Gelombang Panas Landa India dan Pakistan, Bagaimana Indonesia?

Reading time: 3 menit
Gelombang panas di India membuat peningkatan suhu 1,86 derajat Celcius. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Dampak perubahan iklim terasa nyata menyusul cuaca ekstrem berupa gelombang panas terparah dalam 100 tahun yang terjadi di India. Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dodo Gunawan menyatakan, perubahan iklim yang semakin meningkat ini merupakan ancaman global termasuk Indonesia.

“Dampak perubahan iklim ini menyebabkan menjadi lebih kerap terjadi dan semakin ekstrem seperti gelombang panas di India. Padahal secara hukum alam atau fisika berupa gaya rotasi bumi, siklon tropis tak akan memasuki wilayah Indonesia,” katanya kepada Greeners, Rabu (11/5).

Siklon tropis merupakan badai dengan skala kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26,5 derajat Celcius. Siklon tropis yang merangsek masuk ke Indonesia di antaranya siklon tropis Dahlia, Cempaka, hingga Seroja.

Demikian pula dengan fenomena gelombang panas yang melanda di India sejak Maret 2022 lalu. Badan Meteorologi India menyebut, suhu pada bulan Maret tercatat sebagai rekor tertinggi dalam kurun waktu 122 tahun.

Rata-rata semua wilayah India mengalami kenaikan sebesar 1,86 derajat Celcius di atas normal. Adapun di wilayah utara, barat dan timur India mengalami lonjakan suhu melewati 40 derajat Celcius. Akibatnya, 26 korban berjatuhan.

Ilmuwan telah menghubungkan awal musim panas yang sangat terik saat ini di India dengan perubahan iklim. Lebih dari satu miliar orang di India diperkirakan rentan terhadap panas yang ekstrem ini.

Selain itu, gelombang panas juga terjadi di Pakistan. Kawasan Turbat, Balochistan, Pakistan bahkan suhu mencapai 50 Celcius. Penduduk diungsikan dari rumah-rumah. Mereka tidak dapat bekerja kecuali pada jam-jam malam yang lebih dingin. Kini di Turbat listrik juga kerap tidak menyala.

Gelombang Panas Telah Terjadi di Beberapa Negara

Menurut World Meteorological Organization (WMO) gelombang panas atau heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut. Dalam kondisi itu, suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celcius atau lebih.

Fenomena ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah hingga tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika. Pemicunya kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah.

Dodo menyatakan, fenomena gelombang panas di India dan Pakistan terjadi karena wilayahnya yang bersifat daratan masif. Beberapa negara rentan lainnya yaitu wilayah Timur Tengah hingga Afrika.
Ia menyebut, Indonesia tak termasuk di dalamnya karena merupakan wilayah maritim dengan lebih banyak air. “Kalaupun ada sumber panas dari darat, akan didinginkan oleh masa udara dari laut,” imbuhnya.

Indonesia Alami Panas Terik

Indonesia hari-hari ini juga mengalami kenaikan suhu di berbagai kota. Deputi Bidang Meteorologi Guswanto melalui keterangan tertulisnya menyatakan, berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode 1-7 Mei 2022 berkisar antara 33 – 36,1 derajat Celcius. Suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 derajat Celcius terjadi di wilayah Tangerang, Banten dan Kalimarau, Kalimantan Utara.

Suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada bulan April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38,8 derajat Celcius di Palembang pada tahun 2019. Sedangkan di bulan Mei sekitar 38,8 derajat Celcius di Temindung Samarinda pada tahun 2018.

“Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas atau terik dalam skala variabilitas harian,” kata Guswanto.

Guswanto mengungkapkan, fenomena suhu udara terik yang terjadi pada siang hari tersebut karena posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau.

Adapun tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang. Sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi.

Kemudian dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimumkan penerimaan sinar matahari di permukaan bumi. Hal ini menyebabkan masyarakat merasakan cuaca cukup terik pada siang hari.

“Kewaspadaan kondisi suhu panas atau terik pada siang hari masih harus masyarakat waspadai hingga pertengahan Mei,” imbuhnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top