Kebun Raya Bogor – LIPI Perkenalkan Temuan Tumbuhan Jenis Baru

Reading time: 3 menit
tumbuhan jenis baru
Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Bogor (Greeners) – Kebun Raya Bogor yang berada di bawah pengelolaan Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkenalkan tumbuhan jenis baru dari genus begonia, hoya, dan kemuning di Kebun Raya Bogor. Temuan jenis baru ini merupakan hasil ekspedisi peneliti dari beberapa tahun yang lalu. Tanaman-tanaman tersebut di kembangbiakan dan dimanfaatkan karena dari hasil temuan ini ada jenis yang sudah terancam punah.

“Pengungkapan jenis baru tumbuhan berkontribusi penting dalam konservasi tumbuhan dan memberikan pemahaman baru tentang keanekaragaman jenis tumbuhan Indonesia serta sumberdaya yang kita miliki,” jelas Plt. Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, R. Hendrian pada kegiatan Press Tour Kebun Raya Bogor, Kamis (25/04/2019).

Hendrian mengatakan melalui temuan jenis baru ini diharapkan masyarakat bisa mengenal tumbuhan-tumbuhan endemik dari Indonesia dan tumbuhan ini bisa dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Jenis-jenis tumbuhan baru yang ditemukan ini menurut Hendrian ada yang bisa dimanfaatkan sebagai obat hingga perawatan tubuh.

“Spesies baru ini diharapkan memberikan sebuah informasi dan pemahaman baru kepada kita tentang keanekaragaman hayati tumbuhan yang dimiliki Indonesia. Ini menarik bukan hanya dari segi data yang dinamis tetapi juga saya ingin kegiatan ini bisa diketahui dan dinikmati secara populer oleh masyarakat,” ujar Hendrian.

BACA JUGA: LIPI: Potensi Kekayaan Laut Indonesia Senilai Rp1.772 Triliun 

Peneliti Begonia Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Wisnu Aji Handoyo mengatakan pada kesempatan ini diperkenalkan 32 jenis baru begonia yang telah diterbitkan dalam 21 publikasi ilmiah internasional yang merupakan hasil ekspedisi dan penelitian dalam kurun 10 tahun terakhir. Indonesia diperkirakan memiliki lebih dari 400 jenis begonia dari total 1.924 jenis yang ada di kawasan tropis di dunia.

Wisnu menjelaskan, begonia tersebar di Sumatera hingga Papua dengan rincian 63 jenis di Sumatera, 197 jenis di Kalimantan (termasuk Sabah dan Sarawak), 14 jenis di Jawa, 13 jenis di Bali dan Nusa Tenggara, 51 jenis di Sulawesi, 9 jenis di Kepulauan Maluku, dan 80 jenis di Papua.

“Jenis-jenis begonia ini juga memiliki senyawa yang berpotensi sebagai obat anti kanker. Hal ini telah diverifikasi oleh rekan-rekan fakultas farmasi kami. Sudah diuji tapi butuh penelitian lebih lanjut karena kami hanya meneliti baru sampai taksonomi saja. Begonia jenis ini akan saya namakan sebagai Begonia Medicine karena memiliki senyawa aktif yang berpotensi menghambat pertumbuhan sel kanker,” ujar Wisnu.

tumbuhan jenis baru

Peneliti Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Inggit Puji Astuti menunjukkan bagian dari Murraya cyclopensis. Tumbuhan ini merupakan jenis baru dari genus kemuning. Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jenis baru lain yang diperkenalkan adalah tanaman kemuning jenis Murraya cyclopensis Astuti & Rugayah yang ditemukan di Cagar Alam Kemiri Said, Pegunungan Cyclops, Papua oleh I Nyoman Lugrayasa dari Kebun Raya Bali pada tahun 2001. Awalnya jenis ini diidentifikasikan sebagai Murraya paniculata namun setelah menghasilkan bunga dan buah ternyata bukan termasuk jenis Murraya paniculata sehingga diubah namanya menjadi Murraya sp.

Peneliti Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Inggit Puji Astuti kemudian melakukan penelitian lebih lanjut sehingga disimpulkan bahwa tanaman tersebut merupakan jenis baru dan diberi nama Murraya cyclopensis.

“Jenis baru ini mirip dengan Murraya paniculata (L) Jack pada karakter vegetatif dan struktur bunganya. Perbedaannya terletak pada adanya bulu pada ranting, rakis (sumbu utama tangkai daun majemuk menyirip) dan tangkai daun. Selain ukuran bunganya lebih kecil, buahnya membulat dan berwarna merah serta bijinya yang membundar berbulu pendek, lebat serta mempunyai aril yang menutupi biji berwarna merah,” kata Inggit.

Inggit menambahkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat yang menggunakan kemuning untuk perawatan wajah, yakni sebagai bedak dingin untuk menghaluskan muka. Perawatan ini sangat digemari oleh masyarakat keraton Jogja. Ada juga yang menggunakan kemuning sebagai jamu pelangsing.

BACA JUGA: Varietas Baru, LIPI Dorong Peneliti Daftarkan Temuan ke PVT 

Dari genus hoya, ditemukan 10 jenis baru hasil penelitian selama tahun 2014 hingga tahun 2019. Sebanyak 9 jenis sudah dipublikasikan di berbagai jurnal internasional dan satu jenis diharapkan dapat dipublikasikan tahun ini.

Peneliti Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Sri Rahayu mengatakan bahwa hoya ini merupakan jenis tumbuhan yang memiliki efisiensi tinggi sebagai penyerap polutan di dalam ruangan.

“Saat ini hoya kebanyakan dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Pernah ada penelitian dari Florida, jenis tumbuhan hoya ini dibandingkan dengan tanaman indoor atau tanaman hias lain memiliki fungsi sebagai penyerap polutan dalam ruangan efisiensi tinggi, (hoya) top 5 yang paling efektif, jadi hoya ini fungsional sekali,” pungkasnya.

Penulis: Dewi Purningsih

Top