IPA Ke-42, Jokowi Soroti Minimnya Perkembangan Sektor Migas

Reading time: 2 menit
sektor migas
Presiden Joko Widodo membuka Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-42 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu (02/05/2018). Foto: IPA

Jakarta (Greeners) – Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-42 resmi dibuka oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Acara yang mengangkat tema “Driving Indonesia’s Oil and Gas Global Competitiveness” ini menggarisbawahi perlunya upaya meningkatkan kembali daya saing sektor hulu minyak dan gas Indonesia di level global sebagai salah satu pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh para pemangku kepentingan di sektor migas.

Pada pembukaan IPA, Presiden Jokowi menyoroti investasi di sektor industri minyak dan gas bumi di Indonesia. Ia meminta agar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memangkas regulasi yang menghambat perkembangan di sektor migas.

“Di industri migas ini, sebagai contoh misalnya Pertamina, dari informasi yang saya terima sejak tahun 70-an tidak pernah melakukan eksplorasi dalam jumlah yang besar sampai saat ini, adanya hanya eksplorasi yang kecil-kecil. Ini ada apa? Untuk itu saya memerintahkan Menteri ESDM untuk memangkas sebanyak-banyaknya regulasi yang ada di ESDM,” kata Joko Widodo saat membuka IPA ke-42 tahun 2018 di Jakarta Convention Center, Rabu (02/05/2018).

BACA JUGA: Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan, Pertamina Diminta Bertanggung Jawab

Jokowi mengatakan bahwa saat ini pemerintah sudah meluncurkan program Making Indonesia 4.0 sebagai upaya Indonesia menanggapi Revolusi Industri 4.0. Selain itu, perkembangan revolusi di teknologi energi terbarukan yang dirasa akan mengurangi permintaan minyak dan gas di tahun-tahun mendatang.

“Revolusi teknologi di sektor energi terbarukan akan mengurangi permintaan minyak dan gas bumi di tahun-tahun yang akan datang, tetapi saya tidak percaya ini. Tetap akan dibutuhkan (minyak dan gas bumi, Red.). Kenapa permintaan migas akan berkurang? karena ada kendaraan listrik,” kata Jokowi.

Presiden IPA Ronald Gunawan mengatakan, dalam World Energy Outlook 2017 oleh International Energy Agency (IEA), minyak dan gas bumi masih akan tetap menjadi energi utama di dunia dalam 20-30 tahun ke depan, di mana porsi energi dari migas masih di atas 50%. Di Indonesia, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebagaimana diatur dalam Perpres Nomor 22 tahun 2017 menetapkan target porsi energi dari migas di tahun 2050 adalah sebesar 44% dari total energi nasional.

“Dari data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa minyak dan gas bumi menjadi tulang punggung energi nasional dalam 20-30 tahun ke depan. Untuk mengatasi ketimpangan ini diperlukan investasi besar dalam melakukan eksplorasi guna menemukan sumber-sumber migas yang baru,” lanjut Ronald.

BACA JUGA: ESDM: Pengembangan EBT Bukan Lagi Sebuah Pilihan

Menteri ESDM, Ignasius Jonan, pun menggarisbawahi peran industri hulu migas sebagai salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya pemerintah terus berusaha untuk melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kemudahan proses bisnis di Indonesia dengan mengurangi jumlah perizinan serta reformasi birokrasi dilakukan demi mendorong investasi di Indonesia.

Sementara itu, Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi menyatakan bahwa diperlukan komunikasi dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan di industri hulu migas agar dapat meningkatkan daya saing industry hulu migas di Indonesia.

“Kami yakin bahwa industri migas akan tetap ada di Indonesia karena permintaan global yang terus meningkat. Industri menghadapi tantangan yang memaksa kita semua untuk menjadi kreatif dan inovatif dalam melakukan efisiensi dan meningkatkan daya saing,” pungkas Amien.

Penulis: Dewi Purningsih

Top