Pantau Gambut : 16,4 Juta Ha KHG Rentan Terbakar

Reading time: 2 menit
Karhutla rentan terjadi di tahun 2023. Foto: BNPB

Jakarta (Greeners) – Pantau Gambut menyebut sekitar 16,4 juta hektare (ha) area kesatuan hidrologis gambut (KHG) di Indonesia rentan terbakar. 

Hal tersebut, mereka ungkap dari hasil studi lanjutan Kerentanan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Pantau Gambut Jilid 1. Dalam studi jilid 2 ini, mereka menemukan 54 % dari total 3,8 juta ha area KHG dengan kerentanan tinggi berada pada wilayah konsesi beserta area buffer-nya.

Angka tersebut didominasi perusahaan yang beroperasi di Pulau Kalimantan. Dalam catatan mereka, delapan dari 10 perusahaan dengan tingkat kerentanan tertinggi berada di pulau tersebut. 

Peneliti dan Analis Data Pantau Gambut Almi Ramadhi mengatakan, potensi kerentanan karhutla yang ada dapat berlipat ganda karena dimulainya El Nino pertengahan tahun ini.

“Pernyataan tersebut berdasarkan prediksi Climate Prediction Center (CPC-NOAA). Mereka menyebutkan adanya signifikansi peningkatan suhu laut sejak Mei 2023,” kata Almi dalam keterangan tertulis Pantau Gambut, baru-baru ini.

Ia menambahkan, berdasarkan pendekatan historis dan kondisi yang ada, potensi karhutla prediksinya terjadi Februari hingga Maret. Lalu potensinya muncul kembali antara Juli hingga Oktober. 

Pemetaan Pantau Gambut Terkait Sebaran Titik Panas

Untuk memastikan tren sebaran titik panas, Pantau Gambut melakukan pemantauan melalui citra satelit. Mereka menemukan kemunculan 3.431 titik panas selama periode Januari hingga April 2023. 

Dari titik panas tersebut, mereka menganalisis adanya dugaan kebakaran pada area KHG. Mereka menemukan sebanyak 19 lokasi yang diduga terjadi karhutla, di mana Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis menjadi kabupaten yang paling banyak terjadi karhutla.

Juru Kampanye Pantau Gambut Wahyu Perdana mengungkapkan, risiko karhutla di wilayah konsesi cukup dominan. Sembilan dari 10 kerentanan di konsesi KHG masuk pada area yang pernah terbakar.

Begitu juga kerentanan pada IUPHHK (hutan kayu), tercatat 8 dari 10 konsesi yang masuk kerentanan tinggi karhutla merupakan area yang pernah terbakar lebih dari sekali.

“Hampir 50 % dari keseluruhan konsesi yang masuk 10 besar kerentanan tertinggi juga pernah berproses hukum terkait karhutla,” imbuhnya.

Wahyu menyebut, seruan pemerintah untuk mewaspadai dan mencegah karhutla sudah terdengar jauh-jauh hari. Sayangnya, api sudah membakar ratusan ha area gambut di berbagai provinsi. 

“Perlu kita ingat dengan adanya El Nino, lahan gambut yang masih terbasahi dengan baik saja berpotensi terbakar. Apalagi gambut yang kering dan rusak. Hal ini jelas bukan hal baik,” tandas Wahyu.

Penulis/Editor : Ari Rikin

Top