Menyaring Air dengan Cara Tradisional

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat membutuhkan air sebagai kebutuhan pokok. Saat ini, banyak masyarakat lebih senang untuk membeli air kemasan atau galon daripada menggunakan air kran dari rumahnya. Berbagai alasan melatar belakangi perilaku ini, salah satunya adalah karena kualitas air yang buruk.

Muhammad Reza Sahib (35), Koordinator Nasional dari Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KRuHA), menyatakan, air dapat dilihat baik dan buruknya berdasarkan kandungan kimia dan fisika. Menurutnya, masyarakat masih dapat melakukan penyaringan air secara mandiri agar tidak terus-menerus membeli air kemasan yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan di masa depan.

“Kandungan fisika dari air dimulai dari kandungan besi sampai arsenik yang dapat memberikan penyakit dalam waktu jangka panjang. Sedangkan, kandungan kimia dalam air berupa bakteri yang dapat memberikan dampak langsung seperti diare,” ujarnya.

Menurut Reza, air yang memiliki kandungan fisika biasanya berwarna dan berbau. Namun, masyarakat bisa melakukan penyaringan dengan cara tradisional untuk menjernihkan air yang berwarna dan berbau tersebut.

Air yang memiliki warna dan bau tandanya telah terkontaminasi oleh kandungan fisika. Air berwarna dan berbau akan lebih jernih dan sehat ketika dilakukan penyulingan menggunakan batu kerikil, pasir, ijuk dan arang batok kelapa. Saringan dimulai dengan membuat lapisan pasir, ijuk, arang aktif atau arang batok kelapa, dan batu kerikil.

“Salah satu kegunaan arang adalah untuk mengurangi atau menghilangkan bau. Bila masalah yang dihadapi cukup berat, kita dapat mencoba menambahkan satu buah lapisan batu zeolite,” ujarnya memberi saran.

Reza menambahkan bahwa pertama kali melakukan penyaringan air, air yang dihasilkan tidak terlalu jernih, tetapi seiring berjalannya waktu, air yang keluar akan menjadi jernih (saringan membutuhkan waktu ± 10 menit). Selain itu, aturlah debit air yang masuk ke tangki saringan (keluaran dari tangki pengendapan) agar tidak lebih besar dari debit air yang keluar dari saringan (air bersih).

Dalam merawat saringan air sederhana tersebut, bersihkanlah saringan air secara rutin setiap 1-2 bulan sekali, terutama bila debit air yang keluar semakin kecil atau bila kualitas air yang dihasilkan mulai berkurang (menjadi keruh). Cara membersihkannya cukup dengan mengeluarkan semua isi saringan (injuk, pasir, kerikil, dsb) lalu cuci bersih semuanya dan jemur hingga kering. Untuk menjaga kualitas air, gantilah ijuk setiap 6 bulan sekali.

Menurut Reza, dalam satu tahun, Indonesia memiliki angka kematian sebanyak seratus ribu jiwa balita yang meninggal karena air buruk. Keadaan ini lebih buruk daripada Kamboja, Vietnam dan Laos. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus memiliki kerjasama yang baik dalam menghadapi keadaan air buruk ini.

Penulis : Gloria Safira

Top