Renli Su Fokus Pada Kain Organik dan Nilai Tradisional

Reading time: 2 menit
Beberapa koleksi dari label Renli Su. Foto: www.ecofashiontalk.com

Menjadi seorang perancang busana yang idealis tentunya bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, seorang desainer yang berdiri pada ideologinya membutuhkan kesabaran lebih untuk menjelaskan konsep dan memasarkan karya kepada buyers hingga konsumen. Di Indonesia, desainer idealis ini tidak banyak, diantaranya Felicia Budi, Lenny Agustin, dan Indita Karina. Karya mereka tampil beda dengan mencampurkan dunia fashion dan kepedulian pada lingkungan hidup dalam bentuk eco-fashion.

Di London, Inggris, perancang busana Su Renli pun menerapkan eco-fashion dalam berkarya. Ia menggunakan kain organik dan teknik handmade pada setiap rancangannya yang diberi label Renli Su. Majalah Vogue bahkan mendeskripsikan Renli sebagai desainer muda yang layak diperhitungkan karena koleksinya yang halus, romantis namun tanpa menggunakan embel-embel dan rimpel.

Kesan vintage namun elegan merupakan konsep pada gaun mini, rok rimpel dan span serta jaket dalam koleksi rancangannya. Menurutnya, selain dari tipe pakaian, kesan vintage akan tampak berdasarkan pemilihan kain di setiap koleksinya. Hal tesebut bisa dilihat dari kaku atau tidaknya kain, lembut atau tebal, dan tepat digunakan atau tidak pada setiap model rancangannya.

Rancangan Su Renli menggunakan bahan-bahan organik dan teknik "handmade". Foto: www.ecofashiontalk.com

Rancangan Su Renli menggunakan bahan-bahan organik dan teknik “handmade”. Foto: www.ecofashiontalk.com

Dengan mengangkat nilai-nilai tradisional, Renli Su menggunakan kain linen tradisional dari Tiongkok, linen Irlandia, dan katun organik yang merupakan hasil dari tenun tangan berbahan dasar rami yang didapatkannya dari sebuah pabrik kain di Tiongkok ‘Summer Fabric’ yang memiliki cetakan bergaris serta pencetakan blok. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan nilai tradisional yang melekat, Renli Su bekerja sama dengan pengrajin tradisional yang sudah terampil dalam karya-karyanya.

Sama halnya dengan fashion ramah lingkungan yang menentang fast fashion, Renli Su hanya memilih untuk bekerja sama dengan orang-orang yang ia kagumi tanpa mengejar perkembangan pasar yang begitu cepat berganti. Ia menikmati hasil dari slow fashion pada setiap kerumitan yang terdapat dalam desain tradisional dan menghargai setiap hasilnya.

Dimulai dengan menciptakan bentuk-bentuk grafis sederhana hitam dan putih, Renli kemudian menyadari ketertarikannya pada material dan kerumitan pengerjaan buatan tangan, dan dia menghargai setiap koleksi yang dihasilkannya.

Penulis : Gloria Safira
Sumber: www.ecofashiontalk.com

Top