Jazz Hijau, Ada Cinta untuk Lingkungan

Reading time: 2 menit
Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Jakarta (Greeners) – Musik dianggap sebagai bahasa yang universal dan tepat untuk menyampaikan berbagai pesan, salah satunya adalah isu lingkungan. Di tengah hiruk pikuk pertikaian politik dan hukum di Indonesia, keberadaan isu lingkungan seperti tertutup dan luput dari pengamatan.

Oleh dari itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mulai mencoba untuk menyampaikan pesan-pesan terkait isu lingkungan yang terjadi di Indonesia yang dikemas melalui sebuah karya musik dengan aliran jazz bertajuk “Jazz Hijau, Masih Ada Cinta Untuk Lingkungan”.

Staf Pengembangan Kreativitas Walhi, Ferdinand Rachim mengatakan bahwa setelah melalui proses produksi, diskusi dan pengayaan materi yang panjang, akhirnya album Jazz Hijau tersebut dapat hadir ditengah-tengah masyarakat yang tidak hanya mencintai seni namun juga mencintai alam.

“Album ini hadir di tengah situasi lingkungan hidup yang kian kritis akibat bencana ekologis yang menelan banyak korban jiwa. Juga jutaan masyarakat yang harus bertarung untuk memperebutkan air bersih serta dampak perubahan iklim yang mengancam khususnya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia,” jelasnya saat ditemui oleh Greeners pada peluncuruan album Jazz Hijau di Jakarta, Selasa (10/03).

Para pengisi album "Jazz Hijau, Masih Ada Cinta Untuk Lingkungan". (kiri-kanan) Mike 'Marjinal', Margie Segers, Gideon Momongan, Ferdinand Rachim, dan Bonita. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Para pengisi album “Jazz Hijau, Masih Ada Cinta Untuk Lingkungan”. (kiri-kanan) Mike ‘Marjinal’, Margie Segers, Gideon Momongan, Ferdinand Rachim, dan Bonita. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Mike, vokalis dari band beraliran punk, Marjinal yang ditemui di tempat yang sama mengungkapkan, permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia lebih dikarenakan bobroknya sistem birokrasi para penguasa yang tidak pandang bulu dalam mengeruk habis kekayaan alam yang menjadi harta berharga bagi bangsa Indonesia.

Bahkan, lanjutnya, yang lebih parah adalah kebobrokan tersebut menular terhadap mental masyarakat yang akhirnya menganggap bencana alam seperti banjir, bencana asap, atau lainnya sebagai sebuah musim dan bukan karena kesalahan pola pengaturan pengendalian bencana dan lingkungan hidup di lapangan.

“Ini ketika banjir datang, dibilang ‘oh, lagi musim hujan ya pasti musim banjir’. Ini ada asap, ‘oh, lagi musim asap’. Ini kan bahaya,” ungkapnya.

Gideon Momongan, Pelaksana Produksi Album dan Show Jazz Hijau juga memaparkan, selain berisi lagu-lagu yang mengekspresikan kegelisahan dalam menghadapi peningkatan krisis lingkungan hidup. Album ini juga menawarkan semangat solidaritas untuk saling berbagi dan berbuat demi masa depan lingkungan hidup yang lebih baik.

“Melalui persembahan musik Jazz Hijau ini, diharapkan bahwa pesan kepedulian terhadap lingkungan hidup akan dapat tersebar lebih luas dengan menyasar khalayak ramai. Di balik semua permasalahan lingkungan yang terjadi, masih ada cinta untuk untuk lingkungan,” tuturnya.

Dalam album Jazz Hijau ini, terdapat 12 lagu dengan melibatkan Bintang Indrianto sebagai music director. Beberapa musisi yang turut berpartisipasi diantaranya Denny Chasmala, Iqbal, Oele Pattiselanno, Bonita and The Hus Band, Margie Segers, Iwa K, dan Marjinal.

Penulis: Danny Kosasih

Top