IPB Basmi Hama di Subang Pakai Teknologi Bio-imunisasi

Reading time: 2 menit
IPB University mengendalikan hama dan penyakit di Subang mengggunakan teknologi bio-imunisasi. Foto: News IPB
IPB University mengendalikan hama dan penyakit di Subang mengggunakan teknologi bio-imunisasi. Foto: News IPB

Jakarta (Greeners) – IPB University berhasil mengendalikan hama dan penyakit dalam skala luas di Subang, Jawa Barat menggunakan teknologi bio-imunisasi. Tim IPB menggunakan pendekatan Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu-Biointensif (PHT-Biointensif) dengan komponen utama bio-imunasasi tanaman.

Bio-imunisasi merupakan teknologi perlakuan benih dengan mikroba endofit dan plant growth promoting rhizobacteria (PGPR). Teknologi ini membuat tanaman menjadi tahan hama dan penyakit.

Guru Besar Proteksi Tanaman IPB University, Suryo Wiyono mengatakan, komponen utama terdiri dari bio-imunisasi tanaman dengan cendawan endofit dan bakteri teruji, serta membuat predator hama banyak dengan pupuk organik dan menghindari penggunaan pestisida sampai umur 35 hari.

BACA JUGA: IPB dan Unram Kerja Sama Majukan Sektor Perikanan di NTB

Pendekatan baru yang IPB University terapkan telah teruji efektif pada 500 hektare (ha) sawah di kabupaten lumbung padi ketiga nasional. Teknologi ini telah diterapkan pada dua lokasi di wilayah Subang. Pertama di Kampung Inovasi IPB Subang – Desa Kiarasari, Compreng seluas 350 hektare (ha). Lokasi kedua berada di kawasan program Patriot Pangan di Desa Ciasem Girang seluas 100 ha.

Kampung Inovasi IPB Subang di Kiarasari, Compreng pada Musim Tanam (MT) 1 tahun ini menghasilkan 9,72 ton gabah kering panen per hektare (GKP/ha). Sementara, di Ciasem, hasil panen di lahan program Patriot Pangan di Desa Ciasem Girang, menghasilkan 10 ton GKP/ha. Di kedua tempat ini, produktivitasnya melebihi rata-rata yang 7,3 ton per ha.

Kendalikan Hama dengan Light Trap

Dalam mengendalikan hama, ada cara lain yang tim IPB lakukan, yaitu monitoring penerbangan penggerek dengan light trap serta pengumpulan kelompok telur. Dalam implementasinya, monitoring turut melibatkan guru dan siswa SMKN Compreng. Kegiatan yang mereka lakukan meliputi monitoring hama penggerek batang padi, pengumpulan kelompok telur di persemaian, dan bio-imunisasi tanaman dengan mikroba.

“Hasil penerapan teknik ini langsung bisa terlihat dan dirasakan petani. Serangan penggerek batang di daerah Compreng tidak lebih tinggi dari 1 persen hingga musim panen tiba. Sementara, serangan penggerek batang di desa sebelahnya mencapai 11,0 persen,” ungkap Suryo yang sekaligus Dekan Fakultas Pertanian IPB University.

Sama halnya dengan Compreng, di daerah Ciasem Baru yang merupakan daerah endemik penggerek batang, tingkat serangan penggerek pada petak penerapan hanya sebesar 21,59 persen. Hal ini jauh lebih rendah dibanding yang menggunakan metode konvensional yang mencapai 67,3 persen.

Light Trap Terbukti Efektif

Ahli Hama IPB University, Dewi Sartiami mengungkapkan bahwa monitoring dengan light trap ini terbukti efektif untuk mengelola penggerek batang. Metode ini bisa melihat puncak penerbangan ngengat penggerek dan menentukan waktu pengumpulan kelompok telur.

Salah satu petani Kiarasari, Maman (50 tahun) mengaku, dengan bioimunisasi ini, perkecambahan lebih baik. “Bahkan, karena yang tumbuh jauh lebih banyak saya jadi kelebihan bibit, dan banyak saya sumbangkan ke teman yang membutuhkan,” ujarnya.

BACA: Lawalata IPB Aktif Berpetualang untuk Selamatkan Lingkungan

Menurut Maman, dengan menggunakan teknologi ini, para petani sangat menghemat biaya karena hanya menggunakan pestisida sebanyak satu kali. Sebab, biasanya petani bisa menyemprot hingga sepuluh kali.

Petani Ciasem Girang, Vektor (42) yang juga merupakan petani peserta program mengungkapkan hal serupa. Menurut Viktor, teknologi bio-imunisasi benih berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman padi.

“Dimulai dari persemaian yang daya perkecambahannya hampir mencapai 100 persen. Pertumbuhan bibit juga merata, akar tumbuh lebih lebat,” sambungnya.

Dengan keandalan dan juga biaya yang murah, Suryo meyakini bahwa teknologi ini siap untuk diterapkan pada skala yang lebih besar.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top