BMKG: La Nina di Akhir Tahun, Waspada Bencana Hidrometeorologi

Reading time: 3 menit
Curah hujan
La Nina menyebabkan curah hujan tinggi. Waspadai bencana hidrometeorologi. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau adanya potensi La Nina atau meningkatnya curah hujan di Indonesia menjelang akhir tahun 2021.

Hal tersebut berdasarkan monitoring perkembangan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian Tengah dan Timur. BMKG mengatakan, terdapat anomali atau penyimpangan suhu muka air laut. Nilai anomali tersebut telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0,61 yang seharusnya berada pada 0,5.

Melansir dari website resmi BMKG, La Nina merupakan fenomena pendinginan suhu muka laut (SML) di bawah kondisi normalnya. Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, kondisi ini berpotensi terus berkembang. Sama seperti tahun sebelumnya, BMKG memperkirakan datangnya La Nina pada tahun ini dengan intensitas lemah hingga moderat atau sedang. Kondisi ini setidaknya akan berlangsung sampai bulan Februari 2022.

“Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan terus akan kami monitor. Oleh karena itu kita harus segera bersiap untuk menghadapi adanya atau datangnya La Nina,” kata Dwikorita pada konferensi pers Waspada La Nina dan Peningkatan Risiko Bencana Hidrometeorologi, di Jakarta, Senin (18/10).

Selain itu lanjutnya, hasil kajian BMKG menunjukkan, bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada bulan November, Desember dan Januari. Peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20-70% dari batas normal di berbagai daerah. Daerah tersebut terutama meliputi Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan.

Banjir salah satu bencana hidrometeorologi yang menyebabkan kerugian material. Foto: Shutterstock

Dampak Fenomena La Nina

La Nina akan meningkatkan curah hujan. Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengungkapkan, variasi peningkatan curah hujan tidak sama dari waktu ke waktu.

“Secara keseluruhan pada saat terjadinya La Nina, dia akan meningkatkan curah hujan di setiap wilayah,” kata Dodo.

BMKG memperkirakan fenomena La Nina pada tahun ini berpotensi terjadi bencana hidrometeorologi, sama dengan tahun sebelumnya. Bencana tersebut antara lain seperti longsor, banjir, angin kencang, banjir bandang, atau puting beliung yang akan terjadi secara sporadis.

Pada bulan Oktober 2021 beberapa wilayah akan mengalami transisi atau peralihan musim yang berpotensi memunculkan bencana puting beliung atau cuaca ekstrem. Fenomena tersebut BMKG perkirakan terjadi terutama pada wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan.

Atas potensi tersebut, Dwikorita mengingatkan kepada seluruh pihak untuk meningkatkan kewaspadaan atas berbagai dampak yang akan terjadi.

“Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut, maka kami meminta untuk seluruh pihak perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjut dari curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi,” paparnya.

Mitigasi Bencana Hidrometeorologi

Untuk meminimalisir dampak La Nina, BMKG bekerja sama dengan pemerintah pusat, kementerian lembaga dan antar pihak terkait. BMKG merekomendasikan beberapa rencana mitigasi bencana seperti simulasi bencana.

BMKG juga meningkatkan analisis prediksi pemodelan numerik, mengingat ancaman dampak La Nina cukup tinggi. Sebagai persiapan untuk menghadapi bencana hidrometeorologi, Dwikorita mengimbau agar pemerintah daerah memperhatikan lingkungannya, seperti tandon air atau waduk agar tidak terjadi pendangkalan.

“Tandon air mohon diperhatikan kapasitasnya, jangan sampai embung-embung, waduk, danau sudah mengalami banyak pendangkalan sehingga daya tampungnya tidak maksimal. Termasuk juga saluran-saluran untuk mengalirkan air permukaan juga perlu diperhatikan,” jelasnya.

Lebih jauh, ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan tindakan yang dapat memperparah dampak La Nina. Tindakan tersebut antara lain penebangan pohon sembarangan dan memotong lereng tebing tanpa perhitungan.

Selanjutnya, Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko meminta masyarakat untuk aktif, waspada dan memonitor perkembangan cuaca ataupun peringatan dini yang terus BMKG perbarui.

“Masyarakat diminta untuk waspada paling tidak menyiapkan atau antisipasi dan merespon informasi dari BMKG. Hal itu bertujuan untuk siap siaga dalam menghadapi musim hujan berikutnya,” imbuh Urip.

Bagi masyarakat yang ingin memperoleh informasi perkiraan cuaca, dapat terus memantau perkembangan iklim dan cuaca terkini pada website resmi BMKG pada https://www.bmkg.go.id atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Penulis: Zahra Shafira

Top