Padang Lamun, Flora Laut Penting yang Terus Tergerus

Reading time: 4 menit
foto padang lamun dari dekat
Padang Lamun, Tumbuhan Berbunga Laut yang Kerap Terabaikan. Foto: Shutterstock.

Memiliki tampilan yang cukup mirip, padang lamun sering disamaratakan dengan ramput laut. Meski begitu, tak banyak yang mengetahui jika kedua tumbuhan ini memiliki perbedaan ciri yang signifikan.

Padang lamun merujuk pada kumpulan tanaman lamun yang tumbuh di dasar laut. Flora ini adalah satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang mampu beradaptasi dengan perairan pantai.

Selain cukup kuat, tanaman ini juga sangat penting bagi area pesisir. Bahkan, pakar mencatat lamun sebagai salah satu ekosistem utama penunjang kawasan pantai, di luar mangrove dan juga terumbu karang.

Uniknya, para ilmuwan kerap menyebut tumbuhan ini sebagai seagrasses. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan lamun dengan ‘rumput laut,’ yang notabenenya tergolong sebagai ganggang.

Di Tanah Air, ilmuwan Malikusworo Hutomo pertama kali memperkenalkan nama lamun kepada masyarakat ilmiah melalui disertasinya di Institut Pertanian Bogor pada 1985.

Sebelumnya, lamun terlebih dahulu memiliki nama khas tersendiri di setiap daerah. Contohnya masyarakat lokal Kepulaun Seribu menyebut flora ini dengan istilah ‘samo-samo’, adapun istilah ‘lalamong’ di Maluku Tengah, dan ‘setu’ di Pulau Bintan.

Morfologi dan Ciri-Ciri Lamun

Salah kaprah antara padang lamun dan rumput laut sudah terjadi sejak lama. Rumput laut sendiri pada mulanya dibudidayakan sebagai bahan baku makanan pembuat agar-agar.

Sebab bentuknya yang cukup mirip dengan rumput – serta keduanya yang tumbuh di dasar laut– lantas masyarakat menyebutnya sebagai ‘rumput.’ Padahal, jika ditelaah lebih jauh flora ini tidak tergolong demikian.

Alih-alih memiliki struktur bunga dan biji, flora ganggang seperti rumput laut biasanya tidak memiliki akar serta tergolong sebagai tumbuhan primitif yang belum memiliki deferensiasi organ canggih.

Berbeda dengan rumput laut, tanaman yang satu ini terdiri dari akar, biji, batang, daun dan bunga. Masing-masing organ tersebut juga memiliki ciri dan fungsi yang berbeda, seperti:

  • Akar Lamun

Kita dapat membedakan morfologi akar berdasarkan spesiesnya, misalnya spesies Halophila dan Halodule yang memiliki karakteristik tipis (fragile) layaknya rambut serta berdiameter kecil.

Sedang, spesies Thalassodendron memiliki akar yang kuat, berkayu dengan sel epidermal. Fungsi akar lamun dan tumbuhan darat sebenarnya sama, namun akar ini tidak berguna sebagai penyalur air.

  • Rimpang dan Batang

Hampir seluruh spesies seagrasses memiliki rimpang atau rizoma berjenis herbaceous, hanya spesies Thallasodendron ciliatum sajalah yang diketahui memiliki rizoma berkayu.

Struktur rizoma dan batang tumbuhan ini memiliki sangat bervariasi. Ditambah lagi, rimpang sendiri kerap terbenam di dalam substrat, serta memiliki peran penting bagi reproduksi tumbuhan.

  • Daun Lamun

Sebagian besar dari tanaman ini memiliki struktur daun pita yang panjang dan sempit (ciri tumbuhan monokotil). Namun, ada pula beberapa genus yang memiliki daun berbentuk bulat dan juga silindris.

Sama seperti batang, luas dan ketebalan daun tergantung pada spesies dan fungsinya. Anatomi yang khas daun tersebut, yakni tidak adanya stomata dan keberadaan kutikel yang tipis.

Kutikel daun yang tipis tidak dapat menahan pergerakan ion dan difusi karbon, sehingga daun tersebut biasanya menyerap kandungan nutrien secara langsung dari air laut.

Perlu diketahui, lamun berkembang biak dengan mengeluarkan biji. Semakin banyak biji yang tumbuh maka semakin tebal tampilan tanaman, hal inilah yang menjadi cikal-bakal dari padang lamun.

Persebaran Padang Lamun di Indonesia

Ekosistem lamun adalah kawasan perairan pantai dengan lantai pasir, yang memiliki kedalaman antara 0-10 m. Jenis perairan ini biasanya cukup jernih, hingga cahaya matahari bisa masuk ke dalamnya.

Gerakan arus air umumnya cukup tenang sekitar 0,5 m per detik. Idealnya, kadar garam pada perairan tersebut biasanya cukup rendah, dengan tingkat suhu air rerata 20-30 derajat Celsius.

Karakter perairan seperti ini banyak kita temukan di Tanah Air, bahkan dari 60 spesies lamun yang ada di dunia 15 spesies di antaranya berada di sekitar laut Indonesia.

padang lamun

Di Tanah Air, laju kerusakan padang lamun mencapai 2-5% per tahunnya. Foto: Shutterstock.

Berdasarkan peta penyebarannya, padang lamun bisa kita temukan di area Aceh, Nias, Belitung Barat, Batam, Lampung, Lombok, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Maluku Utara serta Pulau Biak.

Sayangnya, populasi padang lamun di tanah air semakin menipis. Hal ini berkenaan dengan aktivitas industri di kawasan pesisir, serta lenyapnya ekosistem bakau di sekitar kawasan tersebut.

Bahkan para peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Oseanografi LIPI memprediksi, populasi lamun yang masih bertahan hingga tahun 2018 hanya berkisar 1,8 juta ha dari 3 juta ha.

Laju kerusakan lahan seagrasses sendiri diketahui sangat tinggi di tanah air, yakni mencapai 2-5% per tahunnya. Tentunya kita perlu menyesali hal ini mengingat tumbuhan ini memiliki segudang manfaat.

Manfaat Padang Lamun bagi Kelestarian Alam

Usaha budidaya padang lamun tentu tidak bisa kita tawar lagi, pasalnya tumbuhan yang satu ini jelas memiliki segudang manfaat bagi kelestarian alam serta makhluk laut yang ada di sekitarnya.

Melansir dari berbagai sumber, setidaknya ada empat fungsi utama dari tumbuhan lamun baik bagi biota laut maupun manusia. Apa sajakah itu? Berikut Greeners rangkum untuk Anda:

  • Tempat Berlindung dan Produsen Pakan

Menurut Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, padang lamun berfungsi sebagai tempat pemijahan (spawing ground) dan sekaligus menjadi tempat asuhan (nursery ground) serta tempat mencari makan (feeding ground) bagi biota laut.

Jenis biota laut seperti ikan baronang, ikan kwe, ikan biji nangka, ikan lencam, udang, lobster, kepiting dan ranjungan kerap ditemukan berlindung di bawah padang lamun.

Selain itu, tumbuhan ini juga berperan penting sebagai penyedia makanan bagi hewan penyu, dugong, invertebrata herbivora, serta ikan-ikan herbivora.

  • Padang Lamun Melindungi Kawasan Pesisir Pantai

Dalam jurnal Status Padang Lamun Indonesia (tahun 2018), peneliti Puslitbang Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nurul Dhewani Mirah Sjafrie, dkk., menyebutkan bahwa seagrasses efektif sebagai penahan deburan ombak.

Bila perairan di sekitarnya menjadi tenang, maka rimpang dan akar lamun bisa lebih mudah mengikat sedimen air. Hal ini secara otomatis membuat area dasar laut menjadi lebih kuat serta lebih stabil.

  • Padang Lamun Menekan Ancaman Perubahan Iklim

Menurut beberapa penelitian, komunitas lamun di dasar laut juga berguna sebagai pengikat karbon. Nantinya, tumbuhan tersebut akan menahan kenaikan konsentrasi CO2 dan gas rumah kaca lainnya.

Bahkan menurut tim peneliti Puslitbang Oseanografi LIPI, dalam satu tahun setiap 1 hektare padang lamun dapat menyimpan sekitar 6,6 ton karbon atau setara dengan 24,2 ton gas CO2.

  • Nilai Ekonomis

Mulanya, warga menganggap flora ini tidak mempunyai nilai ekonomis, namun belakangan telah ditemukan beberapa bahan aktif yang berasal dari daun lamun. Beberapa manfaat dari ekosistem lamun di antaranya yaitu tempat kegiatan budidaya laut berbagai jenis ikan, kerang-kerangan, dan tiram; tempat rekreasi atau pariwisata; sumber pupuk hijau; sumber bahan aktif obat-obatan dan kosmetik; dan sumber bahan pangan.

Baca juga: Mengenal Tokek: Berbagai Jenis dan Mitos di Tengah Masyarakat

Taksonomi Lamun

tanaman lamun

Referensi:

Laman Fakultas Biologi UGM

Portal Informasi Indonesia

Umar Tangke dalam “Ekosistem Padang Lamun”

Laman LIPI

Penulis: Yuhan Al Khairi, Sarah Megumi

Top