Bulk Store, Peradaban Baru Dalam Berbelanja

Reading time: 3 menit
bulk store
Foto : Shutterstock

Sampah plastik masih menjadi masalah besar dunia, termasuk di Indonesia. Beberapa upaya dilakukan masyarakat untuk mengurangi sampah plastik, seperti membawa tas belanja sendiri dan mengganti alat makan sekali pakai dengan alat makan guna ulang. Selain itu, kini hadir bulk store / pack free store / toko curah yang menekankan pada zero waste alias menghilangkan kemasan plastik pada produk yang dibeli.

Jakarta (Greeners) – Saat ini masyarakat atau konsumen di berbagai belahan dunia ingin ikut berperan dalam melestarikan lingkungan, sehingga kehadiran bulk store atau toko curah mulai menjadi sebuah tren dan berpotensi ke depannya mengisi kebutuhan masyarakat untuk bergaya hidup bebas sampah.

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar menyampaikan bahwa gaya hidup zero waste atau bebas sampah akan mendominasi di kehidupan masyarakat kini dan masa mendatang.

Dengan munculnya fenomena toko-toko curah atau bulk store merupakan suatu upaya atau respon terhadap persoalan-persoalan sampah khususnya sampah plastik yang muncul karena kemasan dari produk yang dihasilkan.

“Sehingga munculnya bulk store ini menunjukkan peradaban baru dari kehidupan masyarakat dalam upaya mengurangi persoalan sampah. Dan peradaban ini akan membawa kemajuan untuk Indonesia,” kata Novrizal ketika dihubungi Greeners, Kamis (15/04/2021).

Pemerintah Mendukung Inisiatif Bulk Store 

Pemerintah sendiri pun mendorong bulk store untuk tetap eksis dengan mengeluarkan peraturan yakni peta jalan pengurangan sampah oleh produsen yang tertuang tertuang dalam Peraturan Menteri LHK Nomor P.75/MenLHK/Setjen/Kum.1/10/2019.

Menurut Novrizal, peraturan tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan bulk store. Serta, dapat mengubah perilaku masyarakat dalam berbelanja.

“Untuk mempertahankan bulk store ini tentunya memerlukan demand yakni masyarakat. Untuk menggerakkan hal tersebut kita coba dorong dari regulasi yang sudah kita buat, karena adanya peraturan tersebut pasti produsen memiliki tanggung jawab untuk menjual produknya dengan mengurangi kemasan plastiknya. Seiring berjalan, masyarakat juga terdorong untuk bergaya hidup lebih ramah lingkungan.  Tentu hanya bulk store yang memiliki persediaan produk tanpa kemasan atau curah,” ujar Novrizal.

Di sisi lain, Novrizal juga menyampaikan potensi bulk store terbesar ada di pasar tradisional. Diketahui memang sistem perdagangan di pasar memang curah baik sayur mayur, bumbu-bumbu rempah, ayam, daging hingga buah-buahan.

Kini, pasar tradisional juga sudah mulai menerapkan tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai. Sehingga besar harapannya pasar tradisional bisa didorong ke dalam bentuk bulk store.

“Jadi kalau sistem bulk store ini bisa kita dorong semaksimal mungkin dan terjadi perubahan masif juga di pasar tradisional, saya pikir ini bisa menjadi peradaban yang baru buat kita,” kata Novrizal.

Hadirnya Bulk Store Memudahkan Masyarakat Mengurangi Sampah Plastik Sekali Pakai 

Menurut beberapa data yang dihimpun oleh Greeners dari berbagai sumber, tercatat setidaknya ada 30 bulk store di Indonesia. Salah satunya ialah Saruga Package-Free Shopping Store. Toko curah yang berdiri sejak 15 November 2018 lalu ini sudah menjadi toko curah yang cukup dikenal oleh masyarakat. Nama Saruga sendiri diambil dari bahasa Kalimantan Selatan yang berarti Surga.

Ridha Zaki selaku founder Saruga menyampaikan, Saruga dibuat dengan harapan bisa mengurangi penggunaan sampah terutama sampah kemasan, sekaligus menjadi Gerakan untuk mengajak masyarakat menjalankan gaya hidup minim sampah dan bijak sampah agar lingkungan tetap terjaga dengan baik.

“Kita di Saruga menjual produk-produk di mana konsumen membawa wadah, menimbang, dan membayar sendiri sesuai kebutuhannya. Sehingga tidak ada produk yang terbuang percuma. Jadi Saruga dibuat untuk konsumen yang ingin mengubah gaya hidupnya menjadi minim sampah,” ujar Ridha saat ditemui Greeners di Shopping Center Saruga, Bintaro beberapa waktu lalu.

Ridha mengatakan Saruga menyediakan kebutuhan sehari-hari, seperti makanan pokok, home care, body care yang sebagian besar produknya disuplai oleh UMKM berstandar BPOM. Dari segi harga pun masih terjangkau.

Ridha menyampaikan bahwa tantangan besar dari awal Saruga berdiri hingga kini ialah mengubah pola pikir masyarakat untuk berbelanja sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.

Diketahui sumber sampah di Indonesia paling banyak disumbang oleh sampah rumah tangga, karena ketidakbijakan masyarakat dalam hal konsumsi. Sehingga menyisakan banyak sampah organik begitupun sampah anorganik.

Maka itu, menjadi misi Saruga dalam mengurangi limbah kemasan dan produk plastik sekali pakai. Misi ini diaplikasikan dengan mengembangkan sistem retail bahan kebutuhan sehari – hari yang memungkinkan konsumen untuk memakai ulang kemasan dengan menyediakan sarana isi ulang.

Putri Nurfadhilah, salah satu konsumen Saruga mengatakan alasannya berbelanja tanpa kemasan, karena sampah di rumahnya sudah terlalu banyak dan ia berpikir bagaimana cara menguranginya. “Berbelanja tanpa kemasan sudah kulakukan sejak enam bulan lalu. Jadi sekarang kalau belanja ke toko curah dengan membawa wadah atau shopping bag sendiri,” ujarnya.

 Penulis: Dewi

BACA JUGA : Saruga, Jalankan Konsep Ritel Minim Sampah Plastik

BACA JUGA : Qyos, Stasiun Isi Ulang Produk Rumah Tangga di Kawasan Pemukiman Kota

 

Top