Rompi Pelindung Tubuh dari Sabut Kelapa

Reading time: 2 menit
Rompi
Rompi dari sabut kelapa. Ilustrasi: shutterstock

Pohon kelapa dikenal sebagai tanaman dengan 1.001 manfaat karena hampir seluruh bagiannya bisa dimanfaatkan oleh manusia. Mulai dari daun yang bisa dijadikan kulit ketupat, batang pohon untuk bahan bangunan, dan buahnya yang bisa dimakan langsung atau diolah menjadi bahan makanan. Sementara batok kelapa dapat dijadikan wadah makanan atau minuman dan serabutnya dimanfaatkan menjadi alat rumah tangga seperti keset atau sapu.

Serabut atau sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Dengan ketebalan berkisar 5-6 cm, sabut kelapa terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Sabut kelapa umumnya diolah menjadi kerajinan atau alat rumah tangga. Berbeda dari biasanya, dalam Jurnal Ilmiah Politeknik Harapan Bersama Tegal (2015), sabut kelapa dibuat menjadi rompi pelindung tubuh yang nyaman dan ramah lingkungan.

Baca juga: Bioplastik dari Pati Biji Nangka

Limbah sabut buah kelapa dinilai sangat potensial sebagai penguat bahan produk yang ramah lingkungan, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini kemudian dilihat sebagai kesempatan untuk mengolahnya menjadi suatu produk pelindung tubuh yang memiliki nilai tersendiri sehingga bisa diminati oleh konsumen.

Bahan dasar pembuatan rompi harus memiliki kekuatan yang sesuai agar bisa memenuhi fungsi pakainya, yakni melindungi tubuh. Jika pada pelindung tubuh biasanya menggunakan bahan plastik dan busa sebagai bahan utama untuk penguat, sabut kelapa juga memenuhi kriteria tersebut. Tidak hanya kuat, serat kelapa juga elastisis, tahan terhadap penguraian mikroba, tahan terhadap salinitas, ramah lingkungan, dan yang paling penting adalah banyak tersedia di alam.

Sabut Kelapa

Sabut kelapa untuk bahan membuat rompi pelindung tubuh, Foto: Ilustrasi: shutterstock

Dari standar kekuatan yang dihasilkan, rompi pelindung tubuh ini memiliki fungsi yang beragam. Misalnya untuk kegiatan pacuan kuda maupun freestyle seperti olahraga skateboard, sepatu roda, dan lain-lain. Selain itu dapat pula digunakan untuk balap drag bike dan motor cross.

Untuk mengubah sabut kelapa menjadi rompi diperlukan beberapa proses. Dimulai dari scouring, yaitu menghilangkan kotoran dan lapisan lilin yang ada pada serat menggunakan klerek, asam cuka, dan kaporit. Kemudian dilanjut dengan sizing, yaitu pemintalan serat pada sabut kelapa menjadi benang untuk selanjutnya ditenun menjadi kain. Pada proses ini diperlukan campuran benang lusi dan sedikit campuran bahan kimia agar bisa mendapatkan hasil tenun yang sempurna. Proses ini bertujuan untuk mempersiapkan benang agar kuat, tahan gesek, lentur, dan mampu ditenun pada kecepatan tinggi serta mendapatkan kualitas yang sesuai.

Baca juga: Peternakan Sapi Berkelanjutan di Sumatera Barat

Selain melimpahnya jumlah sabut kelapa, inovasi ini juga dilatarbelakangi oleh banyaknya pengendara motor yang belum menggunakan pelindung tubuh saat berkendara dan berpotensi membahayakan diri. Karena itu, rompi pelindung tubuh ini dinilai cocok digunakan bagi pengguna sepeda motor yang masih kesulitan untuk menemukan alat pelindung yang cocok, nyaman, dan ramah lingkungan.

Meski terbuat dari limbah sabut kelapa, pembuatan rompi ramah lingkungan tetap memperhatikan secara rinci ukuran dan bagian tubuh. Desainnya yang ergonomis membuat pengguna bisa tetap berkendara dengan aman dan nyaman.

Penulis: Krisda Tiofani

Top