu lalu pun pernah terjadi Pekan Baru tertutup oleh kabut asap. Yang membuat dirinya heran yaitu melihat bagaimana reaksi pemerintah yang terlalu santai. “Sebenarnya, dari informasi yang saya dapat, pemerintah kota tersebut sudah mengetahui jika tragedi akan terjadi namun memang tidak bisa menyalahkan dia juga karena terdapat sejumlah mafia dari balik tragedi ini,” jelasnya kemudian.

Adjis juga melihat bagaimana kemudahan membuat suatu acara di Kalimantan. Menurutnya, hal ini merupakan suatu taktik yang digunakan oleh pemerintah untuk menutupi kerusakan lingkungan Kalimantan yang semakin membesar. Dengan memberi akses hiburan yang bisa dinikmati oleh masyarakat kota, maka secara sendirinya masyarakat tidak lagi menghiraukan fenomena-fenomena yang terjadi di hutan Kalimantan.

“Pesan saya untuk anak-anak muda terutama di Kalimantan, jangan terlalu senang dengan kemudahan yang terjadi dalam membuat suatu acara. Lebih baik cari tahu dulu kenapa bisa semudah itu dalam membuat acara, lebih kritis dalam menanggapi segala sesuatunya. Saat ini, kita bukan dibungkam dengan senjata tapi dibungkam dengan kebebasan itu sendiri,” ujarnya.

Tak ketinggalan ia juga menambahkan, tidak perlu bagi masyarakat untuk mengikuti kata pemerintah karena terlalu banyak yang ditutupi. “Lebih baik bergeraklah sendiri untuk kebaikan lingkungan,” pungkasnya.

Penulis : Gloria Safira

Top