Luhut: Sistem Circular Economy Harus Segera Direalisasikan

Reading time: 2 menit
circular economy
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan (keempat dari kiri) menghadiri Circular Economy Forum di Jakarta, Rabu (12/07). Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Jakarta (Greeners) – Permasalahan tata kelola sampah merupakan perkara yang tidak mudah untuk diselesaikan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi sebuah negara, maka kompleksitas permasalahan sampah di dalamnya pun menjadi semakin rumit. Salah satu solusi penanganan sampah yang tengah berkembang saat ini adalah model bisnis ekonomi melingkar atau circular economy.

Sistem ekonomi ramah lingkungan yang berasal dari Eropa ini berupaya mempertahankan nilai produk agar dapat digunakan berulang-ulang tanpa menghasilkan sampah (zero waste) melalui cara daur ulang (recycling), penggunaan kembali (reuse) atau produksi ulang (remanufacture).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan bahwa pendekatan ekonomi melingkar merupakan agenda yang sangat bagus karena permasalahan sampah di Indonesia sudah masuk dalam tahap darurat sampah. Permasalahan ini harus diatasi secara terintegrasi dan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri.

BACA JUGA: Industri Daur Ulang Sampah Menjadi Contoh Sistem Ekonomi Melingkar

Model ekonomi ini, dikatakan luhut, harus segera direalisasikan karena Indonesia negara kepulauan yang memiliki garis pantai sangat panjang sehingga memiliki permasalahan sampah yang harus cepat diselesaikan. “Ini kongkrit. Semua pihak memang harus terlibat mengatasi permasalahan sampah,” terangnya usai memberi sambutan pada acara Circular Economy Forum di Jakarta, Rabu (12/07).

Luhut mengatakan, bulan depan kementerian yang dipimpinnya akan bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan mencoba untuk mencampur sampah kantong plastik dengan aspal untuk uji coba pembangunan jalan di Bekasi. Jika berhasil, upaya ini akan memberikan paling tidak tiga keutungan. Pertama, pembiayaan untuk membangun jalan menjadi kurang 7%; Kedua, perawatan jalan pun menjadi kurang karena jalan menjadi lebih kuat; Ketiga, keuntungan dari sisi pemanfaatan sampah.

“Kita belajar dari India. Dia sudah membuat 120.000 Km jalan dari sampah plastik. Nantinya tinggal kita susun bagaimana mekanisme mencari dan mengumpulkan kantong plastiknya. Kalau ini bisa dilakukan, akan berpengaruh pada wisatawan dan ekosistem di laut. Tapi jangan hanya wacana. Harus ada eksekusi dari ini semua,” ujar Luhut.

BACA JUGA: Pemerintah Siapkan 1 Miliar Dolar AS untuk Kejar Target Indonesia Bebas Sampah

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Energi Terbarukan Halim Kalla, yang turut hadir pada acara tersebut juga mengungkapkan, Indonesia sudah harus memikirkan tentang bagaimana menjalankan ekonominya dengan bijaksana dan tidak merusak alam. Ia mengatakan bahwa kebiasaan memproduksi barang dan membuangnya jika sudah tidak digunakan kembali adalah kebiasaan yang sangat berbahaya, baik bagi alam maupun bagi manusia.

Belajar dari banyak negara maju di dunia, Halim menilai cara pandang pengelolaan sampah dalam dekade terkahir telah berkembang dan tidak lagi dilihat sebagai sebuah proses yang linier (ambil-pakai-buang) lagi, namun telah berkembang menggunakan pendekatan ekonomi melingkar dimana sebuah penggunaan material didesain secara strategis untuk terus bersifat restoratif dan regeneratif.

“Kadin mendukung penuh sistem ekonomi seperti ini guna mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Industri pun bisa memberikan partisipasinya dalam memberikan nilai tambah pada barang-barang yang telah dipakai hingga memberikan nilai jual yang tidak turun. Kami dari Kadin bidang Energi Terbarukan siap mendukung,” kata Halim.

Penulis: Danny Kosasih

Top