BMKG : Waspadai Panas Terik Hingga Pertengahan Mei

Reading time: 2 menit
Saat beraktivitas di luar ruang dan cuaca terik, gunakan tabir surya untuk lindungi kulit. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Panas terik karena suhu yang lebih panas dari biasanya dialami sebagian besar wilayah di Indonesia belakangan ini. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan panas tersebut bukan fenomena gelombang panas atau heatwave.

Namun BMKG mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai kondisi ini akan berlangsung hingga pertengahan Mei 2022.

Mengutip @infoBMKG, suhu maksimum harian di Indonesia periode 9-10 Mei 2022 yang tercatat Stasiun Meteorologi Sanggu, Barito Selatan, Kalimantan Tengah mencapai 36 derajat Celcius, Stasiun Meteorologi Kertajati 35,8 derajat Celcius, Balai Besar Wilayah 2 Ciputat 35 derajat Celcius. Selanjutnya Stasiun Meteorologi Kemayoran 34 derajat Celcius dan suhu terendah 33 derajat Celcius terpantau Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto melalui keterangan tertulisnya menyatakan, berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode 1-7 Mei 2022 berkisar antara 33 – 36,1 derajat Celcius. Suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 derajat Celcius terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.

Suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada bulan April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38,8 derajat Celcius di Palembang pada tahun 2019. Sedangkan di bulan Mei sekitar 38,8 derajat Celcius di Temindung Samarinda pada tahun 2018.

Bukan Termasuk Gelombang Panas

Sementara itu, menurut World Meteorological Organization (WMO), heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut. Saat kondisi tersebut, suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celcius atau lebih.

Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika. Kondisi ini dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah.

“Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas atau terik dalam skala variabilitas harian,” katanya, Senin (9/5).

Guswanto mengungkapkan, fenomena suhu udara terik yang terjadi pada siang hari tersebut dipicu oleh beberapa hal. Misalnya, posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau.

Adapun tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang. Sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi.

Kemudian dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimumkan penerimaan sinar matahari di permukaan bumi. Hal ini menyebabkan masyarakat merasakan cuaca cukup terik pada siang hari.

“Kewaspadaan kondisi suhu panas atau terik pada siang hari masih harus masyarakat waspadai hingga pertengahan Mei,” imbuhnya.

Dalam Jangka Panjang Pemanasan Global Pengaruhi Kondisi Panas Terik

Sementara itu Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan menyebut, panas terik untuk variasi yang sifatnya keseharian lebih disebabkan fluktuasi radiasi matahari dan kondisi cuaca. Akan tetapi secara jangka panjang terdapat kontribusi pemanasan global yang memengaruhinya.

“Secara jangka panjang, gas rumah kaca yang mengendalikan atau memfilter radiasi matahari turut mempengaruhi kenaikan suhu global,” ungkapnya.

Dengan kondisi tersebut, BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan cairan tubuh. Utamanya bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari dan juga warga dalam perjalanan mudik arus balik supaya tidak terjadi dehidrasi hingga kelelahan.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top