Jakarta (Greeners) – Mahasiswa Pecinta Alam Semesta (MAPENSA) Universitas Jember menggelar kegiatan pelatihan analisis mikroplastik pada Minggu (18/5). Kegiatan ini bertujuan untuk mengamati dan menganalisis bentuk mikroplastik, yang berpotensi membahayakan lingkungan serta kesehatan manusia. Analisis tersebut menggunakan mikroskop untuk mengamati sampel mikroplastik secara langsung.
Dalam pelaksanaannya, MAPENSA bekerja sama dengan lembaga Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton). Kegiatan ini juga melibatkan 52 peserta yang terdiri dari mahasiswa umum dan anggota organisasi pecinta alam di Kabupaten Jember.
Peneliti mikroplastik, Faqih Fijratulloh, turut hadir untuk memberikan pemaparan terkait dampak mikroplastik terhadap kesehatan dan lingkungan. Ia menjelaskan bahwa mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter yang terbentuk dari proses degradasi plastik di lingkungan. Meskipun ukurannya kecil, dampaknya sangat besar.
BACA JUGA: Riset: Warga Indonesia Paling Banyak Mengonsumsi Mikroplastik
“Plastik tidak dapat terurai sepenuhnya di lingkungan, melainkan hanya terpecah menjadi partikel lebih kecil yang tetap ada dan berpotensi berbahaya,” ujar Faqih.
Faqih juga menjelaskan bahwa partikel mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia melalui saluran pencernaan. Dalam hal ini, mekanisme paraseluler dan persorpsi memungkinkan partikel ini menembus selaput epitel dan masuk ke sirkulasi darah. Partikel dengan diameter kurang dari 20 mikrometer dapat menyebar ke organ sekunder seperti otot, hati, ginjal, jantung, dan otak, menyebabkan efek toksik yang serius.
Selain itu, mikroplastik tidak dapat dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh. Sehingga, memicu inflamasi berkelanjutan, yaitu apoptosis (kematian sel terprogram) dan nekrosis (kematian jaringan). Hal ini disebabkan oleh pembentukan radikal bebas yang merusak sel-sel tubuh.
Mikroplastik juga mengalami bioakumulasi. Artinya, partikel ini menumpuk di tubuh dan sulit untuk dimetabolisme atau dikeluarkan sehingga menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang.
Belajar Analisis Mikroplastik
Setelah pemaparan selesai, kegiatan ini berlanjut dengan pelatihan oleh peserta untuk belajar langsung cara analisis mikroplastik. Tim Ecoton juga sekaligus membahas strategi mitigasi, seperti gerakan zero waste.
Manager Program Ecoton, Tonis Afrianto mengatakan bahwa peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Banyak dari mereka yang baru menyadari betapa seriusnya permasalahan akibat mikroplastik. Hal itu baik dari segi kesehatan maupun lingkungan.
Anggota Mahasiswa Pecinta Alam MAHADIPA, Isfan mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat berguna karena mereka belajar mengatasi mikroplastik.
“Melalui kegiatan ini, kami menjadi tahu bahwa makanan dan minuman yang sering kali kita konsumsi ternyata sudah tercampur mikroplastik,” jelas Isfan.
Tonis berharap kegiatan ini bisa menjadi langkah awal yang mendorong kolaborasi lebih luas antara akademisi, aktivis, masyarakat, dan pemerintah. Dengan demikian, akan terwujud gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dan bebas polusi plastik.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia