BRIN Temukan Ngengat Jenis Baru, Petani Cengkeh Waspada!

Reading time: 2 menit
Ngengat jenis baru (Cryptophasa warouwi). Foto: BRIN
Ngengat jenis baru (Cryptophasa warouwi). Foto: BRIN

Jakarta (Greeners) – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menemukan tiga ngengat jenis baru. Para petani cengkeh perlu mewaspadai salah satu jenis ngengat, yakni Cryptophasa warouwi yang berpotensi merusak batang dan ranting cengkeh.

Sejumlah peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN dan tim dari Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi berhasil mengidentifikasi tiga jenis ngengat. Ketiganya adalah Cryptophasa warouwi, Glyphodes nurfitriae dan Glyphodes ahsanae. 

Ngengat jenis Cryptophasa warouwi termasuk hama endemik baru dari Pulau Sangihe Sulawesi Utara. Penemuan ini bisa meningkatkan pemahaman tentang keanekaragaman Cryptophasa di wilayah Wallacea dan menjelaskan status hamanya. Sementara, dua ngengat jenis baru lainnya, yaitu Glyphodes nurfitriae dan Glyphodes ahsanae teridentifikasi berasal dari Papua.

BACA JUGA: Ngengat Atlas, Kupu-Kupu Malam Terbesar di Dunia

Peneliti PRBE BRIN Hari Sutrisno mengungkapkan, larva Cryptophasa terkenal sebagai hama penggerek cabang dan batang. Hewan nokturnal ini memotong daun untuk makanan, membuat terowongan, dan menutup lubangnya dengan anyaman sutra dan kotoran.

“Pada tahun 2023, aktivitas serangan (hewan) tersebut menyebabkan kerusakan yang bervariasi pada tanaman cengkeh di lima kecamatan Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Invasinya mengakibatkan kerusakan cabang dan ranting yang menyebabkan penurunan densitas daun pada tanaman cengkeh,” jelas Hari lewat keterangan tertulisnya.

Sejak 2016 Larva Cryptophasa Mengganggu Tanaman Cengkeh

Sementara itu,  Peneliti PRBE BRIN lainnya, Pramesa Narakusumo mengungkapkan, sejak tahun 2016 larva jenis Cryptophasa terpantau mengganggu tanaman cengkeh di Pulau Sangihe. Kemudian, di tahun 2023, persebaran jenis ini terus meluas.

Pramesa menambahkan, berdasarkan karakter diagnostiknya yang paling khas, ngengat yang berwarna cokelat tua terlihat memiliki struktur tegas pada alat kelaminnya. Selain itu, kode batang DNA menunjukkan spesies baru ini berkerabat di antara spesies Cryptophasa lainnya, meskipun memiliki antena jantan yang mirip dengan genus Paralecta.

BACA JUGA: Lyssa Zampa, Ngengat Besar yang “Menyerang” Perkotaan

Dosen Universitas Sam Ratulangi, Jackson F. Watung juga menjelaskan, baru-baru ini timnya juga menemukan fakta jika Cryptophasa warouwi tidak hanya menyerang tanaman cengkeh, melainkan juga tanaman jambu air dan jambu biji (Myrtaceae).

“Ancaman ini dapat dikategorikan sebagai serangan serangga hama oligofag. Sehingga, sangat penting untuk segera mengembangkan rencana strategi pengendalian hama, analisis risiko hama, menyusun daftar hama karantina, dan manajemen pengelolaan hama lainnya,” ujar Jackson.

Kedua Ngengat Dinyatakan sebagai Taksa Baru

Berdasarkan hasil analisis morfologi BRIN dan Universitas Sam Ratulangi, jenis ngengat Glyphodes nurfitriae dan Glyphodes ahsanae dinyatakan sebagai taksa baru. Hal itu tercantum dalam jurnal Zootaxa Volume 3403 Nomor 4 pada 23 Januari 2024.

“Total Glyphodes yang tercatat di Indonesia saat ini berjumlah 48 buah. Publikasi terakhir tentang spesies Glyphodes dari Papua dan Sulawesi dipublikasikan Munroe pada tahun 1960. Sejak saat itu, tidak ada lagi spesies yang terdeskripsikan dari wilayah ini,” imbuh Pramesa.

Menurut Pramesa, temuan ketiga jenis ngengat tersebut tentunya akan memperkuat pengetahuan sistematika. Bahkan, dapat membantu banyak kasus pengendalian hama dan mengidentifikasi biodiversitas di Indonesia.

“Jika karakter hewan nokturnal ini dapat mengancam, seperti menjadi hama tanaman, tentunya temuan ini menjadi referensi penting bagi pemerintah. Terutama dalam menentukan status hama, kebijakan pengendalian, menghitung tingkat serangan, dan menelusuri daerah sebaran hama di sebuah wilayah. Sehingga, petani dapat terhindar dari kerugian ekonomi,” imbuhnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top