Elang Paria, Spesies Raptor yang Mudah Beradaptasi

Reading time: 3 menit
Sarang elang BK terbuat dari ranting, daun-daun, plastik, kertas hingga tulang atau kulit sisa mangsa. Foto: Freepik

Indonesia merupakan rumah dari 17 jenis elang, salah satunya adalah elang paria. Selain elang bondol, spesies elang ini juga terbilang cukup populer. Mereka memiliki anggota terbanyak dari keluarga Accipitridae, sehingga eksistensinya cukup mudah ditemukan.

Elang paria disebut juga sebagai elang BK. Singkatan tersebut awam ambil dari nama asing mereka yakni black kite, atau layang-layang hitam jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia.

Sekilas, perpaduan corak bulu elang BK memang terlihat cukup gelap. Apabila sedang terbang, maka tampilan burung tersebut sangat mirip seperti layang-layang yang melayang di langit.

Secara ilmiah elang BK dinamai Milvus migrans. Mereka masih berkerabat dengan elang Jawa, spesies burung endemis Indonesia yang dijadikan sebagai maskot satwa langka nasional.

Morfologi dan Ciri-Ciri Elang Paria

Seperti spesies elang lain, elang paria juga tergolong sebagai burung pemangsa (raptor). Mereka bisa dikenali dari ukuran tubuhnya yang mencapai 65 cm, serta memiliki bulu cokelat gelap atau kehitaman.

Salah satu ciri khas spesies M. migrans ialah ekornya yang menggarpu. Burung ini juga memiliki corak putih pada bagian dalam sayapnya. Itu terlihat cukup kontras dengan ujung sayap yang berwarna hitam.

Warna kepala elang BK kadang-kadang lebih pucat dibandingkan punggungnya. Mereka mempunyai cakar dan paruh yang cukup besar, bahkan paruhnya sendiri terlihat sangat melengkuk sekaligus tajam.

Cakar dan paruh itu umumnya berwarna keabu-abuan, sedangkan iris matanya bercorak cokelat. Matanya itu memiliki kemampuan melihat yang awas, sebab dapat mengintai mangsa dari jarak yang cukup jauh.

Habitat dan Distribusi Elang Paria

Ruang lingkup elang paria terbilang sangat luas. Mereka terbang di sekitar area terbuka, pantai, pelabuhan bahkan perkotaan, kemudian bertengger pada tiang-tiang, kawat, pohon, bangunan, atau tanah.

Memang, spesies satu ini tergolong cukup adaptif. Kelompoknya dapat memakan hewan darat seperti tikus, serangga kecil hingga kelinci, atau berbagai hewan air seperti ikan dan udang.

Bahkan, sempat ditemukan pula individu elang BK yang memakan buah sawit. Karena kemampuan adaptasinya itu pula, spesies elang ini dapat bertahan hidup walau berada dekat dengan manusia.

Wilayah Afrika, Erasia, sampai Australia adalah daerah asal burung ini. Karena terbagi atas beberapa subspesies, pemetaannya juga dapat dilihat berdasarkan distribusi anak jenisnya.

  • M. m. migrans: Afrika barat-laut dan Eropa timur sampai Asia Tengah (Tien Shan) dan Pakistan. Bermigrasi ke selatan menuju Afrika (Sahara bagian selatan) saat musim dingin
  • M. m. lineatus: Siberia, Jepang, Kepulauan Ryukyu, utara India, utara Myanmar dan China utara. Bermigrasi ke selatan menuju Irak dan India selatan, serta Asia Tenggara
  • M. m. formosanus: Taiwan dan Hainan (China selatan).
  • M. m. govinda: Pakistan timur, India, Sri Lanka ke selatan sampai Indochina Semenanjung Malaysia
  • M. m. affinis: Sulawesi dan (mungkin) Sunda Kecil, Papua bagian timur dan New Britain, Australia utara ke selatan sampai Victoria
  • M. m. aegyptius: Mesir, Arab barat-daya dan pesisir timur Afrika sampai Kenya
  • M. m. parasitus: Afrika sekitar Selatan Sahara, Kepulauan Cape Verde, Kepulauan Comoro dan Madagaskar.

Pola Hidup dan Kebiasaan Elang Paria

Gaya terbang elang paria terlihat cukup anggun. Ia kerap melakukan gerakan melingkar dengan kepakan sayap perlahan, lalu melayang pada jarang yang relatif rendah saat mencari makan.

Sarangnya sendiri biasanya terletak di sekitar tebing, bangunan, atau cabang batang yang menggarpu. Namun sebab makanannya ada di air dan daratan, mereka juga suka menghabiskan waktu di tepi perairan.

Sarang elang BK terbuat dari ranting, daun-daun, plastik, kertas, hingga tulang-tulang atau kulit sisa mangsa. Di sinilah induk betina meletakkan telur-telurnya, yang berjumlah sekitar 1–4 butir dalam sekali berbiak.

Saat induk betina mengerami telur selama 26–48 hari, induk jantan bertugas untuk mencari makan. Sang induk mengasuh anak-anaknya sampai bisa terbang, jangka waktunya sendiri berkisar 42–50 hari.

Melansir IUCN Red List, status konservasi M. migrans berada pada kategori “least concern” atau berisiko rendah. Walau tren populasinya stabil, spesies ini tetap digolongkan sebagai satwa yang dilindungi.

Taksonomi Milvus Migrans

Penulis : Yuhan al Khairi

Top