Ilmuwan Inggris Buat Kecerdasan Buatan untuk Prediksi Kanker

Reading time: 2 menit
Ilustrasi kecerdasan buatan. Foto: Freepik
Ilustrasi kecerdasan buatan. Foto: Freepik

Para peneliti dari University College London dan University of Cambridge di Inggris menggunakan data dari UK Biobank dan US National Lung Screening Trial untuk mengembangkan model kecerdasan buatan. Hal tersebut bertujuan untuk memprediksi risiko seseorang terkena kanker paru-paru dalam lima tahun ke depan. 

Euronews melansir kabar bahwa sebuah studi baru menunjukkan model kecerdasan buatan terbukti lebih baik. Hal ini lebih canggih untuk memprediksi risiko seseorang terkena kanker paru-paru dibandingkan dengan model terbaik yang ada.

BACA JUGA: Akankah Komputer Masa Depan Bertenaga Sel Otak Manusia?

Mereka menggunakan kumpulan data untuk bereksperimen dengan lebih dari 60 model pembelajaran mesin yang berbeda. Selain itu, para peneliti juga menggunakan data itu supaya bisa melihat model mana yang paling efektif.  Data itu untuk memprediksi risiko seseorang terkena penyakit tersebut.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab utama kematian akibat penyakit kanker yang menjangkiti di seluruh dunia. Tak hanya itu, penyebab utama kanker paru-paru adalah merokok, mencakup 85% dari seluruh kasus yang ada. Penyakit ini menyebabkan sekitar 1,8 juta kematian pada tahun 2020.

Kecerdasan Buatan Mampu Prediksi Risiko Kanker Paru 

Para peneliti telah menggabungkan empat model kecerdasan buatan dan mampu memprediksi risiko kanker paru-paru dengan akurasi yang sama atau lebih baik dibandingkan model terbaik yang ada. PLOS Medicine pada Selasa (3/10) telah mempublikasikannya di jurnal.

Model tersebut memiliki tiga variabel, yakni usia seseorang, berapa tahun mereka merokok, dan jumlah rata-rata penggunaan rokok per hari.

BACA JUGA: Kecerdasan Buatan Bantu Kurangi Penyebaran Covid-19

“Studi kami menunjukkan kecerdasan buatan dapat memprediksi secara akurat risiko kanker paru-paru. Prediksi hanya menggunakan tiga informasi yang mudah terkumpul selama janji temu rutin dengan dokter, secara daring atau melalui aplikasi,” kata Dr. Tom Callender, dari University College London’s School of Medicine.

Tom melanjutkan, pendekatan ini juga berpotensi menyederhanakan skrining kanker paru-paru di tingkat populasi dan membantu mewujudkannya. Ia berharap pendeteksi tersebut dapat memberikan hasil yang lebih baik karena tersedia pengobatan yang lebih efektif.

Risiko Skrining Kanker Paru Dapat Lebih Sederhana

Para peneliti menyatakan dalam studinya bahwa penilaian risiko untuk skrining kanker paru-paru dapat lebih sederhana tanpa mengurangi kinerja. Hal ini agar dapat meningkatkan efektivitas program skrining nasional.

“Penelitian ini adalah contoh utama alat pembelajaran mesin seperti AutoPrognosis yang berkombinasi dengan peneliti klinis yang inovatif. Ini dapat berdampak nyata dalam layanan kesehatan di tingkat populasi,” kata Mihaela van der Schaar, penulis studi dari Universitas Cambridge.

Penelitian lain tentang penggunaan kecerdasan buatan untuk membantu deteksi dini kanker paru-paru telah meneliti penggunaan alat ini untuk membantu menafsirkan CT scan dada. Alat tersebut juga untuk mencari penanda biologis atau mutasi gen.

 

Penulis: Maula Sulthoni

Editor: Indiana Malia

Top