Buat Peta Bencana Berbasis Media Sosial, Ini yang Harus Diperhatikan BNPB

Reading time: 3 menit
media sosial
Ilustrasi: greeners.co

Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan Urban Risk Lab dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, mengembangkan sistem pemetaan bencana yang cepat berbasis media sosial. Sistem pemetaan bencana ini dinamakan PetaBencana.id.

Hanya saja, penggunaan media sosial sebagai basis rencana pembuatan peta bencana ini tidak bisa sembarangan jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Akan sangat baik jika sifat dari media sosial tersebut bukan hanya informatif, melainkan partisipatif seperti yang direncanakan oleh BNPB.

Pengamat media sosial yang juga pionir beberapa komunitas berbasis media sosial, Shafiq Pontoh, mengatakan, ada baiknya sistem publikasi kebijakan pemerintah maupun lembaga non pemerintah seperti yang dilakukan oleh BNPB tidak hanya menyasar pemahaman dan kesadaran publik saja, melainkan juga ajakan keterlibatan untuk berpartisipasi.

“Ketika publikasi yang dimaksud hanya untuk mendapat awareness atau kesadaran saja atau hanya untuk orang tahu, dengan model komunikasi satu arah bisa saja bermanfaat untuk publik tapi partisipasinya juga bisa nol dan sulit untuk mengukur efektifitasnya,” kata Shafiq, Jakarta, Rabu (05/10).

BACA JUGA: Peta Rawan Banjir dan Longsor Baru Mencakup 100 Kabupaten

Selain sifat yang partisipatif, Shafiq menyatakan bahwa platform sosial media yang akan digunakan, yaitu PetaBencana.id, juga harus mampu memberikan respon cepat kepada pelapor atau partisipan yang ingin terlibat. Karena jika tidak ada respon, maka masyarakat cenderung akan acuh tak acuh karena laporannya hanya dijawab oleh robot atau bahkan tidak ditanggapi.

Meski demikian, Shafiq cukup meyakini bahwa tanpa usaha lebih, masyarakat secara organik akan turut berpartisipasi dengan sendirinya. Dia memberi contoh penggunaan media sosial dalam konteks kebencanaan pernah beberapa kali terjadi di Indonesia.

Saat gunung Merapi meletus, masyarakat membentuk partisipasi bernama Jalin Merapi. Platform yang digunakan kala itu adalah Twitter dan radio CB yang mampu membantu relawan untuk memetakan titik rawan dan titik evakuasi. Termasuk titik-titik daerah yang belum mendapatkan sumbangan atau bahkan wilayah-wilayah yang sumbangannya menumpuk.

Lebih jauh, terkait platform layanan pesan instan WhatsApp yang akan terintegrasi dengan peta bencana tersebut, Shafiq memberikan saran agar masyarakat terlebih dahulu diberitahu atau dilakukan sosialisasi tentang format pelaporan masyarakat.

“Nah untuk integrasi pada WhatsApp ini juga harus memperhatikan beberapa poin. Pertama, verifikasi data apakah semua laporan itu benar atau jangan-jangan tidak tepat. Kedua, bagaimana cara masyarakat melakukan pelaporan, bagaimana formatnya,” jelas Shafiq.

Akan Dibangun di Tiga Kota

Sebagai informasi, PetaBencana.id adalah peta berbasis media sosial yang akan menampilkan informasi bencana secara real time. Selain mengintegrasikan media sosial, peta ini juga nantinya akan diintegrasikan dengan layanan pesan instan WhatsApp. Dengan integrasi ini, warga diharapkan dapat berbagi informasi bencana dengan warga lain dan pemerintah secara cepat dan mudah.

Kepala Pusat Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, untuk langkah awal PetaBencana.id akan dibangun di tiga kota, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Kota-kota ini dipilih karena ketiganya termasuk kota metropolitan di Indonesia dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan termasuk daerah rawan bencana. Untuk memudahkan koordinasi, BPBD di masing-masing kota/provinsi akan dilibatkan dalam menjalankan peta ini.

BACA JUGA: BNPB: 41 Juta Jiwa Masyarakat Indonesia Hidup di Wilayah Rawan Longsor

“PetaBencana.id menawarkan sebuah peta bencana berbasis web, yang memvisualisasikan informasi kejadian bencana secara real time dan mengelompokkan laporan kejadian bencana sesuai wilayah administratif. Laporan dari warga yang beredar di media sosial dan platform pesan instan dikumpulkan oleh CogniCity OSS, yang selanjutnya dapat diverifikasi oleh instansi berwenang,” tuturnya.

Platform ini mengintegrasikan media baik sosial maupun digital dan pesan instan secara real time, serta data terkait infrastruktur yang vital tanpa biaya tambahan.

Platform ini membantu warga untuk berbagi data mengenai bencana secara mudah, terbuka, dan real time. Untuk mewujudkan peta ini, BNPB juga bekerja sama dengan Pacific Disaster Center dan Humanitarian OpenStreetMap Team. Rencananya peta ini akan diluncurkan pada awal 2017.

PetaBencana.id adalah sebuah proyek yang diinisiasi oleh Urban Risk Lab di MIT yang bertujuan untuk mengembangkan CogniCity Open Source Software (CogniCity OSS) sebagai sebuah platform gratis dan terbuka untuk manajemen kebencanaan di kota-kota besar di Asia Selatan dan Tenggara.

Penulis: Danny Kosasih

Top